27: Future Home?

248 20 2
                                        

Elsa memasukkan peralatan tulis dan bukunya ke dalam tas karena perkuliahan sudah usai siang ini. Elsa sudah mengirim chat kepada Dava sejak setengah jam yang lalu, dan harusnya Dava sudah sampai di area kampus saat ini.

"Gue duluan ya Sar, Han" ucap Elsa lalu melenggang pergi tanpa menunggu jawaban dari kedua teman nya. Sebelum Rendra menawarkan ajakan untuk pulang bersama dan berakhir penolakan oleh Elsa.

Kaki jenjang Elsa turun sampai lantai 1. Elsa melihat chat yang baru Dava kirimkan beberapa menit lalu

Dava: udah di parkiran sebelah fakultas kedokteran. Dalam mobil sayang.

Elsa tidak membalasnya, mata Elsa sibuk menyapu area parkir fakultas kedokteran. Mobil warna hitam yang terparkir di tempat strategis bisa dengan cepat Elsa temukan dengan matanya yang begitu teliti.

"Udah lama?" Tanya Elsa sembari meletakkan buku dan tas nya di jok belakang

Dava bergumam lalu melihat arloji di pergelangan tangannya "sekitar satu setengah jam" jawabnya lalu menyalakan mesin mobil dan mulai meninggalkan area parkir

"Satu setengah jam? Di parkiran?" Elsa memastikan

"Iya sayang"

"Kok ganti mobil? Kan tadi pakai motor?" Tanya Elsa

"Tadi aku pulang bentar. Ganti mobil karena takutnya kamu kepanasan. Ya udah aku tunggu aja di parkiran sekitar satu setengah jam, aku tidur" jawab Dava. Seolah dirinya baru menunggu selama 3 menit lamanya. Padahal jika Elsa yang menunggu waktu sebanyak itu, pasti Elsa memilih menunggunya di coffe shop dan bermain game disana. Daripada di parkiran seorang diri seperti Dava.

"Kamu nggak jadi ketemu Martin?" Tanya Elsa

"Enggak yang. Tadi emang udah janjian sebelumnya. Terus tiba-tiba pas aku udah jalan ke kosan Martin, Martin bilang kalau dia ada kelas dadakan. Ya udah akhirnya aku pulang" perjelas Dava.

Sesuai dengan apa yang Dava lakukan sepulang mengantar Elsa, Dava mengambil mobil dan berangkat lagi. Mama nya sedang pergi arisan, Diva sekolah dan hanya ada sopir serta pembantu di rumahnya.

Elsa hanya ber-oh ria kemudian menatap jendela di sebelah kirinya. Elsa melihat trotoar yang dilaluinya, pohon yang seperti berjalan ke belakang dan berbagai pengamen yang ada di setiap persimpangan jalan.

Jalanan cukup lenggang siang ini, macet tidak terlalu panjang dan rasanya setiap lampu merah tidak begitu ramai. Hanya dipenuhi berbagai penjaja makanan atau minuman yang menawarkan dagangannya di setiap kendaraan yang berhenti. Menolak jika tidak ingin beli, dan akan membayar dengan sejumlah uang jika berminat.

Rasanya mata Elsa meneliti di setiap orang yang dilihatnya hari ini, berbagai sifat dan bentuk rupa. Mungkin suatu kesalahan jika sampai Elsa merasa kurang pada hidupnya yang lebih. Setiap momen orang memang berbeda, mungkin ini fungsi melengkapi setiap ornamen yang ada.

Bukan diri kita yang kurang, tapi rasa syukur. Jika kita bersyukur, kelebihan dari diri kita akan terlihat dengan sendirinya.

"Ada masalah sayang?" Tanya Dava sembari mengusap lembut kepala belakang Elsa.

Elsa menoleh lalu menggeleng dan tersenyum tipis "enggak. Nggak ada, kamu lanjut nyetirnya. Aku mau lihat jalanan" ucap Elsa.

Dava mengangguk dan memegang setir di hadapannya dengan kedua tangannya.

Mungkin Elsa membutuhkan jeda untuk berhenti berbicara, batin Dava.

"Dav ngapain kita kesini?" Tanya Elsa saat mobil Dava masuk ke dalam salah satu perumahan elite yang terletak di pusat kota. Perumahan terkenal dengan harga yang tinggi dan model yang begitu bagus.

Dava & ElsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang