Langkah pertama terasa begitu berat. Selanjutnya, disusul langkah berikutnya yang terasa semakin mudah. Pada akhirnya, Seta memilih menyeberang ke sana.
Bukan sesuatu yang membanggakan menurut Seta. Ini bukan sebuah pengorbanan yang berarti kalau dia pikirkan. Sebuah hal kecil baginya untuk sekadar membantu.
Pergi satu nyawa, menggantikan ribuan orang tak berdosa. Seta tidak bermaksud bunuh diri. Atau mungkin dengan begini pemilik mata biru itu bisa pulang ke rumahnya. Rumah yang sesungguhnya.
Dia tidak pernah tahu, kenapa harus merasakan sesuatu yang bersifat mustahil seperti ini. Tak pernah sebelumnya dia bayangkan hal demikian.
Tak dipungkiri, hal yang dilakukan Seta mengundang perhatian para K
Kakak. "Jolyon!" teriak Noe. Dia masih berkutat dengan musuhnya. Menyabet leher Anubid, menendang dada Oni. Noe hendak mengejar Seta, namun musuh seakan menghalanginya. Mengepung dari berbagai arah.Anak panah Faust bahkan hampir Seta tabrak. Namun, anak itu tetap setenang air kolam. Kakinya terus melangkah maju.
Manik Vin melihat Seta tanpa takut membelah peperangan. Mengikuti arah pandang Seta. Mencari apapun itu yang adiknya tuju. Itu Amren di ujung sana. Berdiri congkak menunggu pemuda yang masih berjalan itu.
Tidak, ini tidak boleh dibiarkan. "Jolyon!"
Vin melenguh dalam kala pundaknya seperti tercabik sesuatu. Ketika tubuhnya berputar, menggeramlah Lycan padanya. Wajahnya mengernyit, perih itu mulai muncul.
"Sialan!" teriak Vin. Emosinya naik dan tak tanggung-tanggung. Vin seketika mendapat kesempatan, memotong lengan kanan Lycan, lalu kiri. Kemudian, menancapkan pedangnya di dada makhluk tersebut.
Saar berbalik, Vin kehilangan Seta. Adiknya itu sudah berada beberapa langkah lagi dari Amren.
Seta benar-benar pasrah. Dia tidak lagi memikirkan para kakak yang semakin gencar meneriakkinya. Bukan karena tak peduli. Namun, Amren terus saja berbicara padanya.
"Jika kau berhenti ... semua mati." Ancaman itu seakan sebuah pernyataan. Seta tak mau mengambil resiko lebih dari ini. Dia terus maju, mempercepat langkahnya. Masa bodoh, walaupun rungunya terus dibisiki kalimat peringatan oleh para kakak.
Namun, tinggal tiga langkah di depan Amren. Sebuah lengan menahannya. Lalu banyak orang menghunuskan pedang mengelilingi Amren. Seta menoleh ke samping kanan, dia tidak tahu siapa orang ini. Dilihat dari baju zirahnya juga tampak berbeda. Seta yakin mereka bukan orang Entrella.
"Jangan mendekat." katanya. "Kenapa harus membunuh Pangeran Arsus?"
Apa? Apa Seta tidak salah dengar? Pria di sampingnya masih menatap Amren geram. Sesak, nyeri lengan, dan berkeringat. Ingatan tentang Arsus seketika meningkat. Ingatan, ketika si paling tua mendekatinya, tersenyum padanya. Lalu, sialnya dia harus mendengar berita kematiannya sebagai orang pertama? Bukankah para kakak belum tahu hal ini?
"Lantas, apa yang mau kau lakukan Lunar?"
"Tentu saja menghancurkanmu, Amren."
"Kalau kau bisa." Amren menatap Lunar tajam. Lalu merentangkan satu tangannya ke depan, perlahan ke atas. Sejurus kemudian, semua orang yang mengelilinginya, tapi tidak termasuk Seta. Terangkat tinggi dan jatuh terbanting bersamaan dengan tangan Amren yang kembali ke posisi semula.
Manik Seta bergetar melihat itu. Tubuhnya terasa kaku, tak bisa bereaksi lebih. Amren sungguhlah menyebalkan. "Dasar kalian makhluk payah. Kemarilah Jolyon."
"Ja ... ngan." Lunar mencekal kaki Seta. Tapi tak lama, karena Amren mampu melempar pria itu tanpa menyentuh, hanya dengan menggerakkan tangannya, menari di udara. Setelah itu, seperti biasa kehadiran dan kepergian Amren yang berubah seperti serangga. Mengukung Seta, membungkusnya, dan membuatnya menghilang dari sana.
"Jolyon!"
Teriakan terakhir dari Noe. Karena Mala muncul tiba-tiba. Menyemburkan api ke segala arah. Termasuk menghancurkan kastil. Semua prajurit yang berhasil menghindari semburan Mala berlari kocar-kacir menuju hutan terdekat. Walau harus melompat dari tebing kastil. Kalau bisa di bilang cukup tinggi.
Termasuk Wyns yang juga berlindung di bawah tanah bersama Vin. Tidak untuk Faust, di balik tameng besi yang menjejak di tanah menjadi tempat persembunyiannya agar dia bisa melesatkan anak panah dengan brutal namun cukup tepat ke arah Mala.
Faust tersenyum, ketika panahnya bertemu dengan mata milik sang naga. Meraung segila sang naga. Hanya saja, kesenangannya tidak lama. Ekor Mala, bergerak tak tentu arah, bahkan ke arahnya. Akibat dari kesakitan akibat bola matanya terkena panah.
"Kakak!"
Karena tak sempat menghindar, Faust terlempar ke arah pepohonan cukup jauh di bawah kastil. Noe segera berlari ke sana, di mana Faust jatuh. Beruntung, Mala pergi setelah itu, setelah gerak serampangannya pula menambah kehancuran kastil menjadi puing dan hampir serata tanah.
Setelah pencarian yang cukup memakan waktu, disusul Wyns dan Vin. Faust ditemukan. Dia tak sadarkan diri dengan luka-luka gores di wajah.
Mengandalkan Wyns, adiknya itu dia obati, dengan mantra tentunya. Namun, sepertinya terdapat luka dalam. Jadi Faust belum sembuh total. Dia butuh memulihkan tenaganya.
Memilih mengumpulkan prajurit yang masih selamat, termasuk Svets dan pengikutnya, Lunar beserta pasukannya. Kemalangan belum berakhir sampai situ rupanya. Pengumuman kematian Arsus menjadi kabar paling menyedihkan bagi para Pangeran merangkap adik tersebut.
Mereka hanya bisa pasrah menerima keadaan. Lagipula untuk sekarang, mereka masih harus berjuang. Tidak ada waktu untuk terpuruk. Walaupun hati mulai melapuk. Arsus adalah saka untuk Entrella. Dia yang paling mampu dalam mengantar Entrella untuk menjadi negeri yang beradab.
Bermukim di kediaman Wazee menjadi tempat teraman saat ini, setelah kastil rusak parah. Tak mungkin di tempati lagi. Sebagian besar prajurit terluka dan bahkan mati. Wazee pula membantu menyembuhkan semua orang dengan ramuan yang dia miliki.
"Kita harus mengalahkan Mala terlebih dulu." ujar Noe dalam gusarnya. Dia tak tenang dengan semua ini. Baginya tidak ada waktu istirahat, walau tubuhnya butuh itu.
"Bagaimana?" Svets menimpali. Bersamaan dengan obisidian milik Noe memandang Faust.
"Mala akan mengingatnya."
"Panah Faust?" sambung Beck. Lalu Noe mengangguk.
"Hanya kak Faust yang bisa menaklukan Mala."
"Bagaimana bisa?" tanya Svets.
"Hanya kakak yang tahu."
"Lalu, bagaimana dengan adik?" Vin baru bersuara, dia hanya diam sejak kedatangan ke rumah Wazee. Perasaannya sungguh tidak karuan. Kehilangan sang kakak. Sekarang Seta yang bahkan tidak tahu dibawa kemana. Semua hanya memandang Vin diam. Mereka tak berani menebak-nebak kemana perginya Amren membawa Seta.
"Kak." Vin kembali menginterupsi. Dia ingat sesuatu. "Aku tidak yakin, tapi mungkin dia disana ...." []
Stay safe and healthy!
Wonosobo, 2021, 5 Juli.
Hoiland
![](https://img.wattpad.com/cover/235342723-288-k259072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓
Fantasy[FINAL] "Hei, pemuda! Kau akan mengalami kejadian luar biasa." Bermula dari jatuh ke jurang. Tiba-tiba terbangun di sebuah tempat yang tak dia kenal bernama Entrella. Bertemu dengan orang-orang ajaib bagi benak pemuda itu. Di sana, dia dihadapkan pe...