Chapter 16

2.2K 111 3
                                    

Halooo, ada yang kangen?

Kayanya ini update paling lama
daripada yang waktu itu deh😭🤣

Maaf banget, selain tugas sekolah
yang banyak, sempet sakit juga waktu itu
So, mohon maaf ya🙃

Kalau kangen, jadi gausah lama.
Yuk, capcus baca>>>

Jangan lupa vote dan komen

***

Nara memandang hujan deras di balik dinding kaca kafe tempatnya bekerja. Sebentar lagi kafe tutup, dan tidak ada tanda hujan akan berhenti. Bagaimana dia bisa menuju halte untuk menyetop bus? Lagi, sangat kecil kemungkinan kendaraan umum lewat di malam hujan seperti ini.

"Ra, ayo beres-beres." Nara tersentak, tanpa menjawab ia berlalu mendekati Gina yang sibuk mengelap meja. "Diem mikir apa kamu?"

Nara melirik Gina, lalu tersenyum dan menggeleng pelan. "Lagi bingung caranya pulang, Mbak."

"Yah ... mau barengi kamu aku bawa motor, Ra. Jas hujan juga cuma satu." Nara mengusung senyum mendengar gumaman rasa bersalah Gina. Padahal, Nara tidak merasa kecewa kalau Gina memang tidak bisa mengantarnya pulang.

Pintu kafe terbuka dari luar, membuat dua perempuan itu menoleh dengan kerutan di dahi. Siapa yang datang di jam segini? Sebagian lampu depan telah mati, dan kemungkinan besar orang mengira kafe ini sudah benar-benar tutup.

"Apa kafe nya sudah tutup?" tanya orang itu melirik penjuru kafe yang bersih dan tidak ada satu orangpun. Nara melirik Gina, tapi wanita itu tak balas menatap dan mendekat menghampiri wanita yang tak lain adalah Trisha.

"Belum, Bu. Cuma karena hujan kami kira nggak bakal ada pengunjung, jadi nyicil bersih-bersih." Gina menyengir di akhir ucapannya membuat Trisha terkekeh pelan. Tatapannya beralih kearah Nara yang diam.

"Hai, Nara. Masih inget saya?" sapa Trisha yang membuat Nara mengerjapkan mata. Ia membalas sapaan Trisha dengan senyuman tipis.

"Eh, Bu Trisha pesan apa?" tanya Gina seraya mempersilakan Trisha duduk di salah satu kursi. Trisha menurut, wanita awet muda itu berpikir sejenak sebelum akhirnya mengutarakan pesanannya.

"Buatkan saya minuman. Seperti biasanya, ya?" Gina langsung mengangguk dan segera berlalu ke dapur. Nara yang akan mengikuti Gina mendadak berhenti saat Trisha memanggilnya.

"Ya, Bu?"

"Bisa kamu duduk disini menemani saya?" pinta Trisha yang disetujui Nara. Tidak lama kemudian, Gina datang dengan nampan berisi minuman pesanan Trisha.

"Kamu juga, ya? Biar ramai." Awalnya Gina bingung, namun setelah Trisha menarik kursi barulah ia paham dan mengangguk.

Satu meja itu berisi tiga orang perempuan, yang satu terus mengusung senyum seraya menikmati minuman sedangkan yang dua duduk canggung. "Kalau kalian mau sesuatu bilang aja. Biar saya yang bayar."

Nara dan Gina hanya menjawab anggukan. Kemudian, hening menyapa di meja itu. Tidak ada pembicaraan yang mereka lakukan. Nara dan Gina sejak tadi hanya saling pandang ketika Trisha diam menatap kosong ke arah depan.

"Saya lebih banyak menghabiskan waktu di luar daripada di rumah. Karena di luar, saya merasa punya teman," celetuk Trisha tanpa melepas pandangan kosongnya. Gina menunduk, ia yang bisa dikatakan penggemar Trisha pasti sudah tahu apa yang wanita cantik itu alami. "Usia kamu 18 tahun ya, Nara?"

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang