Chapter 38

1.5K 77 5
                                    

HALO

ADA YANG NUNGGU?

HAPPY READING:)

***

Suasana minggu sore kali ini mendung. Cocok untuk berdiam diri di rumah menanti hujan yang akan turun nantinya. Namun, Nara tak melakukan itu. Dengan hati senang dan semangat, Nara mematut dirinya di depan cermin. Memperhatikan penampilannya yang rapi dan sedikit menambah kecantikannya. Baiklah, ia sudah siap bertemu dengan Altair. Nara mengambil tas jinjing yang tergantung di gantungan belakang pintu kamar, saat ia akan berjalan keluar, perhatiannya terfokus pada suatu benda di atas meja. Nara menghampiri, tanpa melepas senyum yang sejak tadi terukir, Nara mengambil benda itu.

Lebih tepatnya kotak pensil dengan gantungan burung rajawali. Nara melepas gantungan itu, lalu memasangkannya di resleting tas jinjingnya. Ia tersenyum lebar. Ini baru cocok, pikirnya.

Selama dalam perjalanan, Nara tak memudarkan senyumnya barang sedetikpun. Entahlah, ia merasa senang dengan hari ini. Mungkin karena ia akan mengunjungi cafe book, setelah dirasa sekian lama ia tak ke sana. Atau, malah ia senang karena bisa menghabiskan waktu berdua dengan Altair di sana? Sampai di cafe book, Nara langsung mencari meja tempat favoritnya dengan Altair, memesan dua gelas matcha latte seperti biasanya. Nara memilih menyibukkan diri lebih dulu dengan buku yang ia pinjam.

Hampir setengah jam Nara menunggu, Altair belum sama sekali menampakkan batang hidungnya. Nara melirik luar kafe lewat dinding kaca—Altair belum juga muncul. Nara menidurkan kepalanya, hingga beberapa menit setelahnya kesadarannya pun menghilang.

Cukup lama Nara memejamkan mata di suasana heningnya tempat itu. Tepukan di bahunya membuat Nara mengeryit dengan mata masih terpejam. Perlahan, ia membuka matanya. Tersentak kaget kala mendapati Altair yang duduk di hadapannya dengan senyuman lebar. Nara melirik kiri-kanan, lalu tatapannya terhenti saat melihat keberadaan Belinda, cewek itu tersenyum ke arah Nara yang membuat Nara membalasnya.

"Nggak papa, kan, gue ikut?" tanya Belinda.

"Boleh, kan, Nara?" tanya Altair sekali lagi saat Nara hanya diam mematung. Altair menyentuh bahunya, dan tidak ada yang bisa Nara berikan selain jawaban mengangguk. Altair tersenyum, lantas pandangannya tertuju pada dua gelas matcha latte yang masih penuh, tapi sudah dingin. "Ini lo yang pesen?"

Nara ikut melirik, mulutnya membulat melihat minuman itu yang sudah dingin, masih bisa diminum, sih. Tapi rasanya tidak akan senikmat saat masih hangat-hangatnya.

"Gue pesen lagi aja, ya? Sekalian sama Belinda." Altair beranjak untuk kembali memesan minuman. Ingin tahu perasaan Nara? Jujur ia kecewa. Menunggu Altair cukup lama, minuman yang ia pesan tidak jadi diminum Altair, dan ... keberadaan Belinda. Entahlah, Nara tidak berharap keberadaan Belinda, tapi Nara tidak harus memperlihatkan rasa kecewanya, kan?

"Gue baru tahu ada tempat senyaman ini." Belinda bermonolog seraya matanya mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Tidak bisa menampik jika tempat ini sungguh nyaman, sejuk, dengan bau khas buku serta perpaduan asap minuman yang mengudara. Nara hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. "Mungkin gue bisa ikut Altair lagi kalau dia ke sini."

Sudut bibir Nara berkedut ingin tertarik ke bawah, namun Nara menahannya agar tetap tersungging manis. Tak lama, Altair datang dengan nampan berisi tiga cup minuman. Bau matcha latte menguar, refleks Nara memejam mencoba menenangkan hatinya.

"Oh ya, Nara. Lo ada rekomendasi?" tanya Altair membuat Nara langsung mengingat tujuan mereka di sini. Nara mengangkat tas yang sejak tadi ia gantungkan di senderan kursi. Ia mengambil sebuah buku lalu segera ia serahkan pada Altair.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang