Selesai sarapan dengan sup ayam buatan mama nya, Elsa menunggu Dava menuntaskan obrolan dengan Doni daripada Elsa mengganggu dan menghentikan percakapan mereka. Elsa memperhatikan beberapa piring yang sudah tersusun rapi di rak bersama dengan gelas dan juga peralatan lainnya. Setiap Rosa di rumah dan tidak ikut suaminya dinas, keadaan rumah selalu rapi tertata. Berbeda jika Elsa dan Viona di tinggal di rumah sendiri. Selalu berebut pekerjaan rumah yang paling enteng tapi berakhir tidak dikerjakan sama sekali.
Selang beberapa waktu suara kaki terdengar melangkah masuk rumah membuat Elsa menoleh. Ada papa nya yang di ekori oleh Dava. Elsa lantas bangkit dari duduknya dan menghampiri mereka berdua dengan wajah tersenyum.
"Pa, papa udah sarapan? Dava juga udah?" Tanya Elsa sembari menatap dua laki-laki di depannya secara bergantian
"Udah Sa" jawab Dava
"Udah sayang. Kamu udah sarapan?" Tanya Doni balik
"Sudah Pa" jawab Elsa
"Kalian mau lanjut ngobrol atau gimana. Papa ke atas dulu ya. Baik-baik kalian" pamit Doni. Elsa dan Dava kompak mengangguk mengiyakan.
"Ini mau jam 11. Bukannya kamu ada jadwal mata kuliah" ucap Elsa. Dava menepuk dahinya cukup keras. Ia hampir lupa jika ada jadwal mata kuliah siang ini. Terlalu lama mengobrol dengan calon mertua membuatnya lupa dengan jadwal yang sudah di sepakati nya dengan dosen.
"Kamu nggak ada kuliah?" Tanya Dava balik
"Ada jam 1 nanti" jawab Elsa
"Barengan aja sekalian. Nanti aku jam 1 udah kelar. Kamu bisa ikut mata kuliah aku aja kayak biasanya" ucap Dava
"Ya udah aku ambil tas ke atas sama sekalian pamit papa ya. Tungguin bentar" ucap Elsa kemudian berlari kecil ke lantai 2 dimana kamarnya berada. Lagi pula Elsa tidak ada kerjaan jika di rumah, semua tugas kuliahnya sudah selesai sejak semalam.
****
Sesuai harapan, dosen menyelesaikan kuliah lebih cepat sehingga Dava bisa mengisi perut sebelum masuk ke ruang kelas Elsa. Membahas mengenai mahkluk hidup selain manusia.
"Sa ke kantin dulu ya" ucap Dava sembari memasukkan binder ke dalam ranselnya.
Elsa melihat jam yang ada di dinding, masih ada waktu sekitar 40 menit sebelum mata kuliah Fisiologi tiba.
"Iya Dav. Masih ada waktu 40 menit" ucap Elsa. Bukan sekali atau dua kali Elsa mengikuti kelas Dava. Tapi lebih dari sering. Sehingga banyak teman-teman Dava yang sudah mengenal Elsa. Tapi tak jarang juga mahasiswi di kelas ini yang menatap Elsa sinis. Bahkan dengan terang mengatai jika Elsa tidak sejajar jika dibandingkan dengan Dava, perbedaan yang jauh. Tapi berhubung Elsa sudah kebal dengan hal yang seperti itu, Elsa memilih acuh dan tidak mau peduli.
"Dava" panggil seorang gadis dengan postur setinggi 165cm dan tubuh langsing, kulit putih, rambut lurus yang diberi gelombang pada bagian bawah. Mita namanya, teman satu kelas Dava yang secara terang-terangan sering menunjukkan ketertarikannya terhadap Dava.
Dava hanya menoleh dengan alis terangkat, terlihat tidak tertarik dengan panggilan Mita.
"Setelah ini kita kan kosong nggak ada mata kuliah, bisa nggak ngobrolin tentang kerja kelompok?" Tanya Mita sembari mendekat ke arah Dava.
"Ngobrol aja di grup. Kan lo udah bikin grup kelompok juga sama Yusi, Galang dan Tita" jawab Dava. Tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah perbandingan hukum perdata kemarin memang dilakukan secara berkelompok. Dan tidak beruntungnya, Dava malah satu kelompok dengan Mita yang kelewat centil dan terlalu banyak bicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dava & Elsa
ChickLit(Sekuel Backstreet) Mencintaimu bukan lah cara menciptakan sebuah pelangi, tapi tentang cara terkuat untuk menghadapi badai. (Dava) Langit tak selalu biru, mendung tidak selalu datang hujan, sore tidak selalu akan jingga, dan hidup tidak selamanya a...