"Lewat sini," kata Jack. "Saat aku masih kecil, para koki selalu mengejarku keluar dari sini". Jack menunjukkan Schuyler jalan rahasia yang memutar melalui gudang besar di bawah kastil.
Menurut sejarah, rumah itu dibangun untuk mengakomodasi seluruh pengadilan para bangsawan. Ada bagian sayap yang penuh pelayan, dapur dan gudang makanan saat turun tiga lantai.
Ketika count masih hidup, pasangan kerajaan itu menyelenggarakan pesta yang panjang selama sebulan untuk para tamu dan pengawal mereka.
Kastil itu dimaksudkan untuk mempertahankan gaya hidup yang sudah ketinggalan jaman, belum lagi luar biasa mahal. Tidak heran para pengembang berencana untuk mengubahnya menjadi apartemen untuk tempat tinggal dengan 60 staff menjadi tidak tertahankan bahkan untuk countess, yang pindah ke villa di Saint- Tropez dengan rumah yang jauh lebih moderen. Namun untuk saat ini bangunan ini masih memiliki lusinan ruang tersembunyi dan lorong seperti labirin,
Tapi akhirnya hanya ada satu jalan keluar untuk Hotel Lambert. Setiap orang, dari bangsawan tertinggi sampai pelayan dapur paling sederhana, harus melewati halaman tengah dan keluar gerbang utama. Jack dan Schuyler mendapati mereka tidak punya pilihan: mereka harus berjalan melewati sarang ular berbisa? untuk bebas.Tangga untuk para pelayan, sisinya langsung menuju ke aula utama, tempat Jack dan Schuyler bisa mendengar suara tawa histeris keriangan tak terkendali, yang terdengar lebih tegang dan panik ketika musik yang memusingkan itu dimainkan dalam tempo cepat dan volume yang kuat.
"Apa yang mereka lakukan?" Schuyler berbisik ketika mereka berkerumun di belakang salah satu tiang yang terpilin. "Mengapa aku merasa... Seperti... aku ingin... menyakiti seseorang? Apa yang darah perak lakukan untuk mendorong mereka melakukan itu?"
"Mereka menggunakan kekuatan seperti yang kita lakukan, kecuali mereka melakukannya dalam arah yang berlawanan. Mereka mengeluarkan hal-hal terburuk pada seseorang."
"Bukankah kita harus memperingatkan semua orang?" Tanyanya.
"Ini bukan Rio. Ada terlalu banyak dari kita untuk dikalahkan, darah perak tidak akan mengambil resiko apapun yang lebih berbahaya daripada paksaan. Mereka di sini hanya untukmu," kata Jack, mencoba menumpulkan kesulitan situasi mereka dengan senyuman yang menenteramkan hati.
Schuyler tidak mau ditelan oleh rasa takutnya, dan menenangkan diri dengan berjuang melawan sakit yang dia rasa semakin parah akibat mantra darah perak. Mereka harus menemukan Oliver, dan kemudian mereka harus keluar dari sini setenang mungkin. Dia telah membuat keributan besar selama melarikan diri dari Jack, tapi hal paling lucu dari anggota musikal Bollywood telah menutupi sebagian besar keributannya. Para tamu menduga dia adalah bagian dari pertunjukan. Terutama mengingat cara dia berpakaian. Dengan kain sarinya, dia tampak menyatu.
"Ini" kata Jack, menyerahkan padanya sebuah salib perak kecil dengan sebuah rantai. "Ini akan membantu". Jack mengeluarkan benda serupa dari balik pakaiannya. Bagian dari seragam Venator.
Mereka merayap ke taman dan menemukan Oliver berdiri sendirian di bawah pohon beech yang megah, sambil minum. Jika Oliver terkejut melihat Schuyler bersama Jack, dia tidak menunjukannya kecuali dengan sedikit mengangkat alisnya. Meskipun itu menyakitkan, schuyler menyadari sebuah kilatan terpancar dari matanya ketika Oliver melihat mereka bersama.
"Ini bukan seperti yang kau pikirkan," Schuyler ingin memberitahunya. "Aku mencintaimu."
Terlepas dari itu, ketika Oliver berpaling pada Jack, dia menjadi seseorang yang baik dan memberi Jack jabat tangan yang terlalu hangat. "Senang bertemu denganmu, kawan. Sudah lama sekali."
Untuk bagiannya, Jack menjabat tangan Oliver dengan cengkeraman yang kuat. Mereka berdua berniat untuk bertindak seolah-olah mereka telah bertemu satu sama lain di asmara Senior. Hanya sekelompok pelajar dari Upper East Side yang terdapat di dalam berita dan gosip.
"Jadi apa yang membawamu kemari, Force? Kuharap bukan karena komite," kata Oliver, nada suaranya yang ringan menutupi arus yang waspada.
"Sama sekali tidak," kata Jack, karena Schuyler dengan cepat memberitahu Oliver.
Setelah diberi tahu, Oliver segera memahami bahaya yang mereka hadapi. "Jadi, apa yang ada dalam pikiran kalian?" Oliver bertanya kepada mereka. "Aku rasa kita tidak akan bisa keluar dari sini dengan tenang."
"Sejauh ini mereka tidak memperhatikan bahwa Schuyler tidak ada di ruangan itu menunggu countess lagi," kata Jack, melihat sekeliling. "Kipikir kita bisa membuatnya ke Lu..." tapi sebelum Jack bisa menyelesaikan kalimatnya, ia berhenti, melihat dengan ekspresi terkejut di wajahnya.
Schuyler melirik dibalik bahu Jack. Baron de Coubertin muncul kembali di sisi lain halaman. Tapi ada sesuatu yang berbeda dengannya. Berubah. Bahkan dari jauh, Schuyler bisa melihat bahwa matanya dibentuk dengan api merah. Pupil perak.
Laviathan.
Dia berdiri tak bergerak, memandangi ruangan dengan mata perak mengerikan itu.
Schuyler menoleh ke Oliver dan melihat bahwa dia juga melihatnya. Wajah Oliver menjadi suram. "Aku membiarkanmu pergi bersamanya... Aku begitu bodoh, aku tahu ada yang tidak beres.... Ketika aku berbicara dengannya di perahu dia berbeda, bahkan tampak riang. Aku seharusnya tahu ada sesuatu yang tidak benar."
"Aku juga tak melihatnya, Ollie. Tidak mungkin kau tahu," kata Schuyler. Darah perak itu mudah berubah bentuk, Schuyler ingat ucapan kakeknya. Leviathan telah menguncinya di ruangan itu, mungkin bermaksud untuk mengaturnya nanti. Schuyler bergidik memikirkan apa yang akan darah perak lakukan kepadanya.
"Dengar, aku hanya akan memperlambatmu, tapi mungkin aku juga bisa memperlambat mereka," kata Oliver, melepas sorbannya dan melemparkannya ke tanah.
"Tidak!" Kata Schuyler. "Kita akan keluar dari sini bersama-sama atau kita tidak akan keluar sama sekali! Oliver! Dengarkan aku!" Dia memohon, kengerian muncul saat Schuyler menyadari apa yang Oliver rencanakan.
"Terlambat," kata Oliver ketika dia mengambil obor di dekatnya dan berlari menuju pintu masuk yang dijaga oleh gajah-gajah itu. "Datang dan tangkap aku!" Dia menangis, melambai-lambaikan tangan dengan sikap gila. Gajah-gajah itu berdiri dengan kaki belakang mereka, melemparkan raja dan ratu Siam, dan berlari keluar melalui semak-semak, mengejar Oliver. Para pawang gajah berteriak, dan tamu-tamu pesta yang kebingungan berlari ke segala arah, berusaha menjauh dari binatang-binatang yang mengamuk itu.
"Cepat!" Kata Jack. "Sebelum mereka menutup gerbangnya". Jack mengulurkan tangannya.
"Tapi... Oliver!" Schuyler terhuyung-huyung. "Oliver, tidak! Oliver!"
"Dia manusia, Mereka tidak menginginkan dia, Schuyler, kita harus membuatmu keluar dari sini! Kumohon!" Kata Jack, mengulurkan tangannya.
"Tidak! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa meninggalkan dia!" Schuyler menyaksikan saat Oliver berlari semakin jauh, gajah-gajah itu menyerang tepat di belakangnya.
Tapi diam di sana takkan membantu Oliver. Tidak sekarang. Dan dia hanya menempatkan mereka dalam bahaya dengan bersikap ragu-ragu. Dia ingin mengejar Oliver, tapi dia membiarkan Jack membawanya pergi. Mereka berlari, menghindari kerumunan pembawa obor, staf katering, menghindari gajah yang mengamuk, tamu pesta yang berteriak, dan pelayan yang linglung.
Dia bisa merasakan kemurkaan iblis Leviathan, bisa merasakan mata iblis itu menatap tajam di bagian belakang tengkoraknya, kejahatan yang berat dan disengaja.
Sebentar lagi iblis akan menyusul mereka.
Tapi tidak seperti berkelahi, berlari adalah hal yang bisa Schuyler lakukan dengan baik, dan bersama-sama dia dan Jack terbang melintasi halaman berbatu dan melalui gerbang utama. Dia menoleh ke arah belakang untuk terakhir kalinya dan melihat sekilas lengan Oliver yang terangkat ketika Oliver menghilang ke dalam kerumunan yang rusuh.
Oliver melambaikan tangan sebagai sebuah ucapan selamat tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Van Alen Legacy (Book 4 Blue Bloods)
VampireTerjemahan Buku keempat dari seri Blue Bloods Hanya mencoba menerjemahkan, novel ini bukan milik saya Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penerjemahan mohon maaf, terjemahan ini hanya untuk kesenangan semata. Author : melissa de la cruz Bahas...