Bab 06: Terkejut

456 105 122
                                    

"Karena tak ada yang lebih baik untuk memutuskan suatu hal. Selain berserah diri, dan melaksanakan Salat istikharah." -CDR

FARIZ kembali melakukan rutinitasnya yang membulati tanggal di kalender kecil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FARIZ kembali melakukan rutinitasnya yang membulati tanggal di kalender kecil itu. Kali ini tepat ke empat puluh kali yang Fariz bulati.

"Semoga dengan hari terakhir ini, kejadian itu nggak terbayang di kepala," lirih Fariz seraya memegangi kepalanya. Lalu beranjak berdiri untuk turun ke bawah dan berniat untuk membicarakan sesuatu yang serius bersama keluarga.

Fariz harus melakukannya, entah apa kata keluarga nanti. Yang penting dirinya harus memenuhi janji yang telah ia ucapkan malam itu. Keluarga tidak pernah tahu menahu karena Fariz tak pernah menceritakan apa pun. Ketika di rumah, Fariz memilih menyendiri, atau menyibukkan diri di kantor. Namun usahanya tak selalu bertahan lama, bayang-bayang akan malam itu pasti menghantui nya.

Di tengah rumah, tepat pukul sembilan malam, Fariz meminta Keluarga untuk berkumpul setelah selesai makan malam. Jelas, Ravi dan Oliv kebingungan. Pasalnya tak biasa Fariz ingin membicarakan hal serius.

"Ada masalah apa, Nak?" tanya Ravi menatap penasaran putranya itu, Fariz terlihat menundukkan kepalanya. Sedetik kemudian ia mendongakkan kepalanya juga.

Oliv menautkan kedua alisnya kala menatap raut wajah putra tunggalnya. Oliv merasa, putranya itu menyimpan beban besar.

"Fariz mau melamar seseorang," ungkapnya yang di beri tatapan penuh pertanyaan dari Ravi dan Oliv.

"Melamar?" timpal Oliv memastikan, dan Fariz hanya mengangguk.

"Apa kamu sudah memikirkan matang-matang? Jujur saja, Papa terkejut untuk kemauanmu. Karena sebelumnya, kamu nggak pernah cerita apa-apa tentang wanita."

Fariz masih diam. Ia hanya menatap kedua orang tuanya saja. Pikirannya kembali menimbang. Namun, di sisi lain Fariz harus menepati janji pada orang yang telah ia tabrak tak sengaja kala itu.

Fariz mengangguk, "Fariz sudah memikirkannya, Pa, Ma, dan ini keputusan Fariz."

"Sejak kapan mulai mengambil keputusan besar ini?" tanya Ravi cukup membuat Fariz terdiam lagi.

"Kalau kamu memang yakin sama pilihan kamu, dan ingin segera melamarnya, tentu akan menyetujui. Tapi kami ingin kejelasan dari kamu, sebelum ada hubungan yang masuk ke tahap paling serius," tambah Ravi karena hanya ada keheningan dari putranya itu.

Sebenarnya, Fariz belum mengetahui wanita yang akan di lamarnya. Ia hanya tahu alamat rumah keluarganya, dan ayah dari wanita itu. Ya, seorang Ayah yang telah meninggal karena kecerobohan tak sengaja Fariz.

"Sejak empat puluh hari Fariz memikirkan hal ini, lalu mengambil keputusan," jawab Fariz tanpa menatap Ravi dan Oliv.

Ravi menepuk bahu kanan putranya, "baik, Papa akan menyetujui itu. Tapi papa harap, kamu akan serius dalam hubunganmu nanti. Bukan Papa tak percaya, tapi hanya ingin membuatmu lebih yakin dengan keputusan yang kamu ambil."

Cinta & Rahasia [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang