XII

1K 150 20
                                    

Pola bintang besar, pentacle, seolah mengurung Seta di tengah-tengahnya. Membuat sang iblis kembali bangun. Bersamaan dengan itu, semua lilin di sekelilingnya mati, lalu menyala kembali.

Menggeram, "Bedebah kalian!" Menggelinjang kesakitan, matanya terbuka, nampak semakin kelam. "Argh!" Teriakan sang iblis membahana di seluruh penjuru ruang.

"Keluar dari tubuhnya, aku akan lembut padamu, jika kau pergi baik-baik." Ucap Wazee masih pelan.

"Tidak mau, tubuhnya sangat nyaman untuk ditinggali." Wazee mengatakan, kalau proses perubahan Seta berkala. Tidak secara langsung, dan semua berawal dari luka gores di leher Seta.

Wazee mengepalkan tangannya dan membaca mantra. Disaat itu pula, sang iblis berteriak kesakitan. Bersamaan dengan Quint yang masuk kesana. Dia memaksa ikut menyaksikan ritual, walaupun baru beberapa menit lagu disembuhkan oleh Wyns.

Meronta, kaki-tangannya bergerak gusar tak keruan. Seolah sangat kesakitan, bak dihimpit batu dan tanah. Iblis itu mendudukkan dirinya dengan lemas. Sepersekian sekon, rupanya berubah, menjadi Seta yang asli. "Ini aku Kak, kumohon, hentikan. Sakit sekali rasanya. Kumohon." Mengalirkan bulir, juga terlihat menyedihkan.

Hampir saja Quint berlari menghampiri, dia tidak tega melihatnya, namun di sergah oleh Noe. "Dia bukan Seta, jangan terperdaya."

Muncul tawa cekikikan, seiring wajahnya kembali seperti semula. "Ternyata kau sesayang itu pada anak iblis ini, Quint." Tersenyum miring melihat ekspresi Quint saat ini, cemas. "Dia akan ku bawa, Jolyon adalah saudaraku."

"Argh!"

"Hentikan omong kosongmu! Sudah ku peringatkan kau!" Wazee kembali merapalkan mantra, membuat sang iblis kembali meronta. "Keluar sekarang juga!"

Pyuk!

Air suci dewa, Wazee tuangkan tepat di ubun-ubun Seta seraya bibirnya terus berkomat-kamit. Menggeliat, meronta-ronta, bak cacing kepanasan. Disaat itu, Wazee mengeluarkan belati ukir.

Sadar akan itu Quint berteriak. "Seta akan terluka!"

"Tidak Quint, itu akan membunuh jiwa iblisnya. Tidak akan melukai Seta sedikitpun." Tutur Arsus, tanpa menatap Quint. Sedetik setelah Arsus mengunci bibirnya. Terlihat Wazee sudah mengarahkan belati itu tepat pada dada Seta.

Jleb!

"Aaaaaaaa!" Teriakkan itu benar-benar memekakkan telinga, diliputi angin yang berputar dalam ruangan. Membunuh cahaya disekitar. Diakhiri lengkingan tajam, menusuk rungu. Dan semua selesai, ketika Seta tak sadarkan diri setelah terbatuk, dan memuntahkan cairan kental, berwarna hitam, cukup banyak mengotori lantai.

'''

"Aku tidak terima, Kak."

"Kau kenapa lagi, Vin? Dia harus tetap dalam pengawasanku. Apa masalahnya, dia berada di kamar itu? Pintu jiwanya masih terbuka, dia bisa dihinggapi iblis sewaktu-waktu."

Perdebatan itu belum berakhir. Sampai Wyns jengah dibuatnya. "Tapi Kak..."

"Vin, kumohon, jangan kekanak-kanakan seperti ini. Kau mau Quint dalam bahaya lagi?" Vin menggeleng pelan. Tatapan elangnya masih menyiratkan ketidaksukaan dirinya pada Seta, dia menempati kamar utama, dengan dalil agar mendapat perlindungan dari Wyns.
"Kalau yang kau inginkan demikian adanya, maka itu berawal dari keselamatan Seta."

Memang apa istimewanya dia? Padahal dia cuma manusia biasa, yang malah menyusahkan. Melirik pintu kamar, dimana pemuda itu tengah tidur. Pikiran ingin mengusirnya selalu ada. Bahkan dia ingin sekali membunuhnya. Kenapa dia tidak mati saja bersama iblis, itu?

Iblis Noh yang singgah di dalam tubuh Seta adalah iblis terlemah. Dia harus punya inang untuk menjadi kuat. Dia mengusik lewat mimpi, jika saat itu dirinya tak sadar, maka jiwanya bisa saja melayang, dilahap habis olehnya. Lalu proses perubahannya memang cukup memakan waktu, tapi jika orang itu kuat, bahkan bisa begitu lama. Seta? Terbilang cukup kuat.

"Harusnya kau tak perlu bangun, saat dia mendatangaimu di alam mimpi."

Setelah pembicaraan, setelah ritual, yang berlangsung sedikit lama. Arsus memutuskan, untuk mengadakan pertemuan dengan petinggi negri lain. Namun bukan ke tempat mereka.

Memang waktunya bertepatan dengan hari dimana kelahiran Entrella akan digelar. Sekitar tiga hari lagi. Karena suasana akan berlangsung bahagia, jadi tidak memunculkan kecurigaan penduduk. Dan menyimpan rahasia itu terlebih dulu. Karena tak mau membuat mereka resah. Semua sepakat akan rencana Arsus.

Quint juga belum diperbolehkan menemui Seta. Bukan soal apa, hanya untuk berjaga-jaga. Takut masih ada biji iblis dalam tubuh Seta. Walaupun sudah dipastikan, bahwa Seta sudah bersih, namun dia belum pulih.

Namun, tanpa yang lain tahu, Arsus dan Wyns, bicara secara pribadi dengan Wazee. Mereka mengetahui beberapa fakta dan kebenaran tentang Seta. Wazee pula mengetahuinya dari iblis yang menggenggam jiwa Seta. Sedikit banyak, pikiran mereka tercampur, meskipun samar. Tapi Wazee yakin, sebab iblis Noh, dia selalu mengatakan kebenaran untuk menghasut manusia. Maka dari itu dia memberi tahu yang tertua. Agar melindungi Seta. Mereka akan memberi tahu hal ini, saat waktunya tepat.

'''

Ah! Apa dia berada di tempat lain? Kenapa semuanya dominan putih dan emas? Atau bahkan dia sudah kembali ke tempat asalnya?

Tahu orang itu pasti tengah bingung. "Kau hanya pindah kamar." Suara itu membuat seseorang yang baru bangun itu sadar dan sedikit kecewa. Ternyata masih berada di Entrella.

Beralih pada pria yang duduk di sebelah kanannya, dekat ranjang. "Kau ingat sesuatu?"

Seta berpikir keras. "Ingat apa?"

Hanya hembus napas yang keluar dari mulut Wyns. "Kau tak sadarkan diri, selama dua hari, kau sakit. Setelah kita pulang dari tempat Wazee."

Seta memang tidak ingat apapun. "Tidak perlu terlalu dipikirkan. Kau baik-baik saja."

"Tapi, kenapa aku berada disini." Seta masih penasaran. Kenapa tiba-tiba, dia pindah kamar?

"Untuk memudahkanku merawatmu. Kau masih nampak lemah." Kalau boleh jujur, Seta memang merasa demikian, tubuhnya seperti habis dipukuli, dan entah kenapa, dia juga lemas. Ingin sekali bangun, tapi ranjang mewah itu seakan menariknya dengan gaya gravitasi yang begitu kuat.

"Istirahatlah, dua hari kedepan, kau akan pulih. Nanti akan ku suruh, seseorang untuk mengirimkan makanan untukmu." Wyns hendak pergi kalau saja suara Seta tidak menginterupsi.

"Terima kasih, atas kebaikanmu." Mengangguk, kemudian berlalu dari sana. Meninggalkan Seta berbaring sendirian.

Perlahan Seta mencoba bangun. Rasanya sangat berat itu tubuh. Seakan diganduli sesuatu. Lalu hanya duduk, menatap jendela yang tertutup kelambu tipis. Diluar sana, seperti sore, karena sinar oranye yang menyorot pohon, mengubah warnanya.

Maniknya menyapu keseluruhan. Kamar ini lebih besar, dan lebih terang. Ya, tentu saja, karena warna putih, jadi membuatnya kelihatan luas. Berbeda sekali dengan kamarnya kemarin, nuansanya lebih hangat disana. Tapi Seta penasaran, separah apa dirinya sampai harus dibawa kesini? Kenapa Seta tidak ingat sama sekali? Semakin mencoba, semakin tak ada gunanya.

'''

"Dia lupa apa yang dia lakukan? Bahkan proses perubahannya yang cukup lama?"

"Itu karena dia dikendalikan. Dia tidak sadar dengan apa yang dia perbuat dan apa yang terjadi." Tutur Wyns jelas.

Arsus menghela napasnya. "Jadi...biarkan saja dia?"

"Iya, jangan ingatkan. Karena dia tidak mungkin mengetahui apapun." []

Hoiland
Wonosobo, 2021, 9 Maret.

ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang