X

1.1K 163 14
                                    

Membuka matanya perlahan, lalu bangun di antara kabut pekat yang mulai memudar. Jangan, jangan seperti mimpi kemarin. Seta mohon.

Tapi, doa itu tak mampu merubahnya. Menyapu sekeliling, masih tempat yang sama. Di antara himpunan pohon yang menjulang, tak ada setitikpun bias cahaya. Kegelapan seakan menariknya. Seta benar-benar seperti kehabisan napas. Dia ketakutan setengah mati.

Angin sedingin es membelai tubuhnya, menusuk hingga bagian terdalam. Kaku, namun nyeri yang dia rasakan. Bibirnya tak mampu berteriak. Mendadak bisu seketika.

Disaat itu pula, dwimaniknya membola, seolah ingin melompat dari lokasinya. Asap hitam bak sutra membentang mulai berkumpul dari segala penjuru arah Seta. Membentuk sebuah bayangan hitam, menyerupai bentuk manusia awalnya, namun ukurannya lebih besar. Seta harus mendanga, jika ingin melihat matanya yang menyala merah.

Lama kelamaan, muncul tanduk, di dua kepalanya, dan bagian kedua telinganya. Giginya meringis, seperti bersiap mencabik Seta dengan sekali serangan, dengan kuku-kuku jarinya yang tajam, juga panjang. Sepertinya Seta hanya sekedar kudapan pembuka baginya.

"Jolyon," Suara itu lagi. "Jangan tatap matanya."

Tidak bisa, Seta tidak bisa menutup matanya. Selangkah, kakinya mundur, ketika monster itu maju yang sialnya langsung sampai di depan Seta. Napasnya panas, tepat di wajah Seta.

"Jolyon, pejamkan matamu." Ah! Kenapa matanya tak mau menurut. Jatuh terduduk, dan merangsek mundur, sayangnya, punggungnya membentur pohon. Dan makhluk itu semakin mendekat. Hanya menatap tepat pada netranya, tapi separuh nyawa Seta seperti hilang di telannya.

Sedetik kemudian, makhluk yang masih meringis, menunjukkan gigi yang terdiri dari taring semua, seolah mencekiknya hanya dengan mata merahnya.

Sedetik kemudian, makhluk yang masih meringis, menunjukkan gigi yang terdiri dari taring semua, seolah mencekiknya hanya dengan mata merahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulut Seta terbuka lebar. Bergerak pelan, monster di depannya, mulai memasukkan satu jari kuku telunjuknya ke tenggorokkan Seta. Bau busuk, juga anyir seketika menyeruak ke hidung Seta. Panas seperti terbakar, perih luar biasa seperti luka ditabur garam. Seta ingin berteriak, namun yang ada hanya tangannya yang bergerak gusar kesana-kemari, menggapai udara atau mengacak dedaunan kering di tanah, yang dia duduki. Perutnya macam sedang di aduk-aduk paksa, hingga mulutnya menggenang, penuh darah, sampai tumpah. Bunyinya mirip serigala tengah mengoyak daging segar.

"Jolyon!"

'''

"Kenapa?" Seta menggeleng. "Kau seperti memikirkan sesuatu."

"Tidak, kok. Cuma--ingin pulang."

"Aku sudah bilang kemarin, kan? Kau belum bisa pulang. Kami tak tahu cara mengembalikanmu. Kau datang tiba-tiba. Lalu pulang pasti juga tiba-tiba." Jelas Quint. Dirinya ikut menemani Wyns ke kediaman Wazee.

Iya, Quint sudah cerita semuanya mengenai dirinya. Waktu dia terbangun dari mimpi pertamanya, mimpi dia berada di hutan terdalam, dengan suasana dan atmosfer yang begitu menekan, pula mencekam.

ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang