"Mengapa harus ada air mata jika tidak ada cinta?" — Haura
ANGIN pagi berembus cukup kencang, sang surya terlihat mengumpat di belakang awan yang bergumpal berwarna putih. Bunga-bunga indah bermekaran menghiasi taman belakang. Di tambah suara gemercik air yang bercucuran dari air terjun buatan. Di bawah air terjun buatan itu berbagai makhluk berinsang tengah menari ke sana-kemari.
Netranya tak berhenti memperhatikan dua ikan yang sejak tadi berdekatan, tidak maju ataupun mundur, kedua ikan itu hanya menggerakkan siripnya saja.
Jari telunjuk gadis itu menyelam ke kolam berniat untuk memisahkan. Rupanya, ide itu tidak berjalan mulus, kedua ikan yang berdekatan itu langsung terbirit kabur dan kembali berdempetan lagi. Haura menyunggingkan senyuman, walaupun ada yang mencoba memisahkan kedekatannya, kedua ikan itu tak peduli, justru berlari menghindar hingga bersama lagi.
Haura berdiri untuk mengambil makanan ikan lalu melemparkan ke arah kolam, tak butuh waktu lama makanan itu langsung di sikat habis.
"Pada rakus-rakus ya, kalian." Tangannya kembali melempar makanan ikan itu ke kolam.
Netra gadis itu langsung tertutup, merasakan jantungnya yang tiba-tiba memompa lebih cepat dari biasanya, hatinya pun berdesir tak karuan.
Sepasang tangan kekar yang melingkar di pinggang mungilnya membuat jantung dan hatinya bereaksi seperti tadi. Sentuhan tangan lelaki itu menggelikan, tapi juga menghangatkan.
Haura perlahan menoleh ke arah manik mata kebiruan itu, tatapan kami saling bertemu. Netranya di sambut dengan penampilan rambut yang sedikit panjang menghalangi dahi, rambut berwarna coklat tua itu sedikit acak-acakan seperti orang bangun dari tidur.
"Lagi ngapain disini?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur tanpa melepaskan pelukannya.
Berarti benar, Fariz tertidur setelah sarapan tadi. Mungkin lelaki itu sangat kelelahan, jadi berinisiatif memanfaatkan waktu libur dengan tidur.
"Lepasin dulu, Mas." Ia sedikit menurunkan nada bicaranya sembari sedikit tersenyum.
Alis tebal Fariz saling bertautan, "Kenapa?"
"Lepasin dulu ih."
Fariz menghela nafas, lantas melepaskan tangannya. Fariz mendaratkan bokongnya di tepi kolam. Haura pun mengikuti hal serupa.
"Haura disini hanya bermain-main dengan ikan aja, selain ikannya yang lucu, ikan itu juga sangat bahagia berenang bebas ke sana-kemari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rahasia [TERBIT]
Ficción GeneralPada malam yang masih dihiasi air hujan, petir serta kilat Haura harus menerima kenyataan yang menusuk perasaan. Mengikhlaskan kepergian sang ayah sebab insiden mengerikan. Serta takdir yang membawanya ke titik pendewasaan. Siapa sangka, setelah em...