Chapter 12

3.1K 165 8
                                    

Hallo

Masih ada kehidupan disini👀

Huwa kangen banget update
tapi masih kurang buat post😭

Eh, mengsedih chap 11 votenya lebih dikit dari chap 10🙃

Makin bosenin ya?

But, semoga part ini lebih baik ya ...

Aku nulisnya 3,3+K😂

Sebelum itu, klik vote dan komen disetiap paragraf yang menurut kalian bagus.
Oke sip?

Happy reading!!!

***

Sebuah tanah lapangan di alam bebas itu terlihat ramai dengan ratusan orang yang tengah berkumpul untuk melaksanakan camping yang memang setahun sekali rutin dilaksanakan untuk kelas 12 sebagai acara kenang-kenangan jika mereka lulus nanti.

Setelah perjalanan menuju tempat tujuan yang menghabiskan waktu hampir tiga jam, saat ini mereka dikumpulkan di lapangan untuk membahas kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan selama kemah ini berlangsung.

"Untuk hari ini, kalian hanya mendirikan tenda. Bisa diisi dua sampai lima orang. Dan yang paling penting, lelaki dan perempuan tidak boleh satu tenda!" Penjelasan yang diakhiri nada peringatan tegas itu langsung membuat sebagian besar siswa-siswi mengangguk mengerti, sisanya yang tidak terlalu memperhatikan hanya memutar pandangannya mengamati suasana alam tempat kemah.

"Maka dari itu, anak lelaki tendanya ada di sebelah utara lapangan, dan perempuan di selatan lapangan. Mengerti?" Kali ini bu Novi yang terkenal sebagai guru bimbingan konseling kelas 12 paling galak itu ikut menambahi. Tatapan garangnya mengedar, seolah memberi ancaman bagi siapapun yang nanti akan melanggar. "Acara inti akan dimulai besok pagi pukul tujuh, saya harap kalian mempersiapkan dengan baik!"

Setelah beberapa hal dijelaskan dan dirasa cukup mengerti, semua siswa dibubarkan untuk membangun tenda mereka masing-masing. Tepat saat itu, Safira langsung menarik tangan Nara membuat sang empu tersentak kaget. Pasalnya, Safira menarik saat Nara melamunkan penjelasan bu Novi tadi.

"Ayo, Ra! Biar kita bisa langsung rebahan." Safira terlihat semangat mulai membangun tenda. Nara menarik nafas sejenak, sebelum setelahnya mendekat dan mulai membantu Safira. "Pokoknya nanti, kita foto sebanyak mungkin, ya, Ra?"

Nara hanya membalas dengan anggukan. Bukan karena terlalu malas menanggapi celotehan Safira, tapi Nara lebih memilih menurut saja pada keinginan Safira. Menit berikutnya saat mereka sibuk mendirikan tenda, seseorang datang. Hal itu, membuat keduanya bersamaan menoleh kearah sosok yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Sebuah kerutan tercetak begitu jelas di dahi Safira. "Dia siapa, Ra?" bisik nya pelan.

Nara menoleh sekilas kearah Safira, lantas kembali menatap perempuan yang berdiri di hadapannya dengan sebuah senyuman tipis. "Kamu---"

"Belinda," selanya dengan senyum tipis. Iya, gadis itu adalah Belinda. Mereka memang beberapa kali bertemu, namun tak pernah terlibat percakapan panjang satu sama lain. Bahkan Belinda rasa, cewek di hadapannya ini belum tahu namanya. Berbeda dengan dirinya yang telah mengetahui lewat Altair.

Nara terlihat mengangguk ragu, namun tak mengurangi seulas senyum yang terus ia berikan pada Belinda. "Ada perlu apa?"

Belinda terlihat sulit mengatakan sesuatu. Cewek itu tampak menghela nafas sejenak, sebelum setelahnya tatapan dari matanya berubah penuh harap. "Apa aku boleh satu tenda sama kalian?"

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang