Ada yang nunggu update?
Vote dulu dong, biar aku semangat:)Part ini panjang kok, 2000+
Jadi jangan sampe lupa vote dan share biar makin rame, oke?***
Pagi hari sekitar jam lima, Nara terbangun di kamar panti, itu karena malam kemarin Astrid memintanya untuk pulang, takut jika adik panti yang lain kebingungan karena tidak adanya orang yang berada di rumah.
Dan sejak bangun tidur, Nara langsung mengurus segala kebutuhan adik-adiknya. Walaupun mereka sudah besar dan bisa melakukan beberapa hal sendiri, namun untuk urusan dapur Nara harus turun tangan, untungnya ada beberapa anak yang ikut membantu sekedar mengupas bumbu dapur.
Hal itulah yang membuat Nara terlambat berangkat sekolah dan berakhir harus berdiri dilapangan upacara SMA Cakrawala dibawah terik matahari yang menyengat kulitnya seperti saat ini.
Beberapa kali tangannya terangkat guna mengusap peluh yang membanjiri pelipis."Kalian ini pasti sengaja telat, kan?"
"Ya ampun, Bu. Mana ada telat disengaja?"
"Ngeles aja kamu, Theo! Kalau nggak disengaja gimana telat bisa barengan berempat gini?"
"Namanya juga temen, Bu."
"Alasan kamu, Ares!"
Samar-samar, Nara mendengar percakapan debat yang ia tebak jika itu terjadi antara guru dan beberapa murid.
"Sekarang, kalian berdiri disana. Khusus kalian dua tangannya diangkat!"
Perintah itu disusul dengan suara langkah serta gerutuan yang mendekati Nara. Dan saat merasakan kehadiran orang lain, Nara menoleh.
Astaga, posisi macam apa ini? Bagaimana bisa posisinya diapit empat orang cowok yang berdiri di samping kiri dan kanannya."Theo! Tangannya diangkat!"
"Astaga, pilih kasih banget, Bu. Cewek ini aja nggak disuruh angkat tangan," sahutnya malas namun tetap saja melakukan titah yang diberikan.
"Memangnya kamu perempuan?"
"Meragukan saya sebagai makhluk jantan," jawab cowok yang posisi berdirinya berada di sebelah kanan Nara, tidak lain dan bukan adalah Theo.
"Makanya punya mulut jangan lemes." Itu suara satu orang cowok lagi yang berdiri disisi kanan Theo; Ares.
"Kalian itu sama, sudah jangan berisik!"
Akhirnya semua diam. Beberapa menit berlalu, cowok yang menurut Nara paling berisik kembali membuka suara.
"Bu Novi kurang kerjaan banget ngawasin kita," ucap Theo sesekali melirik kearah Bu Novi yang berdiri di tepi lapangan dengan tangan berkacak pinggang.
"Bacot mulu, lo!"
Nara memang belum sepenuhnya menatap wajah satu-persatu cowok yang berdiri disisi kanan kirinya. Tapi merasa suara yang tidak begitu asing di pendengarannya membuat ia memilih mendongak melihat siapa yang berdiri disisi kirinya.
Nafasnya berhenti sesaat ketika tatapannya langsung bertubrukan dengan tatapan mata Daniel. Jangan bilang jika cowok itu sudah dari tadi mengamatinya?
"Na-ra," gumam Daniel dengan sengaja mengeja nama Nara membuat Nara dilanda kegugupan secara tiba-tiba.
Nara meneguk ludahnya kasar saat mata tajam Daniel terus saja menatapnya tanpa beralih."Lo kenal, Niel?" Erick yang berada disisi kiri Daniel bertanya, Daniel menoleh sekilas kearah Erick lantas kembali menatap Nara dan dengan tidak sopan nya mendengus didepan wajah cewek gugup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
Teen Fiction"Sekali lo berurusan sama Daniel. Kecil kemungkinan lo buat lepas dari dia. Karena Daniel, bukan orang yang mudah lepasin lawannya." Daniel Aska Sagara, sudah bukan rahasia umum lagi jika orang-orang menyebutnya sebagai cowok yang tidak memiliki ha...