Vote dulu sebelum baca cobaaa
Happy reading!***
Setelah mencabut kabel setrika, Nara melanjutkan dengan menyemprot seragam Daniel menggunakan pewangi pakaian.
Beruntung, seragam Daniel mudah bersih mengingat waktu terkena noda dengan waktu mencuci yang berjarak cukup lama. Nara melirik jendela luar menampakkan suasana yang masih cukup pagi. Tapi saat ia mengingat ucapan Daniel yang memintanya datang sebelum cowok itu datang, membuat Nara mau tak mau langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Selesai mandi, Nara berdiri di depan lemari yang terdapat cermin besar. Ia sudah siap dengan seragam beserta almamaternya.Tangan Nara menyentuh beberapa bagian untuk merapikan penampilannya. Namun, gerakan tangannya terhenti saat merasakan keganjalan di saku almamater. Tangan Nara bergerak mengambil benda itu, ia sampai lupa dengan keberadaan gantungan kunci yang ia temukan di lorong laboratorium kemarin. Ia mengamati dengan seksama. Pasti pemiliknya kebingungan mencari benda ini.
Nara memilih menyimpannya di laci meja belajar. Lalu beralih memasukkan seragam Daniel ke dalam paper bag dan bergegas keluar kamar tak lupa membawa tas ransel berisi pelajaran.
Ia menghampiri ibu panti yang tengah memasak di dapur. Tangannya bergerak menepuk bahu ibunya tapi malah rasa kejut yang ia terima."Nara ... ngagetin Ibu aja, ih!" Nara hanya cengengesan. Mengingat dialah yang paling besar diantara anak panti lain, membuat Nara mulai membantu ibu panti memasak.
"Tumben udah rapi aja. Biasanya jam segini baru bangun," ucap ibu panti yang dibalas senyuman tipis Nara.
Setelah membantu hingga hidangan tertata rapi di meja makan, Nara mengambil wadah untuk bekalnya. Ia masih ingat jika harus berangkat pagi. Maka dari itu ia tak membuang waktu.
Nara menarik tangan ibu panti untuk pamit berangkat sekolah."Berangkat sekarang?"
"Iya, Bu. Nara berangkat."
Nara berlalu keluar pekarangan panti. Berjalan beberapa meter menuju halte untuk menyetop bus.
Ketika Nara masuk, suasana bus masih sepi mengingat ini belum memasuki jam kerja dan jam sekolah. Mungkin, hanya segelintir orang saja yang memang terbiasa berangkat pagi.Nara menginjak sekolah. Langkahnya langsung terarah menuju kelas Daniel yang kemarin sempat ia tanyakan pada Safira.
Tidak begitu jauh dari letak kelasnya. Tapi, mengapa terasa jauh sekali untuk Nara lalui saat ini?Nara berdiri diambang pintu kelas Daniel. Belum berniat masuk saat mendapati tatapan penuh tanya oleh beberapa teman sekelas Daniel yang sudah datang.
"Ini ... kelas Daniel?" tanya Nara memastikan. Mereka mengangguk serempak membuat Nara menghela nafas karena setidaknya ia tidak salah kelas dan berakhir membuat malu.
"Ada urusan apa, ya?" tanya cowok yang tengah duduk dengan buku di hadapannya. Ciri-ciri cowok rajin idaman ini mah, belum lagi ia bertanya dengan nada ramah.
Nara berdeham, lalu mengangkat tinggi paper bag seraya menjelaskan apa isi dari paper bag itu.
"Seragam Daniel.""Oh. Taruh aja di meja Daniel. Tuh," titah cowok itu sembari menunjuk meja yang berada di pojok kelas.
Nara mengangguk cepat lantas melangkah mendekati meja Daniel. Ia berdiri disana, belum juga meletakkan paper bag tapi ia malah fokus pada coretan spidol di meja putih tempat Daniel duduk.Nara terus fokus. Hingga suara ketukan di meja membuatnya terkejut dan langsung menoleh kearah sumber suara. Lagi-lagi ia harus bertemu Daniel. Nara menyesal.
Seharusnya tadi ia segera menaruh seragam Daniel dan langsung pergi. Bukan malah mengamati coretan di meja Daniel yang sudah bisa dipastikan coretan ini milik Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
Ficção Adolescente"Sekali lo berurusan sama Daniel. Kecil kemungkinan lo buat lepas dari dia. Karena Daniel, bukan orang yang mudah lepasin lawannya." Daniel Aska Sagara, sudah bukan rahasia umum lagi jika orang-orang menyebutnya sebagai cowok yang tidak memiliki ha...