Tujuh puluh

7 2 0
                                    

Selama perjalanan ke JFK, Schuyler menjaga dirinya sendiri. Dia masih kelelahan akibat kejadian kemarin, tapi tidak ada waktu untuk beristirahat. Dokumen yang oliver temukan membuatnya begitu bersemangat, sebuah paket kecil dari buku catatan yang dia temukan dalam berkas yang disimpan oleh Christopher Anderson, manusia penghubung Lawrence. Lima puluh lima buku catatan yang menjelaskan semua yang ditemukan kakeknya mengenai warisan Van Alen, dan semuanya kemungkinan merupakan petunjuk. Para penjaga gerbang ketiga, Gerbang Perjanjian, kemungkinan besar masih berada di kota Florence, yang merupakan tujuan mereka sekarang. Tadi malam, ketika dia akhirnya pulang, Oliver sedang menunggunya di apartemennya. Ketika dia masuk, butuh beberapa waktu bagi oliver untuk menerima kenyataan bahwa schuyler benar-benar hidup dan berdiri di depan pria itu. Padahal oliver telah yakin dia telah kehilangan schuyler selamanya. Mereka saling berpelukan, tapi Schuyler masih terlalu putus asa dan bingung tentang segala sesuatu yang telah terjadi pada Jack, sehingga dia tidak bisa memberikan Oliver banyak perhatian.

Schuyler mendengarkan ketika oliver menceritakan apa yang telah terjadi kepada semua orang selama serangan itu dan dampaknya, banyak darah biru yang berlindung di menara Force, mereka di perintahkan oleh perkumpulan. Mereka semua keluar dengan selamat.

Tapi untuk berapa lama?

Taksi itu telah berhenti di terminal, oliver menurunkan tas mereka. Dia menjadi sangat pendiam, selama perjalanan. Dan oliver tampak memperhatikan wajah schuyler dengan seksama sekarang, seperti berusaha mememorikan wajahnya.

"Apa? Apakah ada sesuatu digigiku atau yang lainnya? Kenapa kau melihatku begitu?"

"Aku tidak pergi ke Florance" kata oliver saat taksi mereka berjalan.

"Apa maksudmu, kau tidak pergi ke florance..." kata schuyler ketika Jack force berjalan memasuki terminal.

Kemarin, Mimi akhirnya kembali ke gereja, dan membawa saudara kembarnya pergi. Jack terlalu lemah untuk bicara saat schuyler melihat mereka berdua memasuki taksi. Dari cara posesif mimi memegang Jack, Schuyler tahu mereka tidak akan mendapatkan kesempatan untuk mengatakan hal-hal yang mereka ingin katakan satu sama lain.

Tidak ada jejak yang hilang, yang patah seperti Mimi ketika dia kembali. Dan Schuyler mengerti bahwa perjuangan untuk hati Jack jauh dari kata selesai. Mungkin dia dan Jack memang tidak dimaksudkan untuk bersama, dan mereka berdua hanya harus menerimanya. Sudah cukup untuk mengetahui mereka telah mempertaruhkan segalanya untuk satu sama lain. Mungkin memori cinta mereka adalah satu-satunya hal yang diperbolehkan. Entahlah, schuyler tidak tahu. Schuyler hanya tahu dia memiliki banyak hal untuk dilakukan. Dan jika dia meninggalkan Jack saat ini, maka tidak ada yang bisa dia lakukan lagi. Dia harus memenuhi tugasnya.

Tapi ketika dia melihat Jack, dan mereka saling memandang, dia tahu dia tidak akan pernah bisa meninggalkan Jack. Jack telah sembuh dengan baik, Dia tampak lelah, begitu pula dengan schuyler. Mereka telah melalui banyak hal dalam dua puluh empat jam terakhir.

"Kau disini" schuyler mengirimkan telepati, "cintaku"

"Aku tidak akan berada di tempat lain."

"Aku datang segera setelah aku mendapat pesanmu," Jack berkata kepada Oliver.

Oliver menyerahkan ranselnya sendiri. "Pesawatmu akan segera berangkat. Aku sarankan kalian masuk ke sana, keamanan sedikit menyulitkan hari ini, terutama untuk penerbangan internasional"

"Kau menghubunginya? Oliver apa yang terjadi" tanya schuyler.

"Aku memintanya untuk bertemu kita disini. Aku bilang padanya kau akan pergi ke florance. Aku memintanya untuk pergi bersamamu"

"Oliver!"

"Sky... berhenti" kata oliver. "Dan jangan membantahku, karena aku harus mengatakan ini. Aku tahu kau tidak akan meninggalkanku. Aku tahu itu. Aku tahu kau tidak akan pernah membuat keputusan ini, jadi aku memutuskannya untukmu. Kau harus pergi dengannya"

Schuyler menyadari matanya telah dipenuhi oleh air mata, "ollie..."

"Kau tidak bisa memilih diantara kami berdua. Jadi aku memilihkannya untukmu. Jack bisa melindungimu dengan cara yang tidak bisa kulakukan. Kemarin, saat Leviathan membawamu, aku tak pernah merasa begitu tak berdaya dalam hidupku...dan aku tahu...  aku tidak bisa berada disana untukmu, seperti yang dia lakukan" oliver menelan ludah, "aku lebih berharap kau selamat, dan hidup... dari pada bersamaku"

"Oliver..."

"Sekarang pergilah, sebelum aku merubah pikiranku. Kau tahu aku benar. Aku selalu benar, schuyler?" Oliver tidak pernah memanggil dirinya schuyler, kecuali ketika dia sedang serius. Atau marah. Atau keduanya. Ini pasti tidak mudah untuk oliver. Ini juga tidak mudah baginya.

"Tapi bagaimana denganmu?" Tanya schuyler. "Aku telah menandaimu", ciuman suci berarti Oliver akan merana untuk dirinya selamanya. Dia tidak bisa membiarkan oliver menjalani sisa hidupnya seperti itu.

"Aku akan baik-baik saja. Kau akan melihatnya, Aku tidak percaya pada fatalisme. Dan kau akan meneleponku, kan? Sekali-sekali? Aku masih bisa membantumu... dari sini. Kurasa aku bisa, sepertinya. Tapi aku tahu ini yang seharusnya terjadi. Aku bisa merasakannya... sebuah kebenaran... dan, seperti yang kutakan aku tidak pernah salah." Oliver memberikan tiket ke tangan jack.

Schuyler menarik Oliver dan memeluknya dengan erat. "Terima kasih" bisiknya. "Terima kasih telah mencintaiku begitu banyak dan melepaskanku pergi"

"Terima kasih kembali," kata Oliver. Dia tersenyum, dan dia tahu oliver telah mendengar apa yang tak bisa dia katakan. Hubungan antara mereka, vampir dan penghubung manusia, menghangat pada akhirnya.

"Selamat tinggal, ollie" bisik schuyler.
"Lindungi dia" kata oliver, menjabat tangan jack "untukku"
Jack mengangguk dan menjabat tangan Oliver dengan penuh semangat. "Selalu."
Oliver memberi salam pada mereka berdua, lalu dia pergi dengan cepat, melompat ke taksi terdekat yang bisa dia temukan.
Schuyler menyaksikan dia pergi, mengetahui bahwa hatinya sangat sakit... tapi tidak patah. Mereka akan menjadi teman. Mereka akan tetap berteman. Dia masih mencintai oliver. Di sebelahnya, Jack mengulurkan tangannya.

Schuyler mengapai tangan itu dengan erat. Dia tidak akan pernah pergi. Tidak di kehidupan ini. Dia tahu apa artinya. Mereka akan mengambil risiko itu. Mereka akan melawan ikatan, kode, segala sesuatu yang berdiri di jalan mereka, sehingga mereka bisa bersama-sama. Mereka mempertaruhkan segalanya demi cinta mereka. Sama seperti ibunya. Sama seperti Allegra. Tidak ada yang memilih jalan hidup ibunya, dia telah mengatakan itu pada ibunya. Dia salah.
Bersama, bergandengan tangan mereka berjalan masuk menuju terminal.

The Van Alen Legacy (Book 4 Blue Bloods)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang