Suara deburan ombak begitu keras terdengar saat Elsa keluar dari mobil Dava. Siang menuju sore tidak banyak yang datang ke pantai, apalagi ini bukan hari libur. Hanya beberapa orang yang bersiap camping di bibir pantai dengan berbagai perlengkapan yang sudah komplit.
Elsa melepas flat shoes warna maroon di bawah pohon kelapa, pantai ini tetap sama dan tidak banyak berubah meskipun sudah setahun lebih Elsa tidak mendatanginya bersama dengan Dava.
Beberapa gardu di tepi pantai yang menampilkan vibes Bali di bangun begitu banyak. Warung-warung yang dulunya hanya beberapa kini sudah berubah menjadi puluhan bangunan yang berdiri tegak, tetapi untuk hari ini tidak semuanya buka. Sekiranya hanya sebanyak 7 warung yang buka dengan menjual berbagai makanan yang berbeda.
"Kamu lapar?" Tanya Dava yang melihat Elsa sedang menatap berbagai warung di dekat pantai
Elsa mengerjapkan matanya "enggak. Sekarang warungnya banyak. Padahal baru setahun kita nggak kesini" ucap Elsa lalu tersenyum hingga menampilkan lesung di pipinya.
Pantai ini adalah tempat favorit antara Dava dan Elsa sejak 2 tahun terakhir. Jika tahun lalu Elsa dan Dava sangat sering mendatangi pantai ini saat menjadi Maba, tahun ini malah tidak pernah datang.
Dava meraih jemari Elsa lalu menggenggamnya, tidak ada penolakan dari Elsa.
"Kita lama ya Dav nggak kesini. Jadi kangen momen kita yang dulu" ucap Elsa lalu menarik tangan Dava. Berjalan di sepanjang bibir pantai dengan kaki telanjang dan merasakan pasir halus yang kini mereka injak, sesekali deburan ombak dengan sengaja mengenai kakinya.
"Momen kita kan terlalu banyak disini. Apalagi buat tahun lalu Sa. Rasanya nggak ada satu jeda pun buat kita lupa tentang momen itu. Momen yang kita abadikan di kamera dan kita taruh di album bersama. Di rumah kamu" ucap Dava. Ingatannya masih jelas memutar rekaman dimana saat itu mereka mengukir memori yang tidak akan pernah di lupakan.
Elsa tersenyum sembari menatap Dava yang ada di sebelah kanannya "udah lama kita nggak cek foto itu bareng-bareng. Padahal dulu pas pertama jadi, kamu antusias banget" ucap Elsa. Setahun lalu adalah momen dimana mereka sering menghabiskan waktu untuk sekedar mengecek hasil cetakan foto di album yang berada di rumah Elsa. Menghabiskan waktu untuk menertawakan ingatan-ingatan aneh yang melintas di pikirkan mereka.
"Enak aja. Kamu juga kali Elsa. Malah kamu ngajakin aku rebutan dan kamu kalah. Akhirnya kamu minjemin album itu ke aku" ralat Dava
"Iya iya yang always ingat sama momen itu"
Dava terkekeh lalu berganti merangkul pundak Elsa sembari berjalan terus di sepanjang bibir pantai. Elsa melingkarkan tangan kanannya di punggung Dava dan menyandarkan kepala di bahu Dava.
"Jangan pernah pergi ya Sa. Tidak pernah ada perempuan lain yang aku sukai semenjak kamu hadir. Sepertinya stuck di kamu adalah pilihan yang benar-benar tepat" ucap Dava
"Pergi kemana? Ke kampus?" Tanya Elsa asal. Elsa sebenarnya mengetahui dimana arah pembicaraan Dava. Dava tidak ingin jika Elsa meninggalkan Dava untuk hal yang apapun.
"Seriusan sayang" ucap Dava gemas lalu mengacak rambut lurus milik Elsa.
Elsa justru tertawa terbahak "iya Dav. Aku nggak pergi. I'm promise" ucapnya dengan nada suara yang terdengar begitu tulus.
"Kamu mau aku fotoin sayang?" Tanya Dava
"Boleh" ucap Elsa kemudian melepaskan diri dari Dava dan maju 2 meter di depan Dava. Berpose sebisa mungkin.
Beberapa jepretan dengan pose berbeda sudah berhasil Dava abadikan melalui kamera ponselnya. Foto-foto Elsa nanti akan dicetak dan ditempel ke album foto yang sudah Dava sediakan sejak bertahun-tahun yang lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dava & Elsa
ChickLit(Sekuel Backstreet) Mencintaimu bukan lah cara menciptakan sebuah pelangi, tapi tentang cara terkuat untuk menghadapi badai. (Dava) Langit tak selalu biru, mendung tidak selalu datang hujan, sore tidak selalu akan jingga, dan hidup tidak selamanya a...