Chapter 49

154 20 21
                                    

"Let's play a game, where you guess how I've been and you get no hints from me."

Eight Months – Wishing

ὔ ὔ ὔ

"Apakah dia sesibuk itu? Aku sulit sekali menghubunginya."

Kyuhyun meneguk alkohol dari gelas kristal di tangannya, lalu menjawab pertanyaan Donghae, "Ya, begitulah. Bahkan aku hanya bisa bicara dengannya sekali dalam sehari." Terdengar ada nada menggerutu di dalam suaranya.

Donghae mendesah panjang sembari bersandar di punggung sofa kulit ruang keluarga rumah Kyuhyun. Ia memandang sekitarnya, di mana dinding ruangan itu menampilkan gambar pemandangan gunung es dengan aurora indah pada langit malamnya yang berbintang. Bersama suara musik klasik yang mengalun lembut pada sore hari itu, suara Donghae terdengar kemudian, "Apakah kau tidak merasa kesepian di rumah sebesar ini seorang diri tanpa istrimu?"

Ada sebuah senyum kecil tersimpul di wajah Kyuhyun ketika ia menimpali. "Tentu saja aku kesepian. Terlebih lagi aku tidak bisa bicara banyak dengan Rae Ra," ia terdiam selama beberapa saat hingga sebuah tawa geli mengisi bibirnya. Kemudian ia mengatakan apa yang dipikirkannya saat itu, "Mungkin jika memiliki anak rasa kesepian itu akan sedikit terobati."

Senyum menggoda seketika memenuhi wajah Donghae yang baru saja menghabiskan alkohol di gelasnya dalam sekali tegukan. Ia menatap Kyuhyun dengan mata penuh sinar jenaka. "Ah, aku bisa menarik kesimpulan bahwa kau cukup sering mengkhayal soal anakmu dan Rae Ra."

Kyuhyun hanya tersenyum penuh misteri dan kembali meneguk minumannya.

Donghae mengambil botol wine pada meja di hadapannya, menuangnya ke dalam gelasnya yang kosong. "Tapi," mulainya, "aku yakin anakmulah yang pada akhirnya akan kesepian karena orangtuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka."

"Aku tidak bisa menyangkalnya," tanggap Kyuhyun, sedikit meringis. "Masa kecilku pun pasti akan penuh dengan rasa kesepian jika kau dan Rae Ra tak ada, begitupula dengan Rae Ra sendiri. Bagaimanapun kami anak tunggal. Hal itu tidak terelakkan."

Donghae terkekeh. "Mungkin program kehamilan untuk memiliki anak kembar adalah ide yang bagus."

Kyuhyun ikut terkekeh. Matanya berbinar, kurang lebih merasa setuju dengan ucapan sahabatnya itu. "Aku memang berencana untuk membicarakannya dengan Rae Ra saat dia pulang."

"Sebenarnya apa yang dilakukannya saat ini? Kenapa dia bisa begitu sibuk?"

Desahan panjang lolos dari hidung Kyuhyun, matanya menerawang. "Entahlah..."

ὔ ὔ ὔ

Rae Ra mempersilakan Henry masuk ke dalam rumahnya.

"Apa yang kau bawa hari ini? Menemukan sesuatu?" tanya Rae Ra pada pria yang masih mengenakan jas kantornya itu.

Henry berjalan mengekor di belakang Rae Ra, wajahnya terlihat kaku. Oh, sebenarnya wajahnya selalu terlihat seperti itu sejak Rae Ra meminta bantuannya empat hari lalu. Rae Ra berhasil memengaruhi perasaannya. Ia kini merasa sulit untuk baik-baik saja.

Dengan desahan napasnya yang begitu berat dan menyiratkan bahwa pundaknya memiliki beban besar, Henry menyahut rendah, "Sayangnya, iya."

Henry menyadari bahwa tubuh Rae Ra sedikit menegang setelah mendengar jawabannya. Perasaan Henry mulai berkecamuk. Lagi-lagi begitu. Lagi-lagi Henry merasa sesak. Bagaimana mungkin ia tidak merasa seperti ini? Atasannya yang sudah seperti kakaknya sendiri memiliki kemungkinan berselingkuh dari istrinya yang selalu begitu baik dan memperlakukannya sebagai teman!

What's Your Feeling?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang