32: Planning

210 26 1
                                    

Matahari begitu terik saat Elsa turun dari mobil Dava. Mata kuliahnya akan dimulai 10 menit lagi. Beberapa buku sudah ada di tangannya, beserta tas laptop yang ia tenteng. Mata kuliah Fisiologi kali ini akan membutuhkan analisa yang cukup banyak. Dan tentunya cukup untuk membuat pusing kepala Elsa.

"Aku anterin sampai kelas" ucap Dava lalu menggenggam tangan Elsa dan menyetarakan langkah kakinya.

Dava tidak ingin jika Arion akan mengganggu Elsa lagi atau sekedar membuat Elsa tidak nyaman dalam hidupnya. Elsa harus selalu baik-baik saja selama Dava ada di sebelahnya.

"Iya" jawab Elsa. Akan ribet urusannya jika Elsa membantah apa yang Dava katakan. Berakhir adu mulut dan akan memperlama Elsa sampai ke kelasnya.

"Kamu itu, kalau aku di deketin sama banyak cewek harusnya respon dong Sa" ucap Dava saat mereka sudah berada di gedung fakultas kedokteran. Beberapa lainnya menggunakan jas almamater sebagai tanda jika sedang ada ujian tengah semester.

"Gimana ngresponnya? Guling-guling? Koprol dari kampus sampai ke Monas?" Tanya Elsa asal. Meskipun selama ini Elsa tidak langsung menunjukkan rasa kesal, rasa cemburu dan rasa jengkelnya. Elsa masih bisa bersikap profesional, bersikap seakan dirinya baik-baik saja.

Bukan kah setiap hal yang terlihat baik-baik saja belum tentu baik-baik saja?

Dava memutar bola matanya "ya respon kayak cemburu atau kamu marahin tuh yang deketin aku" ucap Dava

"Buat apa? Aku tau kan kalau kamu itu bisa menjaga hati dengan baik, menjaga diri dengan baik. Kenapa harus aku marahin mereka yang deketin kamu? Memangnya kalau aku diem itu berarti aku nggak cemburu?" Tanya Elsa bertubi lalu terkekeh renyah.

Tangan Dava langsung otomatis mengacak rambut Elsa gemas "sekali-kali Elsa" ucapnya gemas.

"Aku diem bukan berarti aku nggak cemburu ya Dava. Ya udah aku mau masuk kelas" ucap Elsa saat mereka sudah berada tepat di depan ruangan yang akan Elsa pakai hari ini.

Dava mengangguk "nanti kabarin kalau mau pulang. Aku ke kelas dulu. Di lantai 2 ruang 2.12" ucap Dava

"Iya. Kamu hati-hati"

"Ya udah gih masuk. Aku tungguin sampai kamu masuk"

"Nggak perlu. Kamu aja yang duluan pergi"

"Udah buruan masuk sayang. Atau mau aku anter sampai dalam?" Tanya Dava lalu menaikkan kedua alisnya.

Elsa mendengus pasrah "ya udah. Dah" ucap Elsa sembari melambaikan tangan lalu melenggang masuk ke dalam ruang kelasnya.

Seorang Dava tidak akan pernah main-main dengan ucapannya. Jika ia berkata akan mengantar Elsa sampai dalam kelas. Maka itu akan terjadi sesuai dengan apa yang suara Dava ucapkan.

Mata Elsa berputar ke seluruh penjuru ruangan. Nyaris semua teman sekelasnya sudah duduk di tempat yang dipilih. Sementara Sari dan Hana yang berada di bangku dekat jendela langsung kompak melambai ke arah Elsa.

"Udah dari tadi?" Tanya Elsa sembari menaruh tas di belakang bangku Hana

"Udah. Dianterin sama Dava?" Tanya Hana

"Ya iyalah. Sama siapa lagi" goda Sari dengan wajah tersenyum. Elsa malu jika di goda oleh teman-temannya seperti ini.

"Tuh udah di jawab sama si Sari" ucap Elsa sembari menunjuk dengan dagu nya

"Oh iya Sa. Tadi gue ketemu kak Arion di parkiran. Dan dia nitip sesuatu ke lo. Katanya kemarin waktu dia mau ngasih barangnya ke lo, lo kabur lari-larian. Pas dia mau ngejar lo, dia ada telepon dari sekertaris BEM" ucap Hana sembari mengambil barang yang dimaksudnya. Hana membuka resleting dan langsung meraih kotak kecil yang ada di dalam tas nya.

Dava & ElsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang