Pemuda itu berpikir sejenak ketika hanya tempat bernuansa putih yang didapati. Beberapa detik sebelum dia bangkit. Tubuhnya seakan tertarik ke dalam dan jatuh dengan sangat cepat hingga tiba di suatu tempat.
Yang pertama lelaki itu rasakan adalah permukaan berpasir, jangan lupakan kersik yang dibawa angin konstan berhembus dingin. Ketika tubuhnya sudah berdiri tegak, pemuda itu sadar bahwa dia sedang berpijak pada bukit pasir yang memanjang di sebuah gurun. Sesekali melangkah dan menyapu sekeliling. Sebenarnya di mana dia?
Pintu. Sebuah pintu muncul cukup jauh dari area di mana pemuda itu menjejak kaki telanjangnya. Tanpa ragu, dia berlari ke arah pintu putih berhias sulur berbunga. Walau cukup kesulitan dan berat karena berada di atas pasir. Sedikit lagi dia sampai. Namun, tiba-tiba saja pintu itu perlahan memudar.
Tunggu!
Karena terburu-buru, si pemuda kehilangan keseimbangan dan membuatnya tersungkur dengan lutut menumpu tubuhnya.
Maniknya bergetar, kepalanya mendadak kosong. Dia harus apa sekarang? Tak lama, rungunya menangkap suara berisik dengan volume cukup pelan. Hawa di balik punggungnya pun berbeda. Aroma segar yang bercampur bau garam mendadak menimbrung melalui penghidu.
Alisnya tersentak bersama-sama. Mencoba menganalisa apa yang ada di kepala dan semakin lama dia semakin yakin bahwa suara di belakangnya adalah deburan ombak.
Benar saja, saat kepala pemuda itu menoleh ke belakang. Laut lah yang dia dapatkan. Ombak menggulung pelan membasahi kaki hingga lutut yang belum beranjak sedari tadi. Ketika kembali menghadap depan, gurun sudah menghilang, hanya hamparan pantai berpasir hitam yang ada.
"Kau pasti tersesat, Seta." Ekor mata pemuda itu menangkap sebuah tangan terulur di sisi kanannya. Dia mengurut dari ujung tangan-yang muncul tiba-tiba itu-menuju ke wajah. Melihat siapa kiranya yang tengah mengajaknya bicara.
Seorang nenek berambut panjang dengan warna silver gelap dan cukup mencolok. Walaupun tampak setua itu tetapi dia masih cantik, apalagi dengan gaun putih yang rapat dan menjuntai jatuh terseret menyapu pasir.
Ah! Seta lupa bahwa dia tidak lagi di Entrella. Namun, apakah memang dia sudah mati di dunia nyata? Apa hidupnya akan berakhir demikian?
"Ku tunjukkan jalanmu, ikut aku." Pasrah karena tak tahu arah. Seta menerima uluran tangan si nenek. Dia juga tidak tahu akan di antar ke mana. Ke akhirat kah? Hanya saja, ada harapan kecil kalau dia bisa kembali ke bumi Tuhan.
|||
Darren membanting tubuhnya di kursi kerjanya. Menghela napas lelah karena sama sekali tak menunjukkan bukti apapun pada kasus yang tengah dia pegang.
Informasi telah Darren dapatkan dari polisi yang menangani kasus aneh di ibu kota. Perkara yang menimpa ketiga orang ini sungguh ganjil. Hanya saja dua pria yang menjadi korban di ibu kota itu bersaudara.
Lalu, yang baru-baru ini terjadi ... dia bukan siapa-siapa. Hanya, lagi-lagi semua tampak persis. Jejak pelaku tidak ada sama sekali. Bagaimana bisa? Serapi-rapinya pembunuhan pasti akan ada cela yang bisa menjadi bukti. Hanya, lagi-lagi Darren tak menemukan itu.
Tempo hari di awal minggu, seorang staff khusus presiden tenggelam bersama mobilnya setelah ditabrak dari belakang. Anehnya, mobil penabrak menghilang begitu saja tanpa jejak. Tidak ada tanda-tanda keberadaan pelaku penabrakan.
Awalnya, polisi yang menangani menduga bahwa masalah menyangkut unsur musuh politik atau mafia proyek. Apalagi dengan jabatan korban sebagai Staf Khusus Bidang Infrastruktur, Energi, dan Investasi. Namun, sayangnya tidak ada yang bisa dicurigai. Karena benar-benar bersih orangnya.
Jarak kasus kedua hanya selang satu hari. Seorang dokter pintar, tetapi tidak menonjol, jarang bergaul, dan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, ditusuk secara misterius saat melakukan presentasi di auditorium sebuah universitas kedokteran.
Bahkan tidak ada yang tahu pelakunya siapa. Karena benar-benar tidak terlihat. Video yang beredar membuktikannya. Dokter itu jatuh bersimpuh sembari memegangi perut. Tak sampai di situ, ketika dia melepas rematan tangannya, rembesan darah mulai membanjiri kemeja biru muda yang dipakai sang dokter. Akibatnya dokter tersebut mengalami pendarahan hebat. Senjata yang entah apa itu menyasar perut dan menembus sampai ke livernya.
Lalu, yang terakhir terjadi pada Seta di Ederra. Hanya pemuda biasa tanpa kedudukan penting. Anak yatim yang menghidupi dirinya sendiri lewat peternakan. Akibat jatuh ke jurang, pemuda itu harus mengalami patah tulang di panggul, robeknya usus dan kantong kemih bocor, tiga tulang rusuk patah, paru-parunya memar, dan gegar otak.
Darren bahkan tidak bisa melupakan luka di perut yang dia saksikan sendiri waktu itu. Hasil visum tidak menunjukkan adanya bekas kekerasan. Hanya saja, Darren masih ragu, tetapi punya kesimpulan bahwa kasus ini bisa jadi memiliki benang merah atas dasar pembunuhan berantai.
Namun, detektif itu belum menemukan sebuah petunjuk yang bisa dirujukkan pada pelaku. Pasalnya jarak ibu kota dengan Ederra terlalu jauh jika memang pembunuhan berantai. Darren juga perlu waspada jika nanti tiba-tiba muncul korban baru.
Artikel sudah muncul di sebuah media online dan portal berita lokal, mereka memberitakan kasus tersebut selama beberapa hari belakangan. Menyebar di seluruh Ederra, membuat resah penduduk. Menuntut kepolisian segera menyelesaikan kasus dan menangkap pelakunya. Kenapa pula semua harus terjadi di kotanya? Membuat pusing saja.
|||
Baru hari ini, seorang pemuda bisa duduk setelah apa yang terjadi pada kakak-kakaknya, membuatnya agak frustasi. Pemilik pipi gembul itu juga menikmati makan siangnya tergesa-gesa. Seakan dikejar sesuatu. Sesekali melihat ke layar ponsel yang tergeletak manis di meja dan menampilkan ruang obrolan dengan detektif yang memegang kasus dari dua kakaknya yang seorang staff khusus dan dokter.
Tak selesai dengan masalah itu. Keluarga mereka juga sedang diburu oleh reporter. Nenek moyang mereka adalah orang yang berpengaruh di ibu kota. Keturunannya juga tak ketinggalan ikut andil dalam memajukan kota tersebut. Tak ayal, ada satu-dua reporter meminta pemuda itu untuk dimintai wawancara, tetapi dia menolak. Dia tidak suka jika kehidupannya dikorek.
Lalu, muncul kabar mengerikan yang menimpa dua kakaknya. Mau tidak mau, dia harus berurusan dengan para pemburu berita macam itu. Namun, hal mendesak juga perlu pemuda itu selesaikan. Membuatnya terdampar di daerah kecil bernama Ederra bersama satu kakak dan adiknya, di saat yang lain sibuk mengurus sesuatu di ibu kota.
Sesekali, kelopak sipit itu melirik tv yang dinyalakan-dengan maksud menemani bukan untuk dilihat. Kotak bergambar tengah menayangkan program berita lokal. Karena tampak menarik, sang pemuda tergoda untuk melihat.
"Mahanta Seta?" bibir plumnya bergumam. Segera lelaki itu meraih ponsel. Mencari nama yang dia gumamkan di kolom pencarian. Ternyata memang bukan hanya keluarganya yang sedang trending. Demikian juga dengan nama Mahanta Seta. Hanya saja beda tempat.
Meninggalkan makanan yang belum habis di wastafel. Buru-buru menyambar jaket dan kunci mobil. Namun, kepergiannya urung ketika salah seorang pemuda yang dipanggilnya adik baru saja menutup pintu utama, menenteng paper bag.
"Kakak, mau pergi ke mana?"
"Bukan urusanmu, Val. Aku perlu memastikan sesuatu."
"Setelah semua yang terjadi, kita harus saling memberi tahu ke mana dan dengan siapa kita pergi." Perkataan adiknya sungguh tepat.
Si kakak menghela napas pasrah. Lalu kembali pada ponsel dan menunjukkan sebuah screenshot foto dari artikel yang dia baca secara kilat barusan.
"Aku harus menemui seseorang yang tahu dia. Dia Mahanta Seta." Sang adik tertegun, hingga menjatuhkan tas berisi makanannya. "Kau kenapa terkejut begitu?"
"Pemuda ini muncul di mimpiku." []
Hoiland
Wonosobo, 2022 Februari 2
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓
Fantasy[FINAL] "Hei, pemuda! Kau akan mengalami kejadian luar biasa." Bermula dari jatuh ke jurang. Tiba-tiba terbangun di sebuah tempat yang tak dia kenal bernama Entrella. Bertemu dengan orang-orang ajaib bagi benak pemuda itu. Di sana, dia dihadapkan pe...