Jack memimpin Schuyler melewati jalan perumahan di le Saint-Louis dan jembatan penghubung ke Le de la Cit, yang Schuyler lihat sekilas dari Notre Dame ketika mereka terbang melewati alun-alun dan ke stasiun Metro terdekat. "Kemana kita akan pergi?" Schuyler terengah-engah ketika mereka melompati pintu pagar yang terkunci. Kereta sudah berhenti beroperasi satu jam yang lalu.
"Kesuatu tempat dimana kita akan aman, kata Jack ketika mereka berlari ke ujung platform kosong: Schuyler telah menjadi akrab dengan keindahan dari Metro. Tapi dia masih terkesan dengan keindahannya bahkan sesuatu seperti kereta bawah tanah bisa begitu indah di Paris. The Cit? Terowongan itu bergaya Art Deco diterangi lampu bulat yang melengkung di atas jalan dengan udara segar yang mempesona.
"Ada stasiun tua di bawah sini, Mereka menutupnya saat membangun kembali Metro?" Kata Jack. Membuka pintu tersembunyi yang terletak di ujung stasiun dan membawa schuyler menuruni tangga yang berdebu. Stasiun di bawahnya tampak membeku dalam waktu, seolah-olah baru kemarin para pelancong menunggu mesin uap untuk membawa mereka ke tempat tujuan mereka. Schuyler dan Jack berjalan di jalur rel tua, sampai ujung rel dan terowongan berubah menjadi gua, memimpin mereka lebih jauh dan lebih jauh ke bawah tanah. Kegelapan menahan mereka seperti selimut, Schuyler berterima kasih pada iluminata, hal itu adalah satu-satunya cara agar dia dapat melihat Jack. Jalan sempit yang berliku-liku di bawah tanah mengingatkan Schuyler akan sesuatu yang dia lihat dalam ruang penyimpanan tua .
"Ini...?" Tanyanya.
"Lutetia." Jack mengangguk.
Kota Galia kuno. Ketika mereka menaklukkan Gaul, para darah biru Romawi menamai tempat itu sesuai tanah rawa yang mengelilingi daerah itu. Para vampir telah membangun terowongan bawah tanah besar di bawah kota. Darah merah percaya bahwa semua yang tersisa dari Lutetia adalah sisa-sisa ampiteater (gelanggang terbuka untuk hiburan) dari Latin Quarter. Mereka tidak tahu bahwa sebagian besar kota masih dalam keadaan utuh, jauh di dalam katakombe (ruangan atau jalan dibawah tanah yang biasanya digunakan untuk keperluan religius).
Tidak seperti penjara bawah tanah di bawah Hotel Lambert, katakombe di Lutetia dipenuhi dengan udara segar. Udara yang bersih. Dilindungi oleh semacam mantra, tebak Schuyler. Tidak ada tikus yang berkeliaran di dinding, tidak ada bau kotoran dan busuk.
"Apakah kau pikir dia masih mengikuti kita?" Schuyler bertanya, tetap menjaga jarak dengan Jack. Schuyler merasa seolah-olah seluruh tubuhnya adalah garpu tala, bergetar karena ketakutan. Ketika mereka berjalan lebih jauh ke dalam gua, schuyler menemukan dirinya tidak mampu menembus kegelapan, bahkan dengan penglihatan vampir.
"Semoga," jawab Jack.
Semoga, saat mereka berlari, Schuyler menyadari terowongan menciptakan sebuah labirin, seratus koridor yang berbeda memimpin seribu arah yang berbeda.
"Kau bisa tersesat di sini selamanya," kata Schuyler.
"Itu intinya," Jawab Jack. "Hanya darah biru yang tahu jalan keluar. Terowongan ini dimantrai melawan animadverto. Cobalah untuk mengingat cara kita datang. Kau tidak akan bisa." Jack benar. Schuyler tidak bisa mengingat jalannya, yang aneh dan meresahkan karena memiliki penglihatan vampir seperti menonton pertunjukan di DVR : Kau bisa kembali ke tempat yang sama dan mengingat semuanya, setiap detail di ruangan, setiap keadaan, setiap ekspresi wajah siapapun, setiap kata yang diucapkan. Jadi itu sebabnya Jack berharap Leviathan mengikuti mereka, meskipun Schuyler tak yakin labirin ini bisa menghentikan iblis.
"Bagaimana dengan semua orang yang kita tinggalkan?"
"Charles ada di sana. Dia tidak akan membiarkan mereka berada dalam bahaya" kata Jack. "Dia mengawasi Leviathan sementara aku menjemputmu dari ruangan." Charles lebih dari sekedar melawan iblis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Van Alen Legacy (Book 4 Blue Bloods)
VampireTerjemahan Buku keempat dari seri Blue Bloods Hanya mencoba menerjemahkan, novel ini bukan milik saya Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penerjemahan mohon maaf, terjemahan ini hanya untuk kesenangan semata. Author : melissa de la cruz Bahas...