Chapter 42

1.6K 69 3
                                    

Turun dari motor Daniel, tanpa sepatah kata Dania langsung masuk ke dalam rumah. Bagaimana ia bisa bersikap biasa saja saat statusnya sekarang terbongkar. Memang hanya lingkup satu kelasnya, tapi Dania yakin besok hari berita itu akan sampai di pendengaran seluruh siswa Cakrawala.

Lain halnya dengan Daniel yang masih duduk di atas motor. Wajahnya sama sekali tak menampakkan raut menyesal. Hal ini juga yang memicu Dania semakin kesal padanya.

Setelah memastikan Dania masuk ke dalam, Daniel turun dari motor dan menyusul. Samar-samar terdengar pembicaraan dari arah dapur. Daniel tersenyum seraya melangkah ke sana, bukan untuk mengakui kesalahannya, tapi untuk semakin membuat kesal Dania.

Di ambang pintu dapur, langkah Daniel malah berhenti. Ia menatap lekat pada seorang gadis yang tengah duduk di samping ibunya, posisi duduk gadis itu membelakanginya.

Dania melirik Daniel, lantas membuang mukanya.
"Tuh, anak Bunda!" ucap Dania ketus.

Rita langsung menoleh ke samping, sedangkan Nara membalikkan posisinya hingga sekarang bisa melihat keberadaan Daniel.

"Daniel, bener yang dibilang sama adik kamu?" tanya Rita, tapi sepertinya tidak mendapatkan respon sama sekali dari Daniel.

"Lo ngapain ke sini?" Daniel malah balik bertanya pada Nara.

Dania mengeram kesal melihat kelakuan kakaknya.

"Ih, pinter banget ganti topiknya!"

"Ck, diem dulu, Dek." Dania melipat dahi begitu dalam, tidak seperti biasanya Daniel seperti ini.

"Papa kamu yang bawa ke sini. Nara tinggal sendiri, kan? Jadi Papa inisiatif biar Nara sementara tinggal di sini. Kasian tiga hari ke depan dia sendirian karena diskors. Dan itu karena ulah kamu."

"Eh," respon Nara terkejut dengan rencana Rita itu. Sebelumnya, tidak ada pembicaraan tentang hal ini.

"Diskors? Karena Kak Daniel?" Dania melirik Daniel yang sudah mengambil duduk di samping Nara. "Emangnya Kak Daniel ngapain?"

"Hush, hush ... anak kecil nggak boleh tau!" ucap Daniel memperingatkan.

Rita menggeleng pelan. Menurutnya memang bukan waktunya Dania tahu apa yang dilakukan kakaknya ini.

"Mending kamu sekarang ganti baju, ajak Kak Nara sekalian, ya? Pinjemin dia baju," pinta Rita yang dibalas gumaman oleh Dania.

Daniel mengode Nara untuk mengikuti Dania lewat dagunya. Dengan ragu, Nara menurut dan mengikuti Dania.

Dania melempar tasnya asal, membuang sepatu, lalu membuka lemari dengan kasar. Nara tidak ingin ikut campur, ia hanya duduk diam di sisi kasur warna ungu Dania.

"Ih, keselll!" racau Dania seraya menjambak rambutnya sendiri.

Awalnya Nara diam saja, tapi lama-lama ia tidak tega melihat Dania menyakiti dirinya sendiri. Sedikit tak menyangka kalau efek yang diperbuat Daniel bisa sampai seperti ini.

Ah, seharusnya Nara tak heran, mengingat apa yang Daniel lakukan padanya juga membuatnya sefrustasi seperti saat ini.

"Dan, udah," pinta Nara mencoba menenangkan gadis itu. Dania akhirnya diam, tapi wajahnya masih kaku. "Apa yang kamu takuti?"

"Kak Nara tau, kan, gimana sikapnya Kak Daniel? Nggak ada orang yang nggak akan dendam sama dia! Dan setelah tau kalau aku adiknya, aku yakin kalau aku yang bakal jadi pelampiasan dendam mereka!" jelas Dania. Baiklah, sekarang Nara mengerti ketakutan Dania. Lalu, bukankah posisinya sendiri juga membahayakan?

"Aku mau jadi diri aku sendiri, Kak! Aku nggak siap kalau dibenci, atau malah ditakuti sama mereka!" lanjut Dania.

Nara tak berbicara, tapi tangannya bergerak mengelus punggung Dania menenangkan.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang