Satu binder dan satu set alat tulis Elsa masukkan ke dalam tas dengan cepat. Dava baru saja mengirim chat jika Dava sudah menunggu di parkiran fakultas kedokteran. Dengan cekatan dan sedikit terburu, Elsa pamit pada Sari dan Hana lalu melenggang pergi lebih dulu.
Jika harapannya Elsa akan sampai di parkiran lebih cepat tapi kali ini berbeda, pergelangan tangan Elsa malah di tarik oleh Arion secara tiba-tiba membuat Elsa terperanjat kaget.
"Lo mau pulang sama gue?" Tanya Arion langsung ke intinya
"Maaf kak, Elsa udah dijemput sama pacar Elsa, Dava" jawab Elsa sembari menepis tangan Arion.
Beberapa teman sekelas menyapa Elsa tanpa membantu Elsa sama sekali. Termasuk Hana dan Sari yang malah menggoda Elsa.
"Sekali ini aja" ucap Arion dengan mata memohon. Elsa tidak tega tapi Elsa juga tidak bisa menerima ajakan itu. Selain karena Dava sudah menunggunya, Elsa juga tidak akan pernah mau pulang dengan laki-laki asing seperti Arion atau bahkan Rendra.
"Nggak bisa kak" jawab Elsa. "Lepasin ya kak" sambung Elsa sembari melirik ke arah pergelangan tangan nya
"Kalau misal gue lepasin. Lo mau kan pulang sama gue? Gue ada perlu juga sama lo" tanya Arion
"Harus berapa kali ya Elsa ngomong kalau Elsa nggak mau" tegas Elsa sedikit kesal. Arion sangat agresif dan benar-benar memaksa.
Arion melepaskan tangannya lalu menghela nafasnya panjang "ya udah, kalau gitu gue duluan" ucap Arion lalu melenggang pergi. Tidak akan berguna menarik lengan Elsa seperti itu.
Elsa lega Arion tidak lagi memaksanya. Elsa langsung beranjak pergi dari lorong tersebut tanpa mempedulikan tatapan penuh tanya yang ditunjukkan oleh para mahasiswa lainnya. Langkah kaki Elsa begitu cepat, waktunya sudah terbuang selama beberapa menit untuk menanggapi kegilaan yang Arion buat.
Mata tajam Elsa terus berkeliling mencari dimana mobil Dava terparkir. Siang ini parkiran cukup penuh sehingga untuk mencari sosok Dava akan sangat sulit.
Lagi-lagi lengan Elsa ditarik saat mata Elsa baru saja menemukan lokasi dimana Dava duduk di atas kap mobil seperti biasanya.
"Kak lepasin" Elsa meronta untuk dilepaskan sembari menepis lengan Arion.
"Ada sesuatu yang perlu gue kasih ke lo. Bentar aja" ucap Arion dengan mata memohon. Elsa yang kesal langsung menginjak kaki Arion dengan keras. Saat Arion sibuk memegangi kakinya, Elsa justru berlari dengan langkah cepat di antara banyaknya kendaraan yang sedang terparkir.
"Elsa" panggil Arion dengan kesal lalu menyusul Elsa yang sudah berlari sedikit jauh dari lokasinya.
Elsa tidak mengindahkan panggilan itu, Elsa terus berlari dengan rasa takut, hampir menabrak beberapa mahasiswa yang berlalu lalang. Langkah Elsa langsung tertuju ke Dava.
"Dav" panggil Elsa setengah berteriak
Yang memiliki nama menoleh dan terkejut melihat Elsa yang berlarian di sela-sela kendaraan. Dava menghampiri Elsa lalu merengkuh tubuh Elsa dalam pelukannya.
"Dav tolong" ucap Elsa dengan nafas terengah-engah karena terlalu jauh jaraknya berlari.
"Kenapa? Ada apa?" Tanya Dava
"Kak Arion" ucap Elsa
"Kenapa?" Tanya Dava sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar parkiran. Tidak ada orang lain yang berlari atau suara langkah kaki yang terdengar.
"Arion maksa aku buat pulang bareng Dav. Dia narik tangan aku. Aku takut" ucap Elsa.
Dava menarik Elsa masuk ke dalam mobilnya dan memberikan sebotol air mineral kepada Elsa.
"Minum dulu sayang" ucap Dava
Elsa menurut, meneguk air mineral sampai habis. Baru kali ini Elsa merasa ketakutan dengan adanya laki-laki asing di dekatnya. Arion seperti manusia di tv yang sangat ingin mencelakai pemeran utama.
"Ya udah, kita pulang ya. Selagi di perjalanan. Kamu bisa cerita sama aku" ucap Dava lalu menyalakan mesin mobil dan meninggalkan parkiran fakultas kedokteran.
Seusai nafas dan degup jantungnya tertata, Elsa mengusap punggung tangan Dava dengan lembut. Dava tersenyum hangat ke arahnya.
"Kak Arion maksa aku buat pulang bareng Dav. Aku tolak, terus waktu di parkiran dia narik aku lagi Dav. beruntung aku masih bisa kabur dari dia. Aku takut" ucap Elsa
Dava mengernyitkan dahinya bingung "dia narik kamu? Terus tangan kamu gimana?" Tanya Dava sembari memeriksa tangan Elsa yang masih utuh dan tidak meninggalkan bekas apapun
"Nggak papa" jawab Elsa.
"Maaf" gumam Dava
"Buat?"
"Aku nggak bisa jagain kamu dengan benar. Sampai kamu ngalamin hal seperti ini Sa" ucap Dava dengan nada penuh penyesalan.
Dava memang seperti itu, setiap Elsa melakukan kesalahan atau Elsa mengalami sesuatu yang buruk, Dava selalu meminta maaf dan menyalahkan dirinya sendiri. Mengatakan jika Dava tidak benar dalam menjaga Elsa, kurang mengawasi Elsa dan kurang perhatian. Tidak pernah Dava menyalahkan Elsa atas kesalahan yang dibuat oleh Elsa. Dava selalu menganggap jika itu kelalaiannya dalam menjaga Elsa.
"Bukan salah kamu Dav. Kak Arion yang salah. Aku juga bingung, kenapa dia kayak pengen banget pulang sama aku" ucap Elsa yang merasa aneh. Dari banyaknya mahasiswi di kampus, harusnya Arion bisa memilih perempuan yang lebih baik daripada Elsa.
"Besok-besok kalau pulang, kamu harus tunggu aku di kelas dulu. Biar aku yang nyamperin kamu ke kelas. Terus kalau kamu berangkat, aku bakal anterin kamu sampai ke kelas juga. Jangan sampai kamu mengalami hal seperti ini lagi. Aku nggak mau" ucap Dava begitu lembut. Raut Dava menunjukkan kecemasan yang luar biasa. Dava mengkhawatirkan keadaan Elsa yang seperti ini. Baru kemarin Elsa di labrak dengan perempuan aneh. Siang ini Elsa dipaksa pulang dengan Arion.
"Dav nggak perlu"
"Perlu Elsa" tegas Dava.
Elsa terdiam, Elsa tau jika Dava begitu mengkhawatirkan keadaannya. Mengkhawatirkan jika Elsa sampai kenapa-napa hanya karena kelalaiannya dalam menjaga Elsa.
"Kamu nggak mau mampir dulu?" Tanya Elsa saat mobil Dava berhenti tepat di depan pagar rumahnya.
Dava turun dari mobil lalu membuka pintu untuk Elsa.
"Aku nggak usah mampir ya Sa. Viona udah sampai di rumah kan?" Tanya Dava
"Udah sih seharusnya" jawab Elsa. Matahari sedang terik tepat di atas kepala, yang menandakan jika ini sudah sangat siang dan harusnya Viona sudah ada di rumah
Dava mengangguk "kalau begitu, aku tenang" ucapnya lembut
"Ya udah buruan pulang. Kamu hati-hati di jalan Dav" ucap Elsa lalu menatap ke bawah. Tali sepatunya terlepas.
"Biar aku aja" ucap Dava saat Elsa hendak berjongkok untuk mengikat tali sepatunya lagi.
Dava mengikat tali sepatu kir Elsa dengan benar lalu berdiri kembali dengan wajah tersenyum.
"Jangan menunduk, nanti mahkota mu jatuh princess" ucap Dava sembari mengusap pipi Elsa dengan lembut.
Elsa terkekeh "mana ada cuma nunduk mahkota bisa jatuh" ucapnya lalu menepuk-nepuk bahu Dava.
"Kan kamu princess. Kalau di mata orang lain kamu itu biasa, di mata aku, kamu itu kayak pakai mahkota" ucap Dava dengan slow tone yang benar-benar membuat Elsa merasa spesial di tengah-tengah perempuan lainnya.
"Mau peluk?" Tanya Elsa sembari merentangkan kedua tangannya lebar.
Dava tersenyum dan langsung memeluk Elsa dengan erat. Pelukan Elsa seperti candu untuk Dava. Pelukan hangat yang selalu Elsa berikan setiap Dava merasa cemas dan merasa sepi dalam dirinya.
Elsa membuat keramaian dalam kota kecil di hati Dava. Bunga-bunga bertebaran, kupu-kupu terbang dengan lincahnya dan kehangatan hadir dalam lubuk hatinya. Elsa selalu memenangkan dan menciptakan setiap keping-keping kenangan dalam diri Dava.
______________________________
Enaknya dikasih konflik berat nggak?
Aku bingung teman teman. Kasih masukan ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava & Elsa
ChickLit(Sekuel Backstreet) Mencintaimu bukan lah cara menciptakan sebuah pelangi, tapi tentang cara terkuat untuk menghadapi badai. (Dava) Langit tak selalu biru, mendung tidak selalu datang hujan, sore tidak selalu akan jingga, dan hidup tidak selamanya a...