Nana POV
Ku hembuskan nafas ku perlahan sesuai instruksi dari instruktur yoga ku.
"Oke, hari ini cukup sampai disini ya mom. Jangan lupa minggu depan ajak si ayah untuk ikut kelas kita, ya."
Kami semua mengangguk paham & mulai berdiri satu persatu untuk meninggalkan ruangan ini.
Saat ini usia kehamilan ku sudah memasuki usia 34 minggu dan membutuhkan seseorang untuk membantu ku untuk berdiri dari posisi duduk ku sekarang. Karena aku mengandung anak kembar, tentunya ukuran perut ku sudah seperti orang yang hamil di trimeser akhir. Sangat besar, hingga membuat ku sering kali kesusahan melakukan aktifitas sehari-hari.
Karena itu lah semua anggota keluarga dengan kompak mempekerjakan seorang bodyguard wanita yang mengikuti ku kemana pun aku pergi.
"Nanti mampir ke restoran seafood dekat kantor bapak ya, sal. Saya ada janji mau makan siang bareng." Ucap ku pada Salma, yang sudah menjadi bodyguard ku 3 bulan belakangan ini.
"Iya bu, tadi bapak sudah memberitahu Aryo." jawabnya sembari menuntun ku berjalan karena aku menolak untuk menggunakan kursi roda.
Ya aku paham sih ini cucu pertama untuk kedua keluarga. Tapi perhatian yang mereka berikan amat sangat berlebihan hingga kadang membuat ku pusing sekaligus malu.
Awalnya aku tak setuju jika harus di intilin bodyguard kemana-mana, apalagi saat itu hingga 4 orang yang selalu mengikuti. Setelah perdebatan yang cukup menguras emosi, akhirnya tinggal Salma yang selalu berada di sisi ku & Aryo yang merangkap sebagai supir.
Untuk penggunaan kursi roda, merupakan ide nyeleneh bang Mada yag katanya selalu kasihan melihat ku berjalan 3 langkah saja sudah engap. Entah kenapa semua orang juga berpikir hal yang sama & akhirnya aku kemana-mana harus menggunakan kursi roda.
Aku menghela nafas pelan melihat kaki ku yang saat ini terlihat bengkak. Berat badan ku naik drastis yang membuat ku sempat tak percaya diri untuk bertemu orang-orang. Berat badan ku yang awalnya 45 kg, kini naik drastis ke angka 85 kg.
Aku selalu di ingatkan oleh orang-orang disekitar ku bahwa kenaikan berat badan sangat wajar dialami oleh ibu hamil, terlebih aku sedang mengandung kembar. Memang nafsu makan ku sangat gila, hingga membuat ku heran sendiri.
"Pengen donat." ujar ku pelan yang ternyata didengar oleh dua orang di kursi depan.
"Mau mampir ke toko donat dulu, bu?" tanya Salma yang membuat ku berpikir sebentar.
"Mmm tapi toko donat yang saya mau pasti jam segini ngantri banget, terus arahnya berlawanan sama restoran tujuan kita." jawab ku cemberut karena tak bisa segera memakan donat tersebut, karena toko donat tersebut tidak menyediakan delivery via ojek online.
"Mungkin saya antar dulu ibu ke restoran, kemudian saya akan ke runah produksi donat tersebut bu." Ujar Aryo yang membuat ku bersemangat.
"Tapi pasti lama soalnya harus antri dulu, huft."
"Saya sudah hubungi pemilik usaha tersebut, bu. Donat pesanan ibu bisa langsung diambil. 2 donat kacang, 2 donat meses coklat, 4 donat gula, dan 2 donat oreo."
Aku menganga mendapati kegesitan Salma dalam menuruti semua keinginan ku, "Tunggu, sejak kapan kamu punya nomor owner donat itu?"
"Sejak ibu membeli produk mereka untuk yang kedua kalinya. Saya juga menyimpan nomor-nomor pemilik usaha makanan yang selalu ibu beli, agar tidak terlalu lama untuk sampai ke tangan ibu."
"Astaga sepertinya habis ini saya harus naikin gaji kalian berdua, nanti deh saya bilang sama bapak."
"Tidak perlu, bu. Gaji kami saat ini sudah sangat lebih dari cukup, kami tidak ingin membebani."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
RandomKarenina Ayudia, perempuan ceria nan rupawan yang merasakan jatuh cinta pandangan pertama pada Muhammad Laksamana Zahid yang merupakan anak teman ayahnya. Namun membuat hati Zahid luluh merupakan hal tersulit bagi Nana, bahkan mengalahkan soal ujian...