VIII

1.2K 174 20
                                    

"Kakak!"

Teriak Quint, hingga menghambur ke arah Arsus dan Noe, yang pulang bersamaan. Mereka melepas rindu, setelah beberapa hari tak bertemu.

Lalu, teralih pada seseorang yang masih berdiri di lorong. Menatap keharmonisan ketiganya. "Dia Seta, orang yang kita temukan di hutan." Noe juga Arsus saling melempar pandang. Mereka memang baru tahu orangnya, dan sebelumnya sudah membicarakan keanehan yang sedang terjadi.

Noe kembali ke Tropski Val, untuk memberi tahu ke Arsus apa yang dia temukan. Tak perlu basa-basi, semua dibahas di forum itu. Karena ini menyangkut keselamatan seluruh negeri.

"Jadi ini orangnya. Aku Arsus." Ya, sama seperti yang lainnya. Mereka terpikat pada mata birunya. Dan Seta, tengah terpana pula, penampilan salah satu keturunan darah biru ini sangat sederhana, mencerminkan sikap kebijaksanaan yang diceritakan Quint. "Kau, sangat tampan." Puji Arsus, tulus.

"Terima kasih." Seta mengangkat kedua sudut bibirnya, tipis.

"Aku Noe," Muncul disebelahnya, si panglima perang. Nampak sangat gahar saja, dimata Seta. Sesuai dengan pangkatnya.

"Noe, kumpulkan semua orang. Termasuk kau Quint. Tapi sebelumnya, antarkan Seta ke perpustakaan terlebih dulu."

Ada apa ini? Batin Seta. Sepertinya serius. Ah! Lupakan! Lagipula ini tidak ada hubungannya dengan Seta bukan? Ini urusan mereka. Mungkin, kalau Seta tidak di antar, dirinya tak bisa menemukan perpustakaan yang Arsus sebut. Karena masuk ke dalam, juga terdapat banyak lorong dan belokan. Kesasar, iya.

"Kau disini dulu, kau bisa baca buku sesukamu. Nanti aku jemput, kalau sudah selesai." Seta mengangguk, menurut.

Quint telah hilang sepenuhnya. Mulailah kakinya berpijak pada perpustakaan yang membuat dirinya menjatuhkan rahang, juga merinding disko. Bagaimana tidak, ruangan besar ini, menjulang tinggi, dengan--mungkin--terdapat ribuan buku di dalamnya. Ada dua lantai, dan terdapat tangga disana untuk memudahkan menjelajahinya. Baginya, setahun saja tidak cukup waktu untuk membaca buku-buku disini secara keseluruhan.

Entah kapan terakhir kali Seta ke perpustakaan. Di tengah-tengah ruangan, terdapat sofa mewah dengan bahan beludru merah, berpadu dengan emas, pula karpet indah di bawah sofa. Pastinya untuk kenyamanan saat membaca. Jika ada mesin kopi, Seta bisa saja menyiapkannya sebagai teman baca buku, dan bersantai ria.

Dia tak tahu, harus mulai dari mana. Dua kaki panjang itu mengajaknya berkeliling, melihat rak-rak, siapa tahu ada yang menarik.

Telunjuknya mulai menyentuh cover-cover buku disana, seraya membaca judulnya. Hurufnya sama sekali tak dapat dia mengerti, bagaimana dia mau baca? Menarik asal, dia mencoba membuka halamannya. Sumpah, dia seperti melihat coretan saja. Coba saja dia punya konyaku penerjemah, milik doraemon. Haha! Mengada-ada saja kau Seta. Ya, hidupnya saja kini mengada-ada. Seraya berjalan memutar, dia melihat-lihat buku itu, ada sebuah gambar-gambar menarik menurutnya. Entahlah, seperti rumus bintang--mungkin. Beruntung tidak menemukan rumus sin, cos, tan.

Hanya saja disana pula, sesuatu yang pernah dia rasakan kembali terjadi. Di depan sebuah cermin. Kaku, macam waktu itu. Bukunya auto terjatuh, sebelah kanan tubuhnya seperti tak bisa digerakkan. Rasa panas kembali meraba lehernya.

Perlahan, dia bisa melihat perubahan dirinya secara langsung, separuh rupanya memucat, urat nadi seperti akar, berwarna hitam, muncul dari leher, menjalar ke sebagian kanan wajahnya.

"Argh!" Seta selayaknya manekin yang cuma bisa diam. Saat semua itu terjadi, tubuhnya terasa amat sakit, namun entah dibagian mana. Sesuatu seperti tengah mengendalikannya. Satu bola matanya, berubah seluruhnya, hitam legam, kecuali iris birunya, yang berubah menjadi merah.

 Satu bola matanya, berubah seluruhnya, hitam legam, kecuali iris birunya, yang berubah menjadi merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengerang yang terus Seta lakukan. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan. Dirinya masih berdiri di depan benda yang memantulkan bayangan dirinya tersebut. Tercengang, menatap apa yang sepertinya disengaja, untuk terpajang mengerikan.

Macam waktu itu. Tangan kirinya mulai bergerak, menuju leher, walau kepayahan dan penuh siksa. Seolah ada yang melawan dalam dirinya. Napasnya tercekat kala itu. Namun, seperti ada dorongan lain, tangannya mampu meraih lehernya, karena terus-menerus menampakkan urat nadi di seluruh tubuhnya, Seta bisa merasakanya. Wajahnya juga mulai sepenuhnya memucat, bak mayat. Dapat! Dalam sekali sentuh, semuanya sirna, menyusut, seperti bersembunyi kembali ke tempat 'itu' berawal. Tempat dimana kulitnya disayat, dan bisa saja membuat dirinya mati.

Bruk!

Meraup oksigen di ruangan itu rakus, setelah terhuyung dan berakhir terduduk. Keringatnya mulai muncul, dan basah. Seta seperti habis melawan sesuatu tak kasat mata. Rasanya lemas, luar biasa. Energinya tersedot, hilang.

Sebenarnya apa yang sedang dia lalui? Apa ini mimpi atau nyata? Jika mimpi, kenapa dia bisa merasakan sakit yang amat perih? Seakan nyata. Seta merasa terkejut bukan main, dirinya bisa berubah seperti orang yang kerasukan ruh jahat. Seperti yang biasa dia lihat dalam film atau drama exorsis.

Dia ingin tahu bagaimana keadaan sesungguhnya. Kabar Flo, Fawn, Jess, bahkan Dowey. Apa dia masih hidup atau sudah mati? Apa jangan-jangan, jasadnya masih di tempat? Dan belum ditemukan? Atau tubuh juga jiwanya ini, memang sedang berada di alam lain? Memikirkan itu membuatnya frustasi.

Apa ini sebuah hukuman atas dosa-dosa yang pernah dia lakukan. Tapi apa? Dia sudah berusaha menjadi orang baik. Atau ada kesalahan tidak sengaja yang pernah dilakukannya? Ingin sekali menangis, tapi untuk apa?

Bila dipikir lagi. Apa dia akan berubah sepenuhnya nanti? Seperti orang yang benar-benar kerasukan? Haruskah dia bilang pada seseorang? Quint atau Wyns? Tapi, apa mereka akan percaya? Atau malah mengusirnya? Karena dianggap akan berbuat jahat?

Bukan pelarian, namun memang matanya terasa sangat berat dan berbayang, tubuhnya masih begitu lelah.

"Aku tahu siapa dirimu."

Sebuah bisikan menyeramkan yang terdengar melalui rungu Seta. Sebelum dirinya tumbang. []

Hoiland
Wonosobo, 2021, 22 Feb.

ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang