Sebanyak 20 tusuk sate sudah berada di depan Elsa dan juga Dava sore ini. Dengan bumbu kacang yang begitu kental dan setiap daging yang besar-besar sangat menggugah selera. Elsa menatapnya dengan tatapan mupeng.
"Makan buk jangan di tatap terus. Sate nya nggak akan baper kamu tatap begitu. Yang kamu tatap sate, tapi yang baper malah aku" sindir Dava sembari mencomot satu tusuk sate lalu memakannya.
Sate disini termasuk favorit Elsa dan juga Dava. Mungkin bukan hanya Elsa dan Dava, tapi juga pelanggan-pelanggan yang lain. Selain penjualnya ramah dan asli Madura, harga yang di berikan pun cukup murah dengan rasa yang enak. Makanya tidak menutup kemungkinan jika ini favorit banyak orang.
"Kamu sejak kapan tadi di parkiran fakultas teknik?" Tanya Elsa usai menelan sate di mulutnya
"Satu jam. Di dalam mobil aja, nyalain Ac, musik terus tiduran" jawab Dava
Elsa berdecak "ngapain lama-lama. Kan kamu tau, kalau jadwal aku kuliah itu selesai jam 4" ucap Elsa
"Ya nggak papa. Seneng aja aku nungguin kamu" jawab Dava.
Kebetulan mereka duduk saling berhadapan dan duduk di paling ujung, sehingga beberapa pelanggan dan tukang sate tidak akan mendengar obrolan antara Dava dan Elsa. Sekalipun mendengar, mungkin hanya samar-samar.
"Bagian mana yang bikin seneng. Nunggu itu nggak enak Dava" ucap Elsa gemas
"Nggak tau kenapa, nungguin kamu itu rasanya kayak candu. Kalau kata orang nunggu itu nggak enak, mungkin karena orang itu menunggu orang yang salah. Kalau aku malah ngerasa enak, karena aku nunggu perempuan yang tepat dan perempuan yang pantas untuk di tunggu" jawab Dava lalu memakan sate dari tusuk di tangannya.
Elsa menghela nafasnya panjang pasrah saja dengan apa yang Dava katakan. Setiap Elsa berucap, Dava selalu dengan pintar untuk menjawabnya.
"Enak ya Sa. Nggak beda sejak dulu. Begini-begini aja rasanya" ucap Dava
"Ya mau rasa gimana lagi? Sate rasa jeruk? Sate rasa strawberry?" Tanya Elsa asal. Dava malah tertawa dengan pertanyaan Elsa. Begitu lucu dan menggelitik perutnya.
Elsa melanjutkan makannya dalam diam, tidak ada lagi topik yang perlu di bahas nya atau yang perlu ia ributkan bersama dengan Dava.
"Dav aku boleh pinjem hp kamu?" Tanya Elsa setelah menyelesaikan makan nya
Dava menatap ke arah perempuan di depannya, mengelus lembut rambut Elsa lalu memberikan ponsel yang sejak tadi ia kantongi. Elsa sangat jarang meminjam ponsel dengan keinginannya sendiri seperti ini. Biasanya selalu Dava yang memaksa agar Elsa mengecek setiap inci dari ponselnya. Entah mengapa, tapi yang jelas Dava senang Elsa meminjam ponsel miliknya hari ini.
Elsa membuka aplikasi instagram, melihat filter-filter terbaru yang mungkin sudah keluar dan bisa ia gunakan. Sembari menunggu Dava selesai makan, Elsa mencoba mengambil foto Selfi dengan beberapa filter yang tersedia. Sampai Elsa bosan dan berganti scroll aplikasi instagram yang isinya hanya sebatas postingan teman laki-laki Dava, postingan tentang sepak bola dan beberapa motivator atau yang laki-laki yang pernah ikut acara stand up comedy. Selain itu tidak ada.
Jika ditanya kenapa Elsa meminjam ponsel Dava, itu karena baterai ponsel Elsa hampir habis sore ini. Bukan karena Elsa ingin mengecek ponsel milik pacarnya atau ingin bertindak posesif.
"Dav ini kenapa sih isinya cowok semua" protes Elsa sembari menunjukkan layar ponsel kepada Dava dan menggeser ponsel tepat di depan wajah Dava. Karena yang Elsa lihat sejak tadi hanya foto laki-laki saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava & Elsa
ChickLit(Sekuel Backstreet) Mencintaimu bukan lah cara menciptakan sebuah pelangi, tapi tentang cara terkuat untuk menghadapi badai. (Dava) Langit tak selalu biru, mendung tidak selalu datang hujan, sore tidak selalu akan jingga, dan hidup tidak selamanya a...