Empat

33 2 0
                                    

Bus berhenti setelah melewati gerbang, dan mereka berbaris keluar dengan tenang. Schuyler memperhatikan seluruhnya bahkan rekan kerjanya yang paling letih, kelompok yang agak angkuh terdiri dari aktor dan aktris yang bekerja sampingan bersama dengan satu atau dua mahasiswa kuliner yang sombong, melihat sekeliling dengan takjub. Bangunan itu dan tanahnya yang suci sama mewahnya dengan museum Louvre, kecuali seseorang masih tinggal di sini. Itu adalah rumah, bukan monumen nasional. Hotel Lambert telah ditutup untuk umum karena sebagian besar sejarahnya. Hanya beberapa orang sombong yang diterima dibalik pintu besarnya. Peninggalan dunia bisa ditemukan dengan membolak-balik foto-foto dalam buku-buku. Atau masuklah sebagai staf katering.

Sewaktu mereka berjalan melewati air mancur yang menyala, Oliver menyenggolnya. Baiklah, Oliver bertanya dalam bahasa perancis. Satu alasan lagi untuk bersyukur sekolah di Duchesne. Persyaratan wajib berbahasa asing selama bertahun-tahun, berarti mereka berdua bisa lulus untuk sebuah pekerjaan di restoran di Marseille saat wawancara kerja, meskipun aksen buku pelajaran mereka terancam ketahuan kapan saja.

"Kau tampak khawatir. Ada apa?"
"Tidak ada, aku hanya berpikir tentang penyelidikan itu lagi". Kata Schuyler sambil berjalan menuju pintu masuk para pekerja yang terletak di bagian belakang rumah. Dia ingat hari yang mengerikan itu di ruang penyimpanan, ketika dia dituduh dengan begitu tidak adil. "Bagaimana cara agar mereka bisa percaya padaku?"
"Jangan buang waktu lagi. Hal itu tidak akan mengubah apapun," Oliver berkata dengan tegas, "Apa yang terjadi di Corcovado sangat mengerikan, dan itu bukan salahmu.

Schuyler mengangguk, menahan air mata yang datang setiap kali dia memikirkan hari itu. Oliver selalu benar. Dia membuang-buang energi berharap untuk hasil yang lain. Apa yang sudah berlalu biarlah berlalu. Mereka harus fokus pada masa sekarang.

"Bukankah tempat ini indah?" Kata Schuyler. Kemudian, berbisik sehingga tidak ada seorang pun yang akan mendengar, "Cordelia membawaku beberapa kali ketempat ini, ketika dia datang untuk rapat dengan pangeran Henri. Kami tinggal di penginapan tamu di sayap timur. Ingatkan aku untuk menunjukkan galeri Hercules dan perpustakaan polandia. Mereka punya piano Chopin."

Dia merasakan campuran kekaguman dan kesedihan saat dia mengikuti kerumunan yang hening melalui cahaya yang berkilauan di ruang marmer. Kekaguman pada keindahan tempat yang dibangun oleh arsitek yang sama yang telah merancang istana Versailles, dengan menampilkan corak dan gaya barok yang sama, dan sedih karena bangunan ini mengingatkannya pada Cordelia. Dia yakin bisa menggunakan beberapa kegigihan keras neneknya saat ini. Cordelia Van Alen tidak akan berpikir dua kali untuk menerjang pesta agar mendapatkan apa yang dia inginkan, sementara Schuyler memiliki terlalu banyak keraguan.

Pesta malam itu disebut pesta seribu satu malam, sebagai penghormatan kepada pesta dansa Oriental yang mewah yang diadakan di kediaman mereka pada tahun 1969. Sama seperti pesta terdahulu, malam ini akan menampilkan tarian budak-budak perempuan, pembawa obor setengah telanjang, pemain sitar, dan musisi Hindu. Tentu, disana ditambahkan sentuhan modern: seluruh pemain dari musikal Bollywood akan tampil pada tengah malam, dan bukannya menggunakan gajah dari kertas di pintu masuk, sepasang gajah india asli telah dipinjam dari sirkus keliling thailand. Bintang-bintang berkulit tebal akan membawa pengendara ke bawah kanopi emas.

Surat kabar menyebutnya sebagai pesta terakhir. Pesta untuk mengakhiri semua pesta. Malam terakhir gedung dongeng itu menjadi rumah bagi bangsawan. Karena Hotel Lambert telah terjual. Besok gedung ini tidak akan lagi menjadi rumah untuk keluarga bangsawan dari Louis- Philippe, raja terakhir perancis. Besok bangunan itu akan menjadi milik konglomerat asing. Besok istana itu akan jatuh ke tangan pengusaha yang cukup kaya yang telah memenuhi harga yang mahal. Besok bangunan itu akan dibagi, atau direnovasi, atau dibuat menjadi museum, atau apapun rencana konglomerat itu.

Tapi malam ini adalah salah satu bagian Grand Bal vampir terakhir: Perkumpulan darah biru paris akan berkumpul bersama untuk terakhir kalinya dalam perayaan yang layak bagi Scheherazade.

"Cordelia mengatakan padaku Balzac pernah melewatinya saat pesta dansa di sini. Dia adalah Deb saat itu, di sebuah siklus sebelumnya, sebelum dia menjadi nenekku," katanya kepada Oliver saat mereka melewati jalan menurun ke dapur di ruang bawah tanah yang luas, di mana peralatan baja tahan karat modern dipasang di samping perapian abad pertengahan.
"Cordelia bilang dia cukup mabuk. Bisa kau bayangkan?."

Salah satu lampu menyinari seorang gadis berusia delapan belas tahun, Oliver menyeringai, mendorong pintu ayun terbuka. Tentu saja.

Pesta berlangsung selama dua jam, dan mereka mendapati para juru masak saling berteriak dengan marah, seluruh dapur sedang terburu-buru untuk bersiap. Uap mengepul dari tangki raksasa, dan tempat itu berbau seperti mentega yang mendesis? Berasap dan lezat.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Kepala koki bertanya ketika para staf pelayan tiba. "Ayo, ayo, ke atas denganmu!?"

Koki bertengkar singkat dengan direktur staf, tetapi pada akhirnya mereka setuju bahwa pelayan bisa membantu kru lapangan, Schuyler dan Oliver terpisah. Schuyler dikirim keluar, di mana dia menemukan pelatih gajah menjelaskan kepada aktor dan aktris yang berperan sebagai raja dan ratu Siam bagaimana cara mengendalikan binatang. Agar terlihat berguna, Schuyler mulai menyalakan lilin, menata taplak meja, dan mengatur hiasan bunga begitu saja. Di sekelilingnya, halaman gedung dipenuhi dengan hiruk-pikuk kebisingan, dengan pemain akrobat melompat dari atap, musisi menyetel lagunya, dan gadis-gadis budak menari cekikikan dengan model laki-laki setengah telanjang.

Akhirnya semua lilin dinyalakan. Mejanya sudah diatur. Semuanya sudah siap. Satu hal yang pasti. Ini akan menjadi pesta yang hebat.

Dia menemukan Oliver memoles peralatan gelas di stasiunnya. "Ingat, temui aku di bagian bawah tangga setelah putaran pertamamu" Oliver berbisik, berusaha untuk tidak menarik perhatian dari pelayan lain. "Aku akan menjagamu." Mereka telah diperintahkan oleh atasan mereka untuk mematikan ponsel, itu tidak berarti penting karena tidak satu pun dari mereka bisa mendapatkan sinyal. Tidak ada menara ponsel yang diperbolehkan di bagian eksklusif pulau itu.

Schuyler mengangguk. Mereka memiliki tugas mereka masing-masing: Schuyler akan menjadi bagian dari tim yang bertanggung jawab untuk menyambut para tamu dengan nampan sampanye segera setelah mereka turun dari perahu. Oliver ada di lantai atas, bekerja dibalik barnya.

"Dan, Sky? Semuanya akan baik-baik saja. Dia harus menemuimu." Oliver tersenyum. "Aku akan memastikannya". Keberaniannya membuat oliver lebih di sayang lagi. Oliver yang terkasih, manis, baik hati, yang telah meninggalkan semua yang dia cintai di New York untuk menyelamatkan dan melindunginya. Dia tahu oliver sama takutnya dengan dia, tapi oliver tidak akan menunjukkannya.

Rencana malam ini adalah tembakan jarak jauh terbaik, dia bahkan tidak tahu apakah bangsawan dari Paris, nyonya rumah malam ini dan yang akan menjadi mantan pemilik Hotel Lambert, akan mengingatnya.
Apalagi menawarkan perlindungan yang sangat mereka cari, tapi dia harus bertanya, demi kebaikannya dan demi Oliver. Dan jika dia ingin balas dendam pada iblis yang telah membunuh kakeknya, dia harus mencoba.

Dewan dari eropa adalah harapan terakhir dan satu-satunya yang dia miliki.

The Van Alen Legacy (Book 4 Blue Bloods)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang