Berdiri dengan panik, ketika bunyi rantai beradu jeruji sempurna terkunci. Seta memegang lengan Wyns kencang. "Kenapa harus di sana, Kak?"
"Jangan pernah membukanya. Walaupun Quint yang meminta, abaikan saja."
"Tapi, Kak Quint tidak harus di kurung bukan?" Seta mencoba untuk terus bernegosiasi dengan Wyns. Siapa tahu, berhasil.
"Jolyon, di dalam sana memang tubuh Quint. Tapi, jiwanya mungkin bukan dia lagi. Kita tidak tahu kalau Amren sudah bangkit atau belum. Karena dia bisa memanipulasi pikiran kita. Jadi, biarkan saja Quint disana. Demi kebaikan bersama." Wyns mengambil alih genggaman Seta. Menariknya pelan. "Kita obati lukamu dulu."
"Tapi, Kak Quint." Mata Seta berkaca-kaca. Pikirannya kacau saat ini.
"Dia baik-baik saja. Khawatirkan dirimu dulu." Seta ikut pergi, namun sesekali dia berhenti, menengok ruangan berpintu besi di belakangnya. Terdapat Quint yang tertidur setelah Wyns obati.
Meskipun Wyns bilang, Quint akan berubah menjadi Amren. Namun, Seta merasa tak harus takut pada iblis itu. Dia terus saja berkunjung kesana. Setelah hari itu. Quint belum bangun sampai sekarang. Dia masih terlelap.
'''
"Apa Gumi belum kembali?"
"Sayangnya, belum. Harusnya sudah kembali dari kemarin."
"Mungkinkah Kak Arsus sudah pergi?"
Percakapan Wyns dan Noe terhenti, kala Vin merangsek masuk ke ruang kerja Noe.
"Apa Kakak masih disana?"
"Kami tidak tahu Vin. Semoga saja masih."
"Kak!"
"Apa? Kau mau bilang? Siapa tahu Quint tidak berubah? Erb sudah mendapatkan darah Quint. Lalu tinggal apa lagi? Kau mau melepaskan dia? Dia sudah bukan Quint lagi, Vin. Dia Amren." Vin menatap Wyns nanar. Bola matanya bergetar. Hatinya sakit, kala mendengar itu. Semudah itukah membangkitkan Amren, hanya dengan darah Quint? Vin tidak semudah itu percaya. Hanya jika Quint benar-benar bangun dalam keadaan berbeda.
"Vin, kau tahu apa akibat dari semua ini jika Quint keluar bebas? Kekacauan akan terjadi dimana-mana Vin." Noe menengahi. "Sementara saat ini, Quint di dalam sana adalah hal yang paling benar."
Vin mendengar Noe, tapi yang ditatap adalah Wyns. "Aku tahu, Vin! Aku tahu! Kita sudah berusaha menjaganya sejak dulu. Kita tahu, suatu hari nanti Quint akan berubah. Mungkin, ini waktunya dia--" Suara Wyns tercekat. Maniknya bergerak gelisah.
"Apa Kakak memilikinya?" Tanya Noe serius. Wyns tahu maksud Noe, tapi Vin belum mengerti sama sekali.
"Tidak pernah ada yang menemukan itu."
"Apa yang tengah kalian bicarakan?"
Noe angkat suara. "Sebuah belati ... hanya senjata itu yang bisa membunuh Amren."
'''
Masih termangu, sudah beberapa hari, disana, duduk di selasar depan tempat dimana Quint di kurung. Macam sel di kantor polisi menurut Seta. Hanya saja, sel yang satu ini cukuplah nyaman.
Quint tidak diberi makan sama sekali. Tapi, kata Wyns, dia tidak akan mati walau tidak dikasih makan 100 tahun, selama iblis mendiami tubuh Quint. Kejam sekali.
"Jolyon."
Seta seketika berdiri, mendekat ke arah pintu, menggenggam besi-besi bau itu dengan jemarinya. "Kakak, tidak apa?"
Quint tersenyum lembut. "Aku baik saja. Kau secemas itu?" Seta tak menjawab. Namun matanya mengatakan iya. "Jangan terlalu cemas, kau akan tersiksa dua kali lipat."
Seta agak tidak mengerti, dengan ucapan Quint satu ini. "Sampai kapan aku berada disini. Bisakah kau keluarkan aku, Jolyon?"
"Aku tak boleh. Kak Wyns sudah memperingatiku berkali-kali."
"Oh, baiklah. Dasar Wyns." Gumam Quint, tak kentara.
"Kau bilang sesuatu?"
"Tidak Jolyon. Kenapa kau tak kembali saja ke kamarmu?"
"Aku ingin menemanimu."
"Tidak perlu, Jolyon." Dasar kau tak berguna. "Aku sedang ingin sendirian ... disini."
Perasaan Seta saja, atau karena bias cahaya? Mata Quint berubah merah sepersekian sekon, namun kembali hijau untuk saat ini. "Iya, aku pergi."
Sementara setelah Seta menghilang. "Sialan! Aku tidak cocok dengan kepribadian Quint yang payah ini." Bola itu menjadi merah kembali. Amren tidak bisa lama-lama mempertahankan netra asli Quint. "Aku harus melakukan sesuatu, agar Jolyon bisa bermanfaat untuk keberlangsungan hidupku. Aku harus keluar dari penjara mantra ini. Wyns, aku tak akan membiarkanmu menghancurkanku."
Ketika malam menyambut, Seta terbangun dengan sebuah suara yang menyapa rungunya. Lagi-lagi memanggil namanya.
"Bebaskan aku Jolyon."
Terpedaya kembali, Seta bahkan mengambil kunci ke kamar Wyns. Dia tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Matanya kosong, begitu juga pikirannya.
"Bukalah rantai itu." Seta akan memasukkan kunci ke sebuah lubang gembok, kalau sebuah tangan tak menghentikannya.
"Jolyon! Hentikan!"
Ting!
Kunci itu terlepas dari genggam jemari Seta. Limbung, karena tak sadarkan diri. Dengan mantra, Seta dibuat terlelap oleh Wyns.
"Wyns, senang bertemu denganmu." Tawa mengganggu datang dari Amren. Namun, masih dengan suara asli Quint. Itu yang lebih membuatnya kesal. "Apa? Kau tak senang?"
"Diam kau."
"Akhirnya, aku bisa kembali hidup. Tapi tubuh adikmu ini, tak begitu nyaman. Kau tahu, aku lebih tertarik dengan si Mitja yang ada di pangkuanmu itu. Sebagian diriku ada pada dirinya, jadi aku bisa merasakan apa yang dia miliki.
Sayang sekali, pemilik darah campuran itu harus aku bunuh. Ah! Saudaramu tak ada yang tahu, kalau sebenarnya dia masih keturunan iblis? Darahnya juga lebih banyak berguna untuk membangkitkan aku, daripada darah Quint yang sifatnya hanya menyempurnakan. Hanya kau seorang. Curang sekali."
"Kubilang diam. Kenapa kau terus berbicara?"
"Kau tidak bisa memerintahku. Jolyon itu hanya sebuah ...."
"Diam! Amren!" Wyns bahkan berdiri, terengah.
Amren tergelak dengan kencangnya. Lalu menyeringai. "Lucu, lucu sekali melihat kau begitu marah. Hanya karena dia." Tunjuk Amren pada Jolyon.
"Dia adalah aku, Wyns. Kau tidak bisa membunuhku, kecuali kau menemukan belati Zobens. Belati roh, hitam berukir, diberi sebuah mantra yang amat kuat, mantra--kematian." Terkikik kembali. Membuat Wyns geram dibuatnya. "Tapi kau bahkan tak bisa menemukannya."
"Aku yakin, kau akan musnah, selamanya."
"Terserah kau, Wyns. Aku tunggu pertarungan dari kalian. Quan va apareixer, destruccio inevistum aturat."
Perang tak pernah terjadi lagi, semenjak kira-kira 500 tahun lalu. Ini akan kembali menjadi sejarah dalam hidup Wyns, dan kepemimpinan Arsus.
Bertarung melawan iblis. Apa semua akan kembali seperti semula? Kenapa Amren harus bangkit. Memandang Seta. "Jangan mati." Hanya itu kata yang dapat Wyns luncurkan.
Karena jika Seta tewas, kekuatan Amren akan sempurna. Tidak sempurna saja sudah mengerikan. Bagaimana kalau dirinya bisa sepenuhnya memilikinya. Keempat Negeri dapat luluh lantak seketika.
Bukan apa, Wyns tak mau jadi budak iblis. Mereka akan mengambil keuntungan dari manusia. Lalu Amren akan berbuat kejam pada mahluk satu itu. Wyns tak mau itu terjadi.
Mereka sudah tunduk, ketika Ayah dan Ibundanya jadi tumbal. Lalu kali ini? Apa akan terulang lagi? Mengorbankan seseorang untuk lenyap? Sepertinya bukan pilihan terbaik. Amren bangkit, pasti ada sesuatu yang ingin diambilnya. Dia pasti punya tujuan lain. Entah apa, Wyns juga penasaran.
Apakah mungkin ada kaitannya dengan Seta? []
Hoiland
Wonosobo, 2021, 26 April.

KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓
خيال (فانتازيا)[FINAL] "Hei, pemuda! Kau akan mengalami kejadian luar biasa." Bermula dari jatuh ke jurang. Tiba-tiba terbangun di sebuah tempat yang tak dia kenal bernama Entrella. Bertemu dengan orang-orang ajaib bagi benak pemuda itu. Di sana, dia dihadapkan pe...