XVI

900 146 17
                                    

"Menyusahkan." Dia yang berhasil mengusirnya. Dia pula yang diminta membuat Seta kembali. Begitu malas Vin mencari. Namun, dia justru dipaksa, harus menemukan Seta dengan keadaan hidup.

Tidak dengan tangan kosong. Vin membawa perbekalan tentunya. Seperti sekarang ini, dia akan membuat gubuk dari peralatan yang dia bawa, karena cuaca mendadak tak bersahabat.

Mencari berbilah-bilah kayu yang panjang, dan mengikat selembar kain lebar yang dia bawa, untuk membuat sebuah naungan, agar aman dari hujan.

Tidak lupa membuat api unggun, supaya dirinya hangat. Tidak terlalu takut, dengan kawanan pack yang menemaninya. Membuatnya lebih berani. Ada 8 dalam satu kelompok yang dia bawa. Pack adalah kumpulan yang loyal. Mereka memiliki mental yang bagus. Jangan lupakan gigi taring mereka yang panjang. Vin membawa tanpa si alfa. Pemimpin kelompok mereka ada di kastil, bersama Wyns, bersama anggota lainnya.

Mendadak Vin teringat Seta. Apa dia punya tempat berteduh saat ini? Mana hujan lumayan deras. "Lupakan. Kenapa aku jadi memikirkannya?"

Namun, di dalam hati nuraninya seperti ada yang berbisik bahwa dia mengkhawatirkan anak satu itu. Semoga dia tak memasuki kawasan Velnias Miskas. Karena daerah itu sangatlah luas. Dan salah satu perbatasannya ada di hutan yang Seta masuki. Ada sebuah pondok, tak jauh dari sana adalah pintu masuk hutan kabut. Mungkin tak ada yang menyadarinya. Karena tahu-tahu, bakal masuk kesana.

"Pixy, kau kenapa?" Vin mengusap kepalanya. Tak ada jawaban tentunya, hanya gumaman kecil dari serigala di depannya. "Apa kau juga gelisah seperti aku?" Suara Vin menyatu dengan derapan hujan yang makin menyeru. Sepertinya akan menjadi malam yang panjang baginya. Kenapa juga, Seta harus kabur ke hutan? Lebih mudah mencari kalau dia ke kawasan padat penduduk.

"Hah! Salahku juga. Firasatku buruk sekarang. Bagaimana ini?"

Setelah semalaman berlindung ria dari hujan. Dan berselimut sekelompok pack. Vin kembali melanjutkan pencarian, setelah menyantap kelinci buruannya. Tak lupa berbagi dengan para kawanannya. Masuk lagi ke dalam hutan. Mengikuti arah kemana para serigala itu berjalan. Dengan hidung mereka, Vin dapat mencarinya dengan mudah.

Tak menyangka, Seta akan berjalan sejauh itu. Atau karena menyasar? Sepertinya, karena arah jalannya tidak tentu. Bahkan sampai menemui jurang. Mungkin sudah hampir setengah hari Vin berjalan. Alasan tak memakai kuda, agar dia bisa mengawasi sekitarnya. Mana tahu, Seta sudah pingsan di jalan atau hutan terdalam, karena kelaparan.

'''

Salah jika Seta kelaparan, karena dia tengah makan beri-berian yang dia ambil serampangan di hutan. Yang penting dia cicip dulu, kalau enak, ya, diambil. Tapi tak tahu beracun atau tidak. Kalau beracun, ya sudahlah.

Bangun dalam keadaan basah, dingin. Membuatnya lapar. Sungguh, bagai orang tak pernah makan. Dia makan sambil menangis. Takut kalau mati, atau memang dia sudah mati?

"Kenapa nasibku begini?"

Hiks!

Hiks!

Hiks!

Ini benar-benar merusak mental Seta. Dia ingin sekali pulang ke rumah yang semestinya. Bukan kastil atau apalah itu. Dirinya frustasi saat ini. Mungkin lebih baik, dia mati saja sekarang. Daripada harus menderita seperti ini.

Haruskah? Dia naik pohon, lalu terjun? Percuma, paling-paling juga hanya patah tulang. Menambah derita saja.

Bukankah harusnya Seta bersyukur. Masih diberi tubuh yang sehat, akal yang berguna? Tapi dia malah berpikir yang tidak seharusnya. Iya, kalau di dunia sana Seta selamat, dan hanya terbaring di pesakitan dalam keadaan tidur. Lalu ini semua hanya mimpi.

ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang