"Dia. Dia muncul di mimpiku. Serius!" ucap Vale ketika masih menatap keheranan pada ponsel yang digenggam Kiel.
"Hah! Kau juga?"
"Kau juga?" Vale balas bertanya.
Mereka kini berbalas pandang setelah saling mengulangi pertanyaan yang sama. Tak butuh jawaban, tapi kondisi ini menghadirkan satu kesimpulan. Mereka berbagi mimpi yang sama.
"Kapan?" Kiel menelisik.
"Beberapa hari yang lalu, tepat sebelum kejadian yang menimpa kak Aarav dan kak Wyman."
Kiel seorang profiler, dia tahu betul dari gelagat–cara menjawabnya yang cepat dan tanpa pikir, menegaskan saudaranya ini tak sedang mengarang cerita. Apalagi situasinya cocok dengan yang dirinya sendiri alami.
Pria muda bernama Mahanta Seta ini muncul begitu saja di alam bawah sadar mereka. Seakan-akan sedang menonton film kolosal, suasananya berbeda dari dunia yang mereka jalani. Mereka kembali ke masa lampau dengan aksen fantasi. Ini tidak dapat dipercaya, tapi ini yang terjadi.
"Detektif Darren, dia yang menangani kasusnya. Aku yakin ada sesuatu tentang anak ini. Aku harus mencari tahu sesuatu. Aku akan pergi menemuinya di kantor polisi." Kiel bergegas mengambil kembali jaket yang tadi diletakkan di sofa ketika membahas mimpi aneh mereka.
"Kau akan pergi sendirian?"
Kiel mengangguk. Dia sudah memegang gagang pintu. Vale agak ragu dan mencoba bernego, tetapi Kiel tetap kukuh pada pendiriannya.
"Di sana aman. Kau tenang saja."
"Baiklah. Hati-hati."
Vale menatap lesu kepergian Kiel dengan Wangler Rubiconnya melalui jendela guest house tempat tinggal sementara mereka kini. Sesekali menghela napas lelah seraya memikirkan persoalan mimpi Kiel dan dirinya yang sama persis. Apa maksudnya itu? Kebetulankah? Haruskah aku membeli buku tafsir mimpi? gumam-gumamnya dalam hati. Tapi untuk apa kakak mengurus si Seta-Seta ini, bikin repot saja. Urusan kita kan bukan dia.
"Argh! Aku pusing!" Rambutnya yang sudah ikal semakin berantakan karena diacak-acaknya.
Vale pun bergerak ke meja makan atau untuk sekarang bisa dibilang meja kerja. Karena laptop, printer, dan kertas-kertas berserakan menjadi pengisinya. Demi mengalihkan pikirannya yang pusing, dia mencoba melakukan hal lain, memeriksa laporan tentang kunjungan proyek yang barusan di-email oleh rekan kerjanya di ibu kota. Namun, malangnya Vale, yang ada dia semakin pusing. Kerja jarak jauh dan sendirian begini tidak cocok untuknya.
Vale adalah salah satu alrsitek di Firma Arsitektur We Build, sebuah firma kenamaan yang didirikan oleh perkumpulan alumni jurusan arsitektur salah satu universitas terbaik nasional. Seharusnya dia tak berada di kota kecil bernama Ederra ini dan terpaksa mengerjakan semua tugas yang mestinya dia garap di tempat paling nyaman, yakni studio miliknya. Bukan di tempat yang alakadarnya ini. Vale memiliki reputasi yang cukup baik di bidang tersebut. Jadi pantas saja projek yang dia tangani tidak ada kata 'sedikit'.
Namun, sepenting-pentingnya pekerjaan itu, baginya keluarga ini lebih penting. Akhirnya Vale mengalah, dan dia pun memutuskan ikut bersama Fabio dan Kiel ke sini.
Mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya, kalau keluarga inti Siqueira tidak pernah berkonflik.
Itu perselisihan antara opa dan ketiga anaknya. Ayah mereka adalah satu dari ketiga anak opa itu. Vale sendiri pun hanya mendengar cerita ini dari Aarav, si sulung yang ketika itu telah berusia delapan tahun dan paham akan situasi yang terjadi.Saat itu Opa sudah menginjak usia 70 dan kesehatannya menurun. Dia sadar umurnya takkan lama lagi. Surat wasiat perihal pembagian harta pusaka dan peninggalan pun telah rampung dan disaksikan penasehat hukum serta semua anak-anak yang kebetulan lelaki semua.
![](https://img.wattpad.com/cover/235342723-288-k259072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓
Fantasía[FINAL] "Hei, pemuda! Kau akan mengalami kejadian luar biasa." Bermula dari jatuh ke jurang. Tiba-tiba terbangun di sebuah tempat yang tak dia kenal bernama Entrella. Bertemu dengan orang-orang ajaib bagi benak pemuda itu. Di sana, dia dihadapkan pe...