Untuk pertama kalinya, Seta mendapat jamuan semewah itu. Berbagai makanan yang tak pernah dia tahu, kecuali buah dan roti dalam wadah yang tak kalah mewah. Penyajian yang begitu apik, dan tak bisa Seta pahami. Peralatan makan dari porselen dan perak. Waw! Pengalaman makan yang luar biasa. Walaupun sesekali dia melirik ke arah Quint, karena diperlukan table manner, yang tak pernah Seta tahu--sama sekali. Ya, tentu saja. Dia ada di kastil, kan? Bukan sekedar restoran yang biasa dia kunjungi. Jadinya, Seta terlihat sangat kaku juga lamban.
Awalnya dia menolak untuk satu meja dengan mereka. Namun yang ada, Seta dipaksa Quint untuk ikut. Karena dirinya sudah dianggap sebagai tamu, walau belum resmi.
Disana pula, dia bertemu dengan seseorang yang dia temui tadi siang. Lalu, ada juga satu orang lagi.
"Wah! Cantiknya." Seta mengangkat kedua alisnya. "Matamu." Kenapa sedari tadi mereka memuji matanya, matanya, dan matanya. Iya, memang warnanya cantik, tapi bukankah itu terlalu berlebihan? Apa istimewanya?
"Terima kasih." Vin, sedari tadi menatap Seta tak suka. Seperti ingin menelannya hidup-hidup.
"Tapi kenapa kau diam sekali? Ah, aku Faust. Dan dia Kak Wyns," Tunjuk Faust pada seseorang di ujung meja. Ah! Jadi namanya Wyns. "Kau pasti sudah tahu di sebelahmu, Quint. Dan yang satu ini," Tunjuk ke sebelahnya, tepat dihadapan Seta, lagi tanpa melihat.
"Vin," Gumam Seta.
"Ya, betul. Hanya Kak Noe dan Kak Arsus yang tidak disini. Kak Noe akan pulang dua hari lagi sepertinya, lalu Kak Arsus yang sangat suka berkelana itu, belum akan pulang dalam waktu dekat. Kau sudah tahu sebagian besar kastil kan?" Ternyata dia cerewet juga. Seta mengiyakan. "Jadi apa yang menarik?"
"Semuanya." Singkatnya. Meskipun Seta hanya menganggapnya, dia tengah berkaryawisata di negara asing. Semuanya tak masuk akal baginya.
"Bisakah kau lebih banyak bicaranya. Jangan seperti Kak Wyns, yang kalau bicara seperlunya." Wyns tidak menggubrisnya. Dia hanya sibuk dengan makanannya.
Hembus napas terdengar dari mulut Seta. "Aku cuma tidak mengerti, kenapa aku bisa disini."
"Ya, seharusnya kau tidak disini. Harusnya kau ditinggalkan saja di hutan." Ucap Vin sinis, tiba-tiba. Seta menggulung bibirnya kedalam. Ada perasaan tak enak. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan sudah punya musuh, secepat kilat. Apa kehadirannya adalah kesalahan?
"Vin." Tegur Wyns. "Kau akan merusak acara makan, jika begini."
Mendengus, "Ya, aku memang sudah merusaknya." Beranjak dari kursi, namun tertahan kembali, oleh sebuah teguran yang lebih keras.
"Kembali ke meja, habiskan makananmu! Apa kau lupa, aturan Ayah dan Ibunda?!"
"Tak boleh menyisakan makanan, itu berkat dari Dewa." Tutur Quint lembut. Seta mengangkat sedikit bibirnya, dia suka aturan itu. Benar, mencarinya saja butuh kerja keras, bukan?
Tapi, tunggu, Dewa? Seta tak salah dengar bukan? Makin tak irasional, konyol, absurd, bodoh, tidak mungkin, tidak terpikirkan, menggelikan, gila. Apa lagi? Sepertinya, kurang cukup jika hanya sebutan yang bisa Seta katakan.
Oh my God!
'''
Grasak-grusuk! Tangan itu dengan cepat mengambil beberapa buku-buku dari rak. Sejarah masa lalu, buku legenda atau apapun itu. Menumpuknya jadi satu, lalu membantingnya pelan ke meja. Siap mencari tahu apa yang dia tengah pikirkan.
"Kenapa Arsus lama sekali, sih?" Dia harus membahas dan memastikan sesuatu, tetapi harus dengan Arsus.
Kembali pada buku, Wyns seperti kehilangan kendali atas dirinya. Mulai membuka buku-buku yang cukup berdebu itu. Berkutat dengan mereka tidak akan membuatnya mengantuk. Yang ada, dia tidak akan bisa tidur, memikirkan ini semua. Butuh waktu semalaman untuk dirinya membaca beberapa buku. Tapi, dia tak menemukan apapun.
![](https://img.wattpad.com/cover/235342723-288-k259072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓
Fantasy[FINAL] "Hei, pemuda! Kau akan mengalami kejadian luar biasa." Bermula dari jatuh ke jurang. Tiba-tiba terbangun di sebuah tempat yang tak dia kenal bernama Entrella. Bertemu dengan orang-orang ajaib bagi benak pemuda itu. Di sana, dia dihadapkan pe...