Prolog

1.4K 63 2
                                    

Berulang kali Elsa melirik arloji cokelat yang melingkar di pergelangan tangannya. Hari ini Dava - kekasih Elsa sudah berjanji untuk mengantarkan Elsa ke kampus. Tapi pada nyatanya sampai detik ini tidak juga terlihat batang hidungnya. Jangankan batang hidungnya, deru mobilnya saja tidak terdengar sama sekali.

Sudah seharusnya Elsa berangkat sendiri dengan jasa ojek online dibandingkan harus menunggu Dava sampai selama ini.

Dava dan Elsa berkuliah di universitas yang sama. Hanya saja Dava ada di fakultas hukum dan Elsa ada di fakultas kedokteran dengan jurusan dokter hewan. Yang di cita-citakan oleh Elsa adalah membuka praktek dan menjadi dokter untuk tempatnya sendiri.

"Kak, tuh Kak Dava tercinta udah datang" ucap Viona dari luar kamar Elsa

Elsa menyambar tas dan bukunya. Segera berlari kecil menuruni tiap anak tangga.

"Ma, Elsa berangkat kuliah dulu" pamit Elsa pada Rosa - mama nya yang sedang berkutat dengan cucian piring. Elsa mencium sekilas pipi kiri mama nya dari arah belakang

"Hati-hati Elsa. Sampaikan salam mama untuk Dava" ucap Rosa dengan suara yang sedikit meninggi karena Elsa sudah beranjak menjauh.

Elsa bergumam tanpa menjawab meskipun ia mendengar suara mama nya yang begitu memekikkan telinga. Elsa langsung menatap tajam Dava yang duduk di sofa dan cengengesan saat melihat Elsa. Seolah tanpa dosa sama sekali.

"Bisa-bisa nya ya cengengesan. Ini udah mau telat Dav gue astaga" ucap Elsa sembari menarik lengan Dava paksa agar Dava tidak berleha-leha dan santai di rumah

"Iya iya sayang" ucap Dava dengan nada santai

***

"Kamu nggak ada jam hari ini?" Tanya Elsa saat motor Vespa keluaran terbaru milik Diva - adik Dava berhenti di lahan parkir dekat dengan gedung fakultas kedokteran

Dava bergumam "enggak. Hari ini aku free. Besok baru penuh mata kuliah" jawab Dava sembari mengelus lembut kepala Elsa. Membuat beberapa perempuan yang sedang nongkrong di parkiran langsung memasang wajah mupeng. Beberapa lainnya iri lantaran Elsa yang biasa saja bisa mendapatkan Dava yang begitu tampan dan berkharisma.

"Kamu langsung pulang aja istirahat atau ngerjain tugas. Aku selesai kira-kira 3 jam lagi. Nanti aku pulang naik taksi aja" ucap Elsa

"Enggak. Aku tunggu di warung kopi depan. Barangkali Darwin kosong juga hari ini" ucap Dava. Bibirnya melengkung selalu jadi candu untuk Elsa. Mungkin bukan hanya Elsa, tapi juga candu untuk perempuan lain yang melihatnya

"Kamu istirahat aja di rumah, ngerjain tugas-tugas. Emang udah ngafalin undang-undang sama pasal? Belum kan?" Tanya Elsa. Ia ingat jika Dava mendapatkan tugas untuk menghafalkan undang-undang dan pasal sebanyak itu dengan waktu sampai akhir semester. Dan Dava belum menghafalnya sama sekali

"Udah nggak papa Elsa. Aku tunggu depan. Kamu yang bener kuliahnya. Nanti balik mampir dulu makan atau kemana gitu" ucap Dava

Elsa menghela nafasnya panjang "ya udah terserah kamu. Aku masuk dulu ya" ucap Elsa kemudian beranjak pergi tapi Dava lebih dulu berdeham membuat Elsa menghentikan langkahnya dan menatap lurus ke arah mata Dava.

Dava menyodorkan tangannya "Salim dulu sama calon suami" ucapnya dengan nada yang begitu bangga. Padahal hubungan mereka baru sekedar pacaran 3 tahun ini.

Elsa mendesis dan menepis kasar tangan Dava. Elsa langsung pergi seusai itu tidak lagi mempedulikan Dava yang memanggil-manggil namanya seperti induk tarzan memanggil anaknya. Dava memang seperti itu, senang sekali menggoda Elsa dan membuat Elsa salah tingkah sendiri dengan apa yang dilakukan oleh Dava. Hal-hal kecil yang bisa membuat Elsa merasa diperhatikan.

Dava & ElsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang