Begitu banyak cahaya, dari lampion terbang, juga lentera yang digantung. Di halaman kastil pun ramai penduduk, mereka menari dan memainkan alat musik.
Perayaan berlangsung tiga hari tiga malam, namun, dirinya bisa melihat ini semua dimalam ketiga, di balkon dekat kamarnya saat ini. Karena tubuhnya terasa begitu lemas, seperti tak punya tulang.
Bertanya pada Wyns, kenapa dirinya bisa seperti itu. Namun Wyns cuma bilang, semua disebabkan oleh sesuatu tak kasat mata. Maksudnya, hantu? Jadi disini juga ada hantu? Ah! Seta pusing, kalau memikirkannya.
Sret!
Hampir saja terlonjak oleh tarikan kasar seseorang, "Kau, harusnya mati saja."
Seta menelan ludahnya, takut, apalagi tatapan nyalang itu, seakan ingin menelannya hidup-hidup. "Kau tahu apa yang kau perbuat?" Hanya tertegun, Seta bahkan tak mampu menjawab.
"Kau hampir saja membunuh Kakakku, kau tahu?" Membola, Seta terkejut, tentu saja. Apa yang dikatakan Vin itu terlalu menakutkan.
"M-maksudmu?"
"Kau itu iblis, tak pantas kau berada disini. Kau harusnya pergi, kau terlalu berbahaya untuk Kak Quint."
"Tolong jelaskan yang sebenarnya."
Menyeringai, "Empat hari yang lalu, kau melukai Kakakku, kuingatkan kalau kau lupa. Jangan dekati dia mulai saat ini, kuingatkan kalau kau masih ingin hidup."
Vin meninggalkan Seta yang masih termangu, mencerna apa yang dia katakan barusan. Tak mengerti, Seta bingung, dia mencoba membunuh orang? Bagaimana bisa? Nyamuk saja dia biarkan menghisap darahnya.
"Seta," Saking bengongnya, Seta sampai hampir teriak karena kaget. "Kenapa? Kau seperti melihat hantu saja." Canda Quint.
"Tidak," Seta membasahi bibirnya, guna menetralisir perasaan yang membuat jantungnya berpacu lebih kencang.
"Kau kenapa?"
"Tidak apa-apa, aku mau ke kamar. Kepalaku pusing." Quint hendak bicara lagi, tapi dirinya sudah kena tinggal Seta, yang cukup aneh menurutnya.
Di perjalanan kembali ke kamar, Seta berpapasan dengan Arsus, Wyns, dan orang-orang yang Seta tidak tahu, satu hal, mereka begitu memukau dengan parasnya yang luar biasa.
Karena tak tahu mau berbicara apa, Seta membungkuk, dan hanya cakap permisi. Setelah Seta lewat, Luis, sang pangeran milik Mundo De Neve, menyeletuk. "Wangi sekali. Tidak salah lagi kalau dia masih keturunan..."
"Kita bicarakan di dalam." Sergah Arsus. Luis memang bisa mencium aroma aura, katakan saja de seeker. Dia akan tahu, mereka keturunan siapa dari itu. Dan orang yang berada di sekitarnya, tidak bisa berbohong pasal identitas.
'''
Masih dipikirkan ternyata oleh Seta. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Sampai empat hari tidak bangun dari kasur. Apa iya, benar yang dikatakan oleh Vin? Dan kebetulan sekali, Noe masuk kamarnya saat itu. Yang otomatis, membuat Seta lagi-lagi terkejut. Sepertinya mengagetkan Seta adalah hobi sampingan mereka.
"Hah! Ku kira kau kemana." Tuturnya lega. "Aku mencarimu, kau sudah makan?" Seta mengangguk pelan.
"Yasudah, istitahatlah kalau kau masih merasa kurang sehat." Pintu itu tertahan, saat Noe akan menutupnya. "Kenapa? Ada apa?"
"Bisa ceritakan apa yang terjadi padaku? Apa benar aku hampir membunuh Adikmu?" Cecar Seta, membuat raut muka Noe berubah. Bukankah Seta lupa akan itu? Kenapa dia mendadak ingat?
"Kau bermimpi?" Bohong Noe, untuk melihat reaksi Seta seperti apa.
Seta malah jadi bingung sekarang gara-gara pertanyaan Noe satu ini. Mimpi? "Tidak-tidak. Aku tidak bermimpi. Aku cuma ingin tahu." Ah! Seta masih tidak ingat ternyata. Apa ada yang memberitahunya? Sepertinya Seta penasaran.
"Kau ini sedang berkhayal atau apa? Tidak ada kejadian semacam itu. Kau jatuh sakit waktu itu. Kak Wyns sudah mengatakan itu padamu. Wazee juga membantu penyembuhanmu."
"Baiklah, terima kasih." Noe tahu, Seta tidak puas dengan jawabannya. Tapi, Noe tak mungkin untuk membahasnya, kalau Arsus dan Wyns saja melarang.
Seta masih penasaran, dia merasa jawaban yang diberikan Noe itu tidak benar. Apa dia harus bertanya langsung pada Quint? Namun, Vin sudah memperingatinya, dilarang mendekati sang Kakak. Kalau memang benar, dia mencoba membunuhnya. Apa yang harus Seta lakukan? Tentu saja pergi dari sini, bukan? Karena berarti dia berbahaya, sudah mencelakai orang lain. Cuma itu opsi yang Seta punya. Tapi pergi kemana? Dia saja tidak tahu bagaimana caranya pulang.
Berpikir keras, bahkan hingga ketiduran. Namun, pagi harinya dia dikejutkan lagi oleh kehadiran Quint. "Pagi," Senyum dimatanya yang tak kalah indah dari lengkung di bibirnya, membuat Seta berpikir lagi saat netranya itu baru saja terbuka. 'Apa iya, aku mencoba membunuh lelaki baik di depannya? Untuk apa?'
"Kenapa melamun? Ayo, turun, kita sarapan. Kau sudah bisa turun kan, Adik kecil?" Apa? Adik kecil? Lagi-lagi panggilan itu. "Aku tunggu di luar, kita turun bersama."
Mengusap wajahnya kasar, memilih bersiap, daripada membiarkan sang pangeran menunggunya. Alih-alih ketenangan yang dia dapat, malah tatapan ngeri lagi yang tengah memanjakannya. Siapa lagi, kalau bukan dari Vin. Seta sungguh tak nyaman dengan situasi ini. Kalau saja otaknya kembali dan ingat apa yang terjadi.
"Akhirnya, aku rindu sarapan denganmu." Celoteh Faust, dengan suara kecil.
Suasana pagi ini masih ramai, masih dengan pangeran-pangeran dari negri lain, mereka juga membawa sang istri, bagi yang sudah menikah. Agenda mereka hari ini, akan berjalan-jalan, setelah pesta meriah yang mereka lakukan, ya, tentu saja, Seta tahu. Karena mereka tengah mengobrol santai.
"Seta," Menoleh pada sumber suara. "Kau tampan sekali." Gelagapan, salah tingkah. Bagaimana tidak? Entahlah, itu pujian atau apa--dari seorang pangeran pastinya--di hadapan banyak orang pula.
"Kau lucu sekali,"
"Luis, jangan menggodanya. Dia takut padamu." Teman sesama pangerannya, menegur. Tapi, tetap saja dengan gurauan.
Jadi begini, ya? Jika punya keluarga. Makan dan berkegiatan bersama. Seta yang biasanya melakukan apapun seorang diri, merasa begitu hangat disana. Dikelilingi orang-orang baik. Perbedaan yang begitu besar, ada senyum, tawa, riang canda. Berbanding terbalik dengan kehidupan Seta yang sesungguhnya. Sunyi, bertemankan sepi. Dia belum terbiasa begini, sudah menjadi kesehariaannya diam saat makan. Berbicara kalau perlu. Adaptasi baginya masih sulit, lebih mudah bercengkrama dengan senyap. Tak perlu memikirkan obrolan apa, dengan siapa. []
Hoiland
Wonosobo, 2021, 17 Maret.

KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓
Fantasy[FINAL] "Hei, pemuda! Kau akan mengalami kejadian luar biasa." Bermula dari jatuh ke jurang. Tiba-tiba terbangun di sebuah tempat yang tak dia kenal bernama Entrella. Bertemu dengan orang-orang ajaib bagi benak pemuda itu. Di sana, dia dihadapkan pe...