Melangkah ke alam bawah sadar seseorang seperti menemukan planet baru. Dunia internal setiap orang berbeda dan unik. Beberapa berantakan, diisi dengan rahasia gelap dan rumit yang didorong ke ujung pikiran mereka, seperti pakaian dalam dan borgol di belakang lemari. Ada yang sebening dan secerah padang rumput musim semi: semua kelinci melompat dan serpihan salju yang jatuh. Itu jarang terjadi. Orang ini secara psikis tampak biasa saja, dan Mimi memilih lingkungan netral untuk menginterogasinya, di rumah masa kecilnya. Dapur di pinggiran kota: ubin putih, meja formika, bersih, rapi, biasa saja.
Kingsley duduk di seberang lelaki itu. "Mengapa kau berbohong kepada kami?," tanyanya. Dalam dunia lelaki itu, sang Venator tampak sangat tampan. Ada sumber kekuatan yang melakukan hal itu untuk vampir: membuat mereka terlihat lebih indah daripada mereka yang sudah ada.
"Apa yang kau bicarakan," lelaki itu bertanya, tatapan bingung di wajahnya.
"Tunjukan padanya"
Mimi menemukan ingatannya dan memutarnya di televisi di meja dapur.
"Kau ingat malam ini?" Kingsley bertanya sewaktu mengamati seorang lelaki tiba-tiba keluar menuju balkon hotel dan melihat seorang pria tinggi membawa bungkusan ukuran anak-anak keluar dari gerbang resort. "Kau ingat orang ini?"
Jordan Llewellyn telah hilang selama lebih dari setahun. Gadis sebelas tahun telah diculik dari kamar hotelnya pada saat yang sama dengan pembataian dewan di sebuah pesta oleh darah perak.
Venator telah memindai ingatan semua orang di hotel pada malam gadis kecil itu menghilang, setiap tamu, setiap anggota staf, dari penjaga keamanan sampai pelayan, tanpa mendapatkan keberuntungan apapun. Llewellyn terlalu trauma untuk dapat membantu. Itu bisa dimengerti, tapi tetap tidak berguna. Tidak ada yang tahu apa-apa, tidak ada yang ingat apa-apa. Kecuali lelaki yang duduk di depan mereka sekarang.
"Kau bilang kau melihat sesuatu. Bahwa kau melihat orang ini ketika kau melangkah keluar untuk merokok malam itu," kata Kingsley. "Orang ini tidak ada. Kau membohongi kami?"
"Tapi aku tidak merokok," lelaki itu memprotes. "Aku tidak ingat ini sama sekali. Apa ini? Siapa kau?" Di bar, Mimi bisa melihat dia mulai bergerak. Mereka tidak punya banyak waktu.
"Kenapa kau berbohong pada kami? Jawab pertanyaannya!" Kingsley menyalak.
Selama berbulan-bulan mereka telah melacak setiap pria yang pernah tinggal di hotel yang cocok dengan apa yang diberikan oleh lelaki itu pada mereka. Mereka mengejar para eksekutif pemasaran, pengusaha yang berlibur, turis dan penduduk setempat. Tetapi tidak ada hal signifikan yang muncul. Setelah sebagian besar tahun berlalu, mereka mulai bertanya-tanya jika mereka mengejar hantu, bayangan, fatamorgana. Seluruh tim merasa frustrasi dan tegang. Baru kemarin dewan telah memerintahkan mereka untuk menyerah pada misi dan kembali ke New York. Jordan sudah pergi, kasus ditutup. Tetapi, Kingsley memutuskan bahwa saksi mereka perlu dikunjungi lagi.
"Biar kuulangi, siapa yang menyuruhmu berbohong pada kami?" Kingsley bertanya.
"Tidak ada... aku tidak tahu apa yang kau ingin aku katakan... Aku tidak ingat malam itu. Aku bahkan tidak ingat kalian. Siapa kau? Apa yang kau lakukan di dapur ibuku?"
"Kenapa kau di Rio?" Ted Lennox bertanya dengan ringan, bermain sebagai polisi yang baik.
"Seorang temanku akan menikah...." Dia menarik nafas. "Kami berada di sana untuk pesta bujangan."
"Kau pergi jauh-jauh ke Rio untuk pesta bujangan. Kau" Mimi mengejek. Mengintip melalui dunia nyata. Memandang ke bawah pada orang yang tergeletak di atas meja. Lelaki itu tampak seperti dia paling jauh pernah bepergian ke setiap sudut 7-Eleven.
"Hei, aku tinggal di New York belum lama ini. Aku seorang bankir. Kami selalu pergi setiap kali ada yang menikah. Thailand. Vegas. Punta Cana. Tapi kemudian aku kehilangan pekerjaan dan harus kembali dengan orang tuaku. Jangan membenciku sekarang."
"Dipecat," tanya Sam Lennox.
"Tidak...hanya... aku tidak lagi mengingat hal-hal dengan baik. Aku mengambil cuti dan belum kembali. Ada sesuatu yang salah di sini," katanya, mengetuk di sisi tengkoraknya dengan ekspresi khawatir di wajahnya.
Kalau dipikir-pikir, sesuatu tentang saksi ini memang tampak aneh. Mimi mengingat hal yang berbeda dari pria itu. Orang yang mereka tanyai setahun yang lalu jauh lebih pandai bicara dan waspada, lebih aneh. Mimi merasa aneh bahwa mereka melacaknya berasal dari daerah terpencil. Mimi mengira siapa pun yang tinggal di hotel mewah juga datang dari tempat yang mewah.
"Dia tidak berbohong," kata Sam. "Lihat otak depannya. Sudah jelas."
'Dia tidak ingat malam itu," Ted setuju.
"Ulangi lagi," kata Kingsley. "Ini tidak masuk akal."
Mimi menarik ingatan untuk kedua kalinya. Mereka berempat mengamatinya dengan seksama. Itu sama: pria tinggi, bundel, rokok. Tapi Sam benar; otak depannya menunjukkan pria itu tidak berbohong ketika dia mengatakan dia tidak ingat itu.
"Oh, ya tuhan. Bagaimana kita bisa melewatkan ini? Lihat ini. Force! Lennox. Lihat!" Kata Kingsley , memperbesar gambar.
Kemudian ia melihat apa yang Kingsley lihat: sedikit kerusakan di perbatasan memori orang itu. Ini seperti jahitan yang telah diperbaiki. Sangat rapi, dan dilakukan sangat baik, kau bahkan tidak akan pernah menyadarinya. Siapa pun yang melakukan ini sangat ahli. Kau perlu kekuatan besar untuk melakukan ini. Ingatan palsu yang secara ahli dijalin menjadi ingatan nyata. Cukup untuk menipu tim Venator, bagian terbaik dari setahun. Menanamkan ingatan palsu pada darah merah sangat berbahaya. Itu bisa mengacaukan mereka: mengubah mereka menjadi orang gila, tidak dapat membedakan fakta dari fiksi. Atau mengubah bankir kota besar menjadi pemalas yang tinggal dengan orang tuanya.
"Biarkan dia pergi," Kingsley berkata dengan letih.
Mimi mengangguk. Dia melepaskan cengkeramannya di pikiran pria itu, dan keempat dari mereka melangkah kembali ke dunia nyata. Saksi mereka merosot di atas meja, mendengkur.
Dia bukan tersangka.
Dia adalah korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Van Alen Legacy (Book 4 Blue Bloods)
VampiriTerjemahan Buku keempat dari seri Blue Bloods Hanya mencoba menerjemahkan, novel ini bukan milik saya Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penerjemahan mohon maaf, terjemahan ini hanya untuk kesenangan semata. Author : melissa de la cruz Bahas...