Bab 16: Senyuman Khusus

344 60 62
                                    

“Adakala keraguan menumbuhkan alasan untuk mengubahnya menjadi kebahagiaan, karena tak semua keraguan membuahkan penyesalan.” — CDR

SIANG telah berganti dengan malam, burung-burung yang berkeliaran bebas berbondong-bondong masuk ke sarangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SIANG telah berganti dengan malam, burung-burung yang berkeliaran bebas berbondong-bondong masuk ke sarangnya. Terang bulan terlihat sangat berbeda, cahayanya seakan lebih bersinar dari biasanya. Taburan bintang menghiasi langit gelap. Berkelip, begitulah wujud bintang malam ini.

Suara Azan berkumandang bergema keseluruhan ruangan. Segera gadis itu mengambil Wudu dan menunaikan Salat sebagaimana kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelahnya, Ia melangkah mendekati ranjang yang berukuran King itu, berniat untuk rehat terlebih dahulu sebelum menyiapkan hidangan makan malam.

Kakinya melangkah lagi menuju dapur, tangan gadis itu sangat lihai dalam mencincang bumbu-bumbu sebagai penyedap rasa. Di atas kompor, panci berbahan stainless yang terisi air rempah dan potongan sayap ayam telah meletup berbuih bertanda siap di angkat.

Haura menyimpan dulu pisau yang sedari tadi ia pergunakan, lalu tangannya mengambil centong sayur untuk mengaduk sup tadi. Ia mencicipi supnya. Nikmat, enam huruf itulah yang mendominasi sup ini.

Haura menuangkan sup tadi ke dalam mangkuk berukuran sedang, hingga tak tersisa di dalam panci. Mangkuk itu ia simpan di dekat kompor.

Lalu tangannya kembali mencincang daun seledri untuk taburan di atasnya.

Awwwh!!

Jarinya tak sengaja teriris pisau, darah segar langsung keluar begitu banyak. Jarinya terasa perih, nyeri dan berdenyut-denyut. Haura mengisap darah yang terus keluar, karena itu cara yang efektif untuk menghentikan pendarahannya. Belum lagi, darah ketika malam hari akan sangat banyak. Karena kata orang, darah naik begitu tinggi ketika malam, menyebabkan, jika terluka pendarahannya akan sedikit berlebihan.

Ketika darahnya surut, ia bergegas mencari kotak P3K untuk mengambil plester. Untung saja tadi pagi Haura sempat rapi-rapi tempat tidur, dan tak sengaja matanya menemukan kotak P3K.

Setelah di ambilnya plester, Haura membalut lukanya dan melanjutkan lagi aktivitas di dapur yang sempat terjeda.

Beberapa menit kemudian, nasi dan lauk pauk sudah terhidang di meja makan.

"Semoga saja, mas Fariz suka dengan hidangan yang Haura buat," monolog Haura menatap ketiga jenis hidangan yang sudah ia buat dengan hasil jari terluka.

Ini hidangan pertama yang Haura buat untuk Fariz malam ini. Kata Ibu mertua, Fariz selalu pulang malam sekitar jam delapan, dan sekarang baru pukul delapan kurang, yang artinya sebentar lagi Fariz akan pulang. Tak bisa di bohongi, malam ini ia cukup bahagia dan berharap Fariz pulang secepatnya untuk mencicipi hidangan.

Ting!

Benda pipih yang tersimpan di atas meja memancarkan sinar birunya, tangan Haura langsung mengambil benda pipih itu untuk mengetahui notifikasi apa yang menggetarkan ponselnya di waktu malam.

Cinta & Rahasia [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang