18: Favourite Son

242 19 0
                                    

Siang ini Dava berdiri di depan rumah Elsa. Menekan bel berulang sampai suara Elsa mengintruksi untuk menunggu.

Dava membenarkan rambut lalu menyisir dengan jemari tangan. Meskipun 4 tahun bersama, terlihat tetap rapi dan tampan juga perlu.

"Eh Dava" ucap Elsa saat melihat siapa yang menekan bel rumah berulang. Dava tidak memberitahu Elsa jika akan datang siang-siang seperti ini.

"Masuk" suruh Elsa

Dava masuk dan langsung duduk di sofa tanpa di perintah. Elsa pun ikut duduk di sebelah Dava

"Ini aku bawain cokelat, 10" ucap Dava sembari memberikan tas plastik berisi cokelat yang dibelinya dari swalayan saat berangkat ke rumah Elsa.

"Soalnya aku tau, kamu lebih milih cokelat daripada bunga" sambung Dava. Pernah beberapa bulan lalu saat anniversary 4 tahun hubungan mereka, Dava memberikan Elsa sebuket bunga mawar. Bukannya menerima dengan wajah senang, Elsa malah mengatai Dava jika membeli bunga adalah hal yang sia-sia, berakhir kering dan tidak bisa di awetkan. Elsa mengatakan jika lebih baik cokelat yang bisa di makan daripada bunga seperti itu.

Elsa melepaskan handuk yang membalut rambutnya. Elsa baru saja selesai mandi saat bel berbunyi untuk kesekian kalinya. Viona sedang pergi dengan Faris dan Rosa masih ada di Bandung. Sehingga Elsa harus menyelesaikan mandi nya dengan cepat saat bel ditekan.

"Emang aku lebih suka cokelat daripada bunga. Cokelat bisa di makan. Kalau bunga? Emang aku mau makan bunga?" Tanya Elsa.

*Flashback On*

Seperti rekomendasi yang diberikan oleh Darwin, akhirnya malam ini Dava duduk di sebuah cafe yang sudah di sewanya selama semalam. Cafe yang ada di pinggiran kota, tidak begitu mahal tapi bisa membuat momen menjadi romantis.

Perayaan 4 tahun ini sengaja Dava persiapkan dengan baik. Mulai dari lilin sampai dengan suara musik yang berasal dari biola.

"Sa bentar. Aku ke toilet" ucap Dava

"Lo nggak ada niatan kabur dan bikin gue yang bayar ini kan?" Tanya Elsa curiga

"Enggak sama sekali sayang. Serius bentar" jawab Dava

"Ya udah. Awas lama. Aku gadein kamu" ancam Elsa

Dava langsung melenggang pergi. Elsa di tempat duduknya memejamkan matanya beberapa saat, mengingat momen-momen yang mereka lewati bersama, banyaknya pengorbanan yang mereka lakukan. Jika diingat memang ada indah, dan ada yang menyakitkan. Tidak semua kenangan itu baik, dan tidak semua hal itu sedih.

Selang beberapa waktu yang tidak lama, Dava datang dan kembali duduk di kursinya membuat Elsa langsung membuka mata. Yang dilihatnya bukan wajah Dava, tapi sebuket bunga mawar merah.

"Happy anniversary sayang" ucap Dava sembari memberikan buket itu kepada Elsa dengan tersenyum.

Elsa menerimanya lalu menaruh di kursi yang ada di sebelahnya. Bukan seperti perempuan-perempuan lain saat mendapatkan bunga. Menciumnya, tersenyum dan berterimakasih. Elsa justru terlihat bete dan seperti ingin membuat bunga itu ke tempat sampah.

"Kamu nggak suka mawar merah?" Tanya Dava bingung. Selama 4 tahun ini Dava hanya memberikan beberapa kali buket bunga kepada Elsa, dengan bunga mawar yang sama dan dengan aroma yang sama. Tapi ekspresi Elsa malam ini berbeda. Tatapan tidak suka dan seperti ada mendung dalam wajahnya. Padahal sebelum Dava memberikan bunga itu, Elsa masih tersenyum bahkan tertawa.

"Bukannya aku nggak suka Dav. Tapi ini buang-buang uang aja. Harusnya kamu beliin cokelat, lebih manfaat, bisa di makan. Kalau bunga? Di simpan, kering lalu di buang. Sayang kan uangnya" ucap Elsa.

Dava & ElsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang