Klik bintang sebelum lanjut!
***
Dania mengusung senyum sesaat setelah Erick membukakan pintu mobil untuknya. Lelaki itu, tidak pernah absen untuk terus memperlakukan Dania secara manis sedari awal mereka tiba di kafe, dan sekarang sudah sampai di depan rumah Dania.
"Makasih, Kak!" ucap Dania yang hanya dibalas anggukan serta senyuman manis Erick. "Mmm ... Kak Erick mau mampir?" tanya Dania ragu.
"Thanks, tapi lain kali aja." Erick menolaknya sopan.
"Gue belum siap dapet bogeman dari Daniel, soalnya," lanjut Erick terkekeh, Dania ikut terkekeh.Cukup untuk beberapa detik, keduanya sama-sama menertawai celetukan Erick itu. Hingga Dania tersentak tatkala Erick menarik salah satu tangannya dan menggenggamnya.
"Sana masuk, istirahat." Dania belum meresponnya, gadis itu masih larut dalam keterkejutannya atas tingkah Erick yang tiba-tiba. Erick tersenyum tipis. "Dania?"
"Eh, iya?" Dania gelagapan, ia langsung sadar lalu menatap Erick yang menahan tawa.
"Lo kenapa?" tanya Erick membuat Dania merutuk dalam hati. Ini Erick yang memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu? Dania melirik pada genggaman itu, membuat Erick mengikuti arah tatapan Dania lantas segera melepaskannya. Ia menghela nafas. "Astaga, sorry, gue nggak tahu."
Dania mengangguk sekali. Ketidaktahuan cowok itu, nyatanya mampu membuat seorang gadis gemetar di tempat. Tidak ingin berlama-lama dalam situasi yang aneh ini, Dania pamit masuk ke dalam. Sepeninggal Dania, Erick tersenyum begitu lebar seraya menatap tangannya yang sempat ia gunakan untuk memegang tangan Dania.
Dania melirik mobil Erick lewat jendela. Usai memastikan mobil Erick pergi dari halaman rumah, Dania berbalik dan berlari menuju ruang tengah. Di sana, ia mendapati Rita yang tengah fokus menonton berita. Ia memeluk ibunya dari samping, membuat Rita menoleh dan menatapnya bingung.
"Ada apa? Kok pulang senyum-senyum?" tanya Rita bingung. Wanita itu terlihat berpikir cukup lama, sebelum setelahnya tersenyum lebar. "Anak Bunda diapain sama laki-laki itu? Hatinya baik-baik aja, kan?"
"Ih ... Bundaaa." Dania merajuk, antara malu tapi juga senang.
"Dia sahabatnya Kak Daniel, kok, Bun. Namanya Kak Erick," lanjutnya seraya menyender pada bahu sang bunda."Oh ... ngomong-ngomong Kakak kamu kok belum pulang, ya?"
"Biarin aja deh, Bun. Kak Daniel itu udah gedhe. Jangan khawatir, paling-paling ke tempat latihan." Rita mengangguk lalu kembali fokus, sedangkan Dania masih bersandar pada bahu ibunya.
Beberapa menit keduanya hanya fokus pada siaran televisi, hingga suara derap langkah kaki mengalihkan pandangan keduanya pada sesosok paling dihormati di rumah itu; Tama. Pria dengan setelan jas tanpa dasi itu berjalan menghampiri istri dan putrinya. Lantas, duduk berhadapan seraya tersenyum tipis.
"Aku ada rencana," ucapnya menatap Rita dengan senyum lebar. Rita mengernyitkan keningnya. Sedangkan Dania sudah tidak bisa berpikir baik. Bukan berarti rencana ayahnya selalu buruk. Hanya saja, keputusannya sering menimbulkan kontra---terutama untuk Daniel.
"Apa?" tanya Rita penasaran.
Ada helaan nafas dari Tama yang cukup panjang. Setelahnya pria yang masih berkharisma di usia empat puluh tahunan itu tersenyum dan mengutarakan maksudnya. "Setelah lulus SMA, aku berencana menyekolahkan Daniel ke New York."
Butuh lebih banyak waktu Rita memahami ucapan suaminya. Dania yang di sampingnya sedikit kaget, tapi gadis itu memilih diam sama seperti ibunya.
"Itu bukannya nggak berlebihan? Aku pikir, Daniel sudah cukup melanjutkan pendidikan di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
Novela Juvenil"Sekali lo berurusan sama Daniel. Kecil kemungkinan lo buat lepas dari dia. Karena Daniel, bukan orang yang mudah lepasin lawannya." Daniel Aska Sagara, sudah bukan rahasia umum lagi jika orang-orang menyebutnya sebagai cowok yang tidak memiliki ha...