“Ayah, adalah sosok cinta pertama bagi anak perempuan. Sosok yang selalu mendahulukan kebahagiaan sang anak dibanding kebahagiaannya. Sosok yang selalu mengajari betapa pentingnya kekuatan, ketabahan serta ketegaran dalam diri anaknya. Father is the best person in the world after mother.” — CDR
LANGIT malam terlihat sangat gelap, banyak awan mendung serta kilat. Mungkin saja sebentar lagi hujan turun. Meski begitu, tepat pada pukul sepuluh aku harus keluar untuk membeli sate bakar untuk putri bungsuku. Tempatnya tidak jauh dari rumah, kuharap si penjual masih buka di jam segini dan di cuaca malam yang dingin ini.
Kulangkah kan kaki, kuambil jas hujan yang menggantung di dinding untuk berjaga-jaga. Lantas keluar menyusuri trotoar jalan.
Kurang beruntung.
Mungkin dua kata itu sangat cocok untukku-karena pedagang sate bakar itu sudah tutup. Entah malam ini tak jualan atau memang sudah habis. Sedikit kuberpikir. Jika pulang dengan tangan kosong, putriku akan merasa sedih. Sedangkan penjual sate pun sudah tak ada.
Lalu aku mulai melangkahkan kaki lagi, kutatap langit hitam itu di atas. Benar-benar gelap tak ada sinar. Aku turunkan kembali pandanganku, saat itu juga aku mendapatkan ide untuk mencari penjual sate bakar yang masih buka di tempat yang berbeda.
Memang aku tak tahu tempatnya di mana, tapi ya sudahlah, aku akan terus berjalan lebih jauh untuk menemukan penjual sate itu.
Aku tahu, tadi saat kami sedang berbincang, putriku hanya menyebutkan keinginan sebagai bahan bercanda saja. Namun aku tahu, di balik itu, dia benar-benar menginginkannya. Jadi, aku rela keluar malam-malam di cuaca dingin untuk mencari tukang sate bakar.
Tak terasa, kakiku sudah mulai lelah mencari-cari. Hingga ke pelosok mana pun penjual sate tak kutemukan juga. Aku sudah sampai di JL. Sunter Agung. Jaraknya lumayan jauh dari rumah. Di jalan Sunter Agung benar-benar sepi tak seperti di depan rumahku. Kendaraan roda empat maupun dua tak ramai.
Ah, sial!
Gumpalan awan sudah tak bisa membendung air hujan, makanya hujan langsung turun deras mengguyur bumi. Untung saja, aku membawa jas hujan.
Aku gerakkan tanganku untuk membuka jas hujan, lalu berniat untuk memakainya. Tapi tunggu, kulihat dari kejauhan dan dengan saksama, seorang kakek-kakek disana terlihat berlari-lari menghindari air hujan lalu menepi dulu di ruko yang sudah tutup.
Aku lihat jas hujanku yang hampir di pakai, lalu melihat kakek itu lagi. Aku menarik nafas terlebih dahulu berniat untuk menghampirinya.
"Kakek," panggilku sembari menyentuh lembut lengan yang sudah keriput berwarna coklat itu.
"Iya, Nak?" jawab si kakek memanggilku dengan sebutan Nak serasa aku menjadi anaknya saja.
"Ini pakai jas hujan, Kek, supaya nggak terlalu dingin." kuberikan jas hujan berwarna abu-abu itu pada si Kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rahasia [TERBIT]
Ficção GeralPada malam yang masih dihiasi air hujan, petir serta kilat Haura harus menerima kenyataan yang menusuk perasaan. Mengikhlaskan kepergian sang ayah sebab insiden mengerikan. Serta takdir yang membawanya ke titik pendewasaan. Siapa sangka, setelah em...