Nara memandang heran saat melihat Trisha tengah berdiri di teras rumah menyambut kedatangannya dengan sebuah senyum dan paperpag berlogo makanan di tangannya. Sekilas, Nara memandang Daniel yang akhir-akhir ini selalu mengantarkannya pulang. Ia kemudian berjalan menghampiri Trisha.
"Bu Trisha, udah lama di sini?"
"Saya baru datang kok," jawab Trisha yang dibalas anggukan Nara. "Saya bawa banyak makanan. Ajak pacar kamu sekalian, Nara."
Nara melirik ke arah Daniel yang sudah siap melajukan motornya. Namun, urung dan memilih membuka kaca helm saat Nara memanggilnya. Daniel menaikkan sebelah alisnya yang langsung diberi kode Nara untuk mendekat. Usai memarkirkan motor, akhirnya Daniel masuk menyusul Trisha dan Nara yang sudah berada di ruang tamu kontrakan gadis itu.
Nara izin mengganti baju dan menyiapkan makanan yang dibawa Trisha. Di ruang tamu kecil itu, dua orang berbeda usai itu saling melirik. Antara ingin membuka obrolan namun seperti ada sesuatu yang mengganjal.
"Nak Daniel?"
"Ah, ya?" Daniel gelagapan, ia mendongak sepenuhnya pada Trisha yang tersenyum.
"Sudah lama pacaran sama Nara?"
"Lumayan," jawab Daniel lalu tersenyum tipis.
Setelah itu tidak ada pembicaraan, seolah obrolan barusan hanya sebatas formalitas dua orang saling kenal yang berada di satu ruangan. Daniel menatap Trisha dengan pandangan menyelidik, sedangkan Trisha memandang setiap sisi rumah Nara dengan pandangan sayunya. Tak lama, Nara datang membawa alat makan, lalu mereka bertigapun makan dengan tenang.
Sekitar tiga puluh menit, acara makan itu usai. Trisha menahan Nara yang akan membereskan makanan, katanya berbincang-bincang dulu sambil menunggu perut nyaman, jangan langsung dibuat gerak. Nara menurut, tiga orang itu bergabung dengan keheningan saling menyelimuti. Bingung sendiri ingin membuka topik apa.
"Tinggal di sini nyaman, Nara?" tanya Trisha kembali melirik isi rumah Nara yang bisa dijangkau oleh kedua matanya. Nara mengangguk dengan semangat, membuat Trisha tersenyum lega.
"Terimakasih atas tempat tinggalnya," ucap Nara.
"Ya ... tapi saya merasa ini belum cukup," jawab Trisha agak memelan. Daniel mengeryit ketika mendengar perubahan nada dalam ucapan Trisha, sedangkan Nara menggeleng.
"Ini sudah lebih dari cukup, kok, Bu." Keduanya hanyut dalam obrolan yang menyenangkan. Sesekali Trisha bertanya dan meminta pendapat Daniel yang dijawab cowok itu apa adanya. Jika ada hal yang dirasa lucu, keduanya tertawa bersama. Dan dari sinilah Daniel menebak sesuatu.
Nara pamit ke dapur membawa alat makan kotor dan sisa makanan. Di ruang tamu, tersisa Trisha dan Daniel, lagi. Daniel memperhatikan Trisha lamat-lamat, lalu menyeringai.
"Bu Trisha bahagia?" Trisha melirik Daniel, lalu tersenyum tipis.
"Tidak ada alasan untuk saya tidak bahagia, Daniel."
"Entah Bu Trisha percaya atau tidak, tapi Bunda saya adalah penggemar berat Anda," ucap Daniel tersenyum tipis. Trisha tampak mengerutkan kening, lalu tersenyum dan tertawa.
"Benarkah? Saya kira saya sudah tidak memiliki penggemar. Kalau begitu saya titip salam, kapan-kapan ajak kita bertemu," jawab Trisha.
"Tentu saja, Bunda saya salah satu orang yang menyangkal skandal itu."
"Ah masalah itu, sudah lama, mungkin saat kamu masih kecil. Dan ternyata kamu tahu." Trisha tersenyum miris mengingatnya. Jujur ia tidak ingin mengungkit masalah yang telah membuat harga dirinya hancur, tapi tidak ada yang bisa membungkam jejak skandalnya dulu. "Media pada saat itu jahat sekali. Saya baru saja kehilangan suami dan anak saya. Saya juga sedang dalam pencarian raga anak saya yang tidak ada. Tapi harus terhenti dan saya lari ke luar negeri untuk meghindari rumor murahan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
Novela Juvenil"Sekali lo berurusan sama Daniel. Kecil kemungkinan lo buat lepas dari dia. Karena Daniel, bukan orang yang mudah lepasin lawannya." Daniel Aska Sagara, sudah bukan rahasia umum lagi jika orang-orang menyebutnya sebagai cowok yang tidak memiliki ha...