Chapter 17

2.3K 104 3
                                    

Halo, apa kabarrr?

Update pertama di bulan September
Bulan kelahiran, tapi udah kelewat tanggalnya wkwk😺

Lagi sibuk tugas, mana ada acara tambahan, nangis banget😭

Aku udah bikin di sela waktu nih, boleh minta vote dan komen dukungan buat apresiasi nggak?🤪

Ya pastilah.

So, gausah banyak note capcus baca!

***

Suasana pagi disebuah kelas tampak ramai dengan lengkingan suara dari dua orang di dalamnya. Mereka menjadi pusat perhatian teman sekelas, juga dari beberapa anak yang tidak sengaja lewat. Diantara mereka yang tak mengerti akan masalah hanya bisa diam seraya menerka, kekacauan apalagi ini setelah tadi koridor juga sempat ramai karena ada yang membuat masalah dengan Daniel.

"Kemarin lusa, gue udah bilang kerjain tugas gue! Kuping lo budek?" ujar cewek berambut sebahu dengan rambut sisi kiri dijepit dibelakang telinga.
Sungguh cantik dan terkesan feminim. Tetapi, hal itu berbanding terbalik dengan sifatnya yang keras dan suka memerintah orang seenak jidatnya. "Lo berani ngelawan perintah gue?"

Lawannya yang hanya duduk tenang di hadapannya itu seketika melengos. Ia pikir siapa dirinya yang bisa menyuruh-nyuruh orang semaunya?

"Kuping lo budek, apa lo bisu?" tanya cewek itu lagi yang diketahui bernama Marisa.

"Lo nggak punya tangan, apa lo nggak punya otak?" Cewek itu balik bertanya, tak luput dengan kalimat yang tidak kalah tajamnya. Ayolah, jika dia berani berkata tajam, apa salahnya menjawab dengan perkataan yang lebih tajam?

"Lo ... berani sama gue?" desis Marisa.

"Makanan lo masih nasi, kan? Kalau udah ganti manusia, kabari. Biar gue bisa takut." Tepat setelah mengatakan itu, ia berniat berlalu pergi. Namun, lengannya lebih dulu dicekal.

"Guys, ambil buku matematika dia, cepet!" Dua orang cewek yang sejak tadi berdiri di belakangnya langsung maju menggeledah tas, lalu menyerahkannya pada Marisa saat telah menemukan buku itu.

"Lo mau apa?" desisnya sambil berontak meminta lepas. Marisa memerintahkan dua orang temannya untuk memegangi tangan cewek dihadapannya, begitu apa yang ia perintahkan sudah dilakukan, ia memberi senyum lebar. "Lo mau apain buku gue?"

"Kalau gue nggak ngerjain, berarti lo juga nggak!" Bersamaan dengan berakhirnya ucapan Marisa, buku itu langsung koyak karena Marisa menyobeknya dengan rasa kesal. Cewek itu hanya bisa menatap nanar tugas yang semalaman ia kerjakan, lantas melirik kesal pada Marisa yang tersenyum manis. "Impas!"

Keadaan kelas tampak ricuh, semua yang melihat kejadian itu dari luar kelas tampak berlarian, juga dengan teman sekelas yang langsung berlari ke bangku masing-masing. Ternyata guru matematika yang mengisi di jam pertama sudah datang. Marisa dengan gerakan cepat memungut sobekan kertas yang bisa jadi barang bukti itu lalu segera duduk di bangkunya.

"Selamat pagi!" Semua serentak menjawab, membuat wanita yang masih cantik tampak menyunggingkan senyum. "Agenda pagi ini, kita akan membahas soal yang sudah kalian kerjakan di pertemuan sebelumnya. Kalau begitu, maju satu-persatu menumpuk tugas sekaligus mengisi presensi."

Satu-persatu dari mereka maju menumpuk tugas lalu kembali ke meja masing-masing. Kecuali dua orang gadis yang tengah diam. Namun, diam keduanya berbeda. Jika satu diam dengan tenang, maka satunya diam dengan perasaan campur aduk.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang