Tangan Elsa di gandeng oleh Dava saat keduanya beriringan masuk ke Orion Cafe. Hal ini bukan karena Dava ingin menunjukkan kepada Mita atau teman-temannya. Tapi Dava juga ingin menunjukkan pada dunia bahwa Dava beruntung bisa memiliki Elsa, begitu juga sebaliknya.
Yusi, Galang, Tita dan Mita sudah membentuk meja bundar dengan laptop di bagian tengah. Elsa melepaskan genggaman lengan Dava saat keempat teman Dava menoleh kompak ke arah 2 orang yang baru datang. Yusi, Gilang dan Tita tersenyum mendapati Elsa yang ikut dengan Dava. Berbeda dengan Mita yang terlihat jengah dan malah memalingkan wajah saat Elsa tersenyum kepada Mita.
"Dav, aku kesana dulu ya" ucap Elsa sembari menunjuk meja yang tak jauh dari meja kelompok yang dipilih oleh Gilang.
"Nggak usah. Kamu disini aja" ucap Dava lalu beralih menatap keempat temannya
"Iya Sa, santai aja sama kita-kita" ucap Yusi
"Duduk aja sini. Cerita-cerita pengalaman di jurusan kedokteran" tambah Tita dengan senyum mengembang
Elsa menurut dan duduk di sebelah Dava sambil menunggu makanan yang sudah di pesannya akan siap beberapa waktu lagi. Lagi pula Elsa juga sudah cukup mengenal baik teman-teman Dava. Hampir semuanya, karena Elsa sering ikut dalam mata kuliah Dava dan juga sebaliknya. Oleh karena itu tidak ada sedikitpun rasa cemburu hanya karena Mita berusaha mendekati Dava.
Cafe yang berada di pusat kota ini cukup ramai. Beberapa anak kuliahan dan beberapa lagi anak SMA yang baru pulang sekolah berkumpul disini.
Elsa menatap 2 gadis SMA yang sedang bercanda gurau dengan temannya. Elsa tersenyum tipis mengingat jika semasa SMA dulu ia juga pernah merasakan hal tersebut. Bersama dengan Kalila sahabatnya. Tapi kini, Elsa tidak tau dimana keberadaan Kalila atau bahkan sekedar kabarnya. Semua sosial media Kalila seperti hilang di telan bumi pada satu setengah tahun yang lalu.
Kalila yang dulunya begitu menyukai Dava tapi Dava berstatus sebagai pacar Elsa secara sembunyi-sembunyi tapi akhirnya mereka ketahuan setelah 2 tahun lamanya. Hal itu menyakiti Kalila sehingga Kalila membuat keputusan besar untuk meninggalkan Jakarta bersama dengan keluarganya. Elsa juga tidak paham bagaimana bisa Kalila meyakinkan keluarganya untuk pindah saat itu dan dalam hitungan jam.
Jika Kalila masih ada di sisi Elsa, mungkin mereka masih bisa tertawa bersama dan mengarungi sedihnya kehidupan bersama. Tapi pada nyatanya, semua tidak sesuai dengan ekspektasi sama sekali.
"Sa kenapa?" Tanya Dava saat matanya menangkap Elsa sedang melamun.
"Oh. . Nggak papa Dav" ucap Elsa dengan tersenyum paksa.
Dava mengangguk meskipun mengerti kemana mata Elsa menatap. Dava hanya tidak ingin membahasnya untuk kali ini. Hal itu akan melukai hati Elsa kembali, dan permasalahan Elsa akan sampai ke telinga teman-teman nya.
***
Jalanan cukup lenggang karena ini sudah hampir Maghrib. Lengan Elsa melingkar di perut Dava, dagu nya bertumpu di bahu Dava. Keduanya saling diam tidak ada pembicaraan.
Elsa masih bergelut dengan pikirannya mengenai Kalila. Seperti aneh, selama satu tahun lebih tidak ada kabar apapun yang di dapatnya. Mengirim pesan melalui email tapi tidak juga mendapatkan balasan. Mendatangi rumah Kalila juga tetap kosong tak berpenghuni sama sekali.
"Sa" panggil Dava
"Ada apa Dav?" Tanya Elsa
"Jangan diem aja dong, apalagi kamu diemin aku. Kamu bisa kena pasal" ucap Dava sembari membelokkan motornya ke arah perumahan tempat Elsa tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava & Elsa
ChickLit(Sekuel Backstreet) Mencintaimu bukan lah cara menciptakan sebuah pelangi, tapi tentang cara terkuat untuk menghadapi badai. (Dava) Langit tak selalu biru, mendung tidak selalu datang hujan, sore tidak selalu akan jingga, dan hidup tidak selamanya a...