30: Effort

231 26 1
                                    

Berhubung Darwin sedang ada mata kuliah, dan Martin juga demikian. Akhirnya Dava memilih menunggu Elsa di perpustakaan fakultas hukum. Tempat yang jauh dari keramaian karena mahasiswa cenderung memilih untuk mencari referensi melalui google daripada buku. Hanya ada beberapa mahasiswa yang ada dalam ruang sebesar 30×20 meter ini.

Di tangannya kini sudah ada buku hukum acara perdata dalam teori dan praktek. Dava tidak menyukai bidang ini, tapi karena Elsa pernah mengatakan jika Elsa ingin memiliki suami yang berkecimpung di dunia hukum. Maka Dava berusaha untuk menyukai dan mencintai bidang ini.

*Flashback On*

"Menurut kamu, kamu lebih suka punya suami Polisi, tentara atau dokter?" Tanya Dava. Elsa melirik melalui ekor matanya, entah apa maksud Dava menanyakan hal itu. Yang jelas Elsa tidak menyukai ketiganya. Elsa lebih menyukai pengacara atau setidaknya menjadi seorang jaksa.

"Nggak suka semuanya" jawab Elsa tanpa menatap Dava. Elsa malah sibuk berkutat dengan kuku yang menempel di jari-jari nya.

"Terus kamu sukanya suami yang punya kerjaan apa? CEO?" Tebak Dava. Meskipun keluarganya tidak ada yang memiliki perusahaan, tapi untuk membangunnya mungkin adalah hal yang bisa dilakukan. Yang terpenting, Dava masuk dalam kriteria calon suami idaman untuk Elsa. Karena setau Dava, para perempuan begitu banyak yang mendambakan suami yang berkecimpung di dunia bisnis, memiliki perusahaan sendiri dan sukses menjadi seorang bos.

Mungkin Elsa salah satunya, pikir Dava

"Enggak juga. Nggak suka" jawab Elsa

"Lha terus pekerjaan suami idaman kamu itu yang bagaimana sayang?" Tanya Dava. Seolah Elsa tidak menyukai semua pekerjaan. Tidak mungkin jika Elsa menginginkan suami pengangguran apalagi tanpa pekerjaan.

Elsa bergumam dan menatap Dava yang ada di sebelahnya "seorang pengacara, seorang jaksa atau seorang hakim. Aku lebih menyukai ketiga pekerjaan itu" jawabnya. Entah kenapa Elsa lebih menyukai suami yang berkecimpung di dunia hukum. Tapi Elsa tidak ingin melakukannya sendiri. Elsa malah menginginkan jika dirinya sendiri menjadi seorang akuntan atau menjadi dokter hewan.

Dava melongo mendengar jawaban Elsa. Itu artinya, jika Dava ingin mengabulkan permintaan Elsa, maka Dava harus lintas minat.

"Kenapa harus itu semua Sa?" Tanya Dava

"Suka aja. Kenapa tanya-tanya? Kan kamu tanya kriteria aku. Ya aku jawab sesuai apa yang ada di otak aku. Kenapa jadi protes?" tanya Elsa balik. Raut wajah Dava sepertinya tidak mendapatkan jawaban yang diinginkannya.

"Oke. . Aku akan ngambil jurusan hukum setelah lulus SMA" ucap Dava

"Why?"

"Pengen jadi suami idaman" jawab Dava nyengie

Elsa malah mendesis kesal, ia tidak tau jika pikiran Dava sampai sejauh itu. Ingin menjadi pasangan idaman sesuai yang Elsa inginkan tanpa mempertimbangkannya lebih dulu. Seolah menyenangkan Elsa adalah hal utama yang harus dilakukan oleh seorang Dava Arga Pratama.

*Flashback Off*

Bibir Dava sedikit terangkat saat mengingat pembicaraan nya dengan Elsa saat mereka masih di bangku kelas 3 SMA. dan sekarang Dava berusaha untuk mewujudkan mimpi Elsa, memiliki suami yang ada di dunia hukum. Dava mau melakukan apapun, asal tidak kehilangan sosok Elsa yang sudah berhasil membuatnya jatuh hati dengan sikap galak, ketus dan acuh itu.

Benar-benar perempuan yang berbeda dari perempuan pada umumnya. Biasanya perempuan lain menatap Dava dengan tatapan mupeng. Sedangkan Elsa malah menatap Dava dengan tatapan sinis dan kadang kesal. Itulah yang membuat Dava tidak ingin berpaling sedikitpun dari Elsa.

Dava & ElsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang