45: Another Person

507 26 6
                                        

Sudah berpuluh kali bel pintu ditekan sejak satu jam yang lalu, mulai kurir sampai orang tidak jelas. Sesuai pesan Elsa, maka Viona tidak membukakan pintu. Viona hanya sebatas mengintip dari balik gorden lalu kembali ke ruang tengah saat yang dilihatnya adalah kurir pengantar makanan yang jumlahnya tidak terhitung. Kini berbagai jenis makanan nangkring di atas meja yang ada di teras. Bertumpuk-tumpuk seperti gunung Himalaya. Siapa lagi pengirimnya jika bukan Dava.

Berbagai godaan kerap datang di diri Viona dengan membayangkan berbagai jenis makanan yang begitu beragam rasa dan jenis. Terlebih Viona mengetahui jika salah satunya ada pizza.

"Sabar Vio. Nanti ada waktunya. Jangan bikin kak Elsa tambah marah" ucap Viona pada dirinya sendiri.

Ponsel di pangkuan Viona bergetar begitu lama. Ada panggilan masuk ke dalam benda pipih tersebut.

'Kak Dava is Calling'

"Angkat aja kali ya. Kan kak Elsa cuma bilang kalau nggak boleh buka pintu. Bukan nggak boleh angkat telepon dari kak Dava. Angkat aja deh" ucap Viona lalu menggeser tombol hijau di layar dan menempelkan ponselnya ke telinga

"Halo Vi. Elsa udah pulang?" Tanya Dava tergesa

"Udah kak"

"Tadi gue udah kirim makanan. Kenapa kurirnya bilang rumah kosong. Kalian kemana?"

"Di rumah. Kak Elsa bilang nggak usah buka pintu buat siapapun"

"Kenapa?" Dava merasa aneh dengan ucapan Viona. Dava meyakini jika Elsa memberinya kejutan. Tapi dari pengakuan setiap kurir makanan, membuatnya tidak yakin pada keyakinannya sendiri.

Viona bergumam "soal chat kak Dava pakai nomor baru. Maki kak Elsa. Vio tau kok kak kalau kak Dava ngelakuin ini karena cemburu. Tapi kak Elsa nggak terima dengan semua itu"

Telinga Viona jelas menangkap suara tangan yang memukul kening dari seberang sana

"Oke, gue akan kesitu jelasin semuanya" ucap Dava

"Kak, untuk saat ini jangan. Kalau besok mungkin bisa dicoba. Kak Elsa nggak mau ketemu siapapun hari ini. Wajahnya marah sama sedih campur jadi satu" ucap Viona "kalau Vio boleh kasih saran, lebih baik kak Dava ngasih jeda buat kak Elsa. Wajahnya kak Elsa itu kelihatan kayak kecewa. Dan seharusnya kak Dava nggak perlu ngelakuin hal seceroboh itu. Kalau memang pada nyatanya kak Dava cemburu, Kak Dava bisa mengatakan itu langsung ke kak Elsa. Nggak perlu dengan cara seperti itu. Sekalipun kak Dava gengsi buat bilang cemburu sama kak Elsa. Kak Elsa akan lebih menghargai kak Dava yang jujur daripada membuat kak Elsa menjauh dari kak Arion dengan memaki seperti itu. Bukan maksud Vio buat membela kak Elsa. Mungkin kalau Vio ada di posisi kak Elsa, maka Vio ngerasain hal yang sama. Kalau kak Dava mau kesini silahkan, kak Dava ambil semua makanan yang udah kak Dava kirim. Semua makanan, cokelat dan minuman itu nggak akan membuat kak Elsa luluh begitu aja. Kali ini kecewanya kak Elsa udah sungguhan kak. Vio tutup ya teleponnya" sambung Viona lalu menutup sambungan teleponnya sepihak.

***

Dava mengacak rambutnya sampai benar-benar kusut tak tertata rapi. Kata-kata Viona seperti merajam hatinya.

Ditambah fakta jika Elsa tidak mau membalas chat atau mengangkat teleponnya. Beruntung Elsa tidak memblokir semua akun sosial media nya. Elsa masih berfikir jernih dengan mendiamkan semua notif dari Dava tanpa berpikir untuk blok semua akun sosial media.

"Kalau gue diem Elsa tambah marah lagi" gumam Dava lalu memakai hoodie nya. Dava akan mendatangi rumah Elsa kali ini.

Langkah Dava yang tergesa tiba-tiba di halangi oleh mama nya yang baru muncul dari dapur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dava & ElsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang