"Na?" Panggil mas Zahid saat aku tertangkap basah lagi tidak mendengarkan ucapannya.
Ya, sekarang beliau resmi tunangan ku & mulai hari itu juga aku dipaksa oleh para tetua disana untuk mengubah panggilan ku ke bang Zahid. Saat ini kami baru saja pulang dari kantor mas Zahid seusai melakukan pengajuan nikah.
"Kenapa mas? Maaf aku lagi kepikiran materi buat meeting besok."
Mas Zahid menghela nafas pekan sebelum mengulang pertanyaannya lagi, "Mau makan dimana?"
Aku memutar otak ku untuk mencari alasan apa yang bisa ku berikan ke mas Zahid tentang ketidakinginan ku untuk makan saat ini.
"Ehm, aku lagi diet mas. Kalau kamu mau makan, aku temenin aja.""Ngapain diet sih? Badan kamu udah terlampau kurus gini. Kerumah saya aja biar mami yang masakin, kalau makan diluar pasti kamu nggak bakal makan juga." Ucapnya yang membuat ku kesal dan membuang pandangan ku keluar.
Setelah terjebak dalam macet & keterdiaman selama 40 menit, akhirnya kami sampai juga dirumah mas Zahid yang langsung disambut kehebohan teman-teman Ara yang terlihat sibuk kerja kelompok di gazebo depan rumah.
"OMAYGAT KARENINA AYUDIA MEN! ASTAGA MIMPI APA GUE SEMALEM, GUYS?!" Teriak seorang laki-laki yang mengagetkan aku yang baru kelyar dari mobil mas Zahid. Aku yang kaget hanya bisa membalas ucapan heboh itu dengan senyuman dan lambaian tangan pelan kepada segerombolan anak muda tersebut.
"Astaga astaga, gue mau foto fix!"
"Ya tuhan untung aja kita jadi kerkel disini, bayangin dah kalo dirumah Jainul pasti ketemunya sama topeng monyet mulu."
Aku menghampiri gazebo tersebut sambil menenteng dua dus donat, berniat untuk memberikan pada Ara dan teman-temannya.
"Mau kemana?""Mau kasih ini ke temen-temennya Ara, mas kan tau aku lagi diet. Nih bawain tas aku kedalem ntar aku nyusul." Jawab ku sambil memberikan tas ku pada mas Zahid dan berlalu meninggalkannya.
"Hai, temen kuliahnya Ara ya? Kenalin aku Karen, kakaknya Ara." Ucap ku bersemangat melihat segerombolan anak muda yang terlihat bengong semua.
"Ini temen-temen kamu, okay kan ra?" Tanya ku saat tak jua mendapat jawaban dari teman-teman Ara.
"Hahaha biarin aja kak, pada kaget liat kakak mereka nih. Heh!" Kaget Ara pada teman-temannya yang langsung tersadar dari bengongan mereka semua.
"Eh, hehehehe. Maaf kak, habis masih nggak percaya bisa ketemu kakak disini." Jawab salah satu teman Ara.
Aku tersenyum saat mendengar ucapan tersebut, "Sering-sering main kesini aja, ntar bakal ketemu aku terus. Nih donat, dimakan ya semua. Kakak masuk dulu ya, ra. Mari semua." Ucap ku sambil berlalu menuju kedalam rumah.
"Hah, anjir gue belum minta foto ra!" Ucap teman Ara yang masih bisa ku dengar saat aku berjalan menjauh.
Suara riuh masih terdengar saat aku masuk kedalam rumah yang penuh dengan wangi rempah-rempah. Saat berbelok ke dapur, aku melihat mami yang terlihat sibuk masak bersama para asisten rumah tangganya.
"Mi?" Panggil ku saat mami tak juga sadar ada aku yang sudah memperhatikan kegiatan mami sejak 10 menit yang lalu.
"Eh menantu cantik mami, gimana tadi pengajuannya nak?" Tanya mami sembari menghampiri ku.
"Alhamdulillah lancar mi, aku bantu apa nih?"
"Ah gausah, udah biar dilanjutin yang lain aja. Ke teras belakang yuk temenin mami ngeteh. Bentar ya mami mau ke kamar dulu mau ambil handphone, takut papi telpon." Ucap mami yang ku balas anggukan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
RandomKarenina Ayudia, perempuan ceria nan rupawan yang merasakan jatuh cinta pandangan pertama pada Muhammad Laksamana Zahid yang merupakan anak teman ayahnya. Namun membuat hati Zahid luluh merupakan hal tersulit bagi Nana, bahkan mengalahkan soal ujian...