32

11.5K 821 5
                                    

Aku memandang heran perilaku bang Mada yang membuat ku merinding geli. Ya walaupun ia selalu menggelikan, namun apa yang kini ia tunjukkan didepan ku semakin membuat kadar kegelian ku padanya semakin meningkat.

Setiap 6 bulan sekali agensi ku membuka perekrutan talent baru. Kebetulan bulan ini kota Malang terpilih sebagai kota berikutnya, sehingga sudah sejak 2 hari yang lalu aku berada di kota ini. Biasanya aku hanya datang pagi & pulang pada malam harinya, namun kini aku terjebak di kota ini akibat ulah makhluk didepan ku ini.

"Ih ayo ke Jakarta beb ketemu keluarga mas, mas bayarin kok tiketnya." Ucap bang Mada untuk keseribu kalinya i guess.

"Maaf mas, aku nggak berani. Lagian kita nggak ada hubungan apa-ap-"

Brak!!
Aku terlonjak kaget saat sedang menyeruput teh ku mendengar hentakan pada meja kami, "Jadi selama ini kamu anggep mas apa?!"

Aku melirik keduanya pelan sambil memainkan ponsel ku saat merasakan suasana di meja kami saat ini cukup serius. Bang Mada memandang gadis didepan ku serius & gadis tersebut hanya terdiam.

Nana
Serem banget mas kembaran kamu:(
Jemput aku bisa ga?

Zahid
Kamu diapain Mada?!

Nana
Nggak diapa-apain sih, tapi bang Mada lagi debat sama bebeb nyaaa

Zahid
Udah nggak usah ikut campur

Aku mengabaikan pesan terakhir mas Zahid & kembali mengamati dua insan didepan ku yang masih sama-sama terdiam sambil memandang satu sama lain. Aku menatap jengah mereka berdua & pamit kembali ke hotel duluan agar mereka bisa mengobrol lebih private tanpa ada aku sebagai orang ketiga.

Aku cukup speechless saat mengetahui usaha bang Mada mendekati gadis ini. Biasanya tidak sampai seminggu bang Mada sudah mendapatkan mangsanya, namun sudah hampir setahun ia masih belum mendapatkan kejelasan akan hububgannya dengan gadis tadi. Bahkan dibandingkan dengan mantan-mantan bang Mada, gadis tadi sangat amat jauh baik soal penampilan maupun latar belakang.

Awalnya kami menentang hubungan bang Mada kali ini, karena faktor umur yang sangat jauh membuat mami Kia khawatir bahwa bang Mada hanya main-main saja & tidak jadi menikah untuk kesekian kalinya. Namun bang Mada tetap kekeh mempertahankan hubungan tidak jelasnya ini & membuat mami memberikan kesempatan, makanya bang Mada mengajak gadis tadi untuk bertemu mami.

Setelah sampai dikamar ku, aku segera mandi & menonton drama Korea yang tengah ku ikuti. Ditengah asyiknya menonton drama, telepon ku berdering menampilkan panggilan video dari mas Zahid. Aku menghentikan tontonan ku dan mengangkat panggilan video tersebut.

"Hai mas, udah dirumah?" Sapa ku saat pertama kali mengangkat panggilan video tersebut.

"Baru kelar mandi. Kamu masih lama disana, na? Mas kangen peluk-peluk kamu waktu tidur."

"Aku juga, tapi aku masih jadi tawanan bang Mada. Bilangin dong ke kembaran kamu buat lepasin aku mas, capek banget disini cuma jadi nyamuk doang." Adu ku sambil cemberut mengingat pernyamukan tadi.

"Nanti mas bilangin anaknya, udah langsung pulang aja nggak usah mikrin dia."

"Ih ntar bang Mada berbuat yang nggak-nggak ke Kalla, mas! Besok deh aku coba bujuk Kalla biar mau ikut kita balik ke Jakarta biar cepet kelar ni perkara." Gerutu ku yang disambut tawa pelan mas Zahid.

"Tolong dibantu ya, sayang. Kasian tu anak udah tua masih aja ngejar anak orang nggak digubris-gubris." Aku mendengus kesal sedangkan mas Zahid semakin tertawa kencang.

"Lagian kayak nggak ada yang lain aja sih! Buntung bener Kalla dapet om-om."

"Udah buruan istirahat ya, sayang. Ntar kalo udah nyampe Jakarta mas beliin tas idaman kamu itu deh." Iming-iming tas keluaran terbaru salah satu designer ternama dunia favorit ku seketika mengubah mood ku.

"Beneran? Mas tau kan kita lagi nabung buat furniture rumah." Ucap ku sok menolak padahal wajah ku terlihat sangat mupeng.

"Iya sayang, masalah furniture dananya udah mas bedain. Makanya dibantu dulu ya ipar nya."

Aku mengangguk bersemangat sambil tersenyum lebar menanggapi permintaan mas Zahid.

~~
"Ya udah aku tutup ya mas, ngantuk banget nih." Ucap Nana sembari menguap untuk kesekian kalinya.

Aku melirik jam & menunjukkan sudah pukul 11. Pantas saja Nana udah ngantuk, Nana selalu tidur dibawah pukul 10 karna ia tidak mau kulitnya keriput dengan cepat karna begadang.

"Yaudah. Night sayang, jangan lupa baca doa ya sebelum tidur, love u."

"Hmm, love u too mas."  Dan panggilan seketika diputuskan oleh Nana. Aku membalas beberapa pesan yang masuk ke handphone ku & merasakan perut ku yang berdemo ingin diisi.

Saat keluar kamar, tidak ada penerangan yang menyala. Hanya lampu dari luar yang sedikit masuk & menerangi sebagian sudut rumah. Aku turun menuju dapur berniat untuk membuat mie instan.

"Laper bang?" Tanya mami yang membuat ku menghentikan kegiatan ku mencari mie favorit ku, indomie kari ayam.

"Iya mi, tadi pas pulang langsung videocall sama Nana nggak sempet juga makan dikantor."

"Jangan makan mie ah. Itu dikulkas ada dendeng balado sama rendang dibawain Rei tadi siang, mami panasin ya."

Aku terdiam mendengar nama laki-laki itu disebut lagi. Entah kenapa aku masih sedikit risih saat orang tersebut datang kerumah, aku takut ia mendekati Ara hanyalah sebuah modus untuk merebut Nana.

"Si Rei itu, sering kesini?"

Mami mengernyitkan keningnya heran sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kulkas, "Lumayan, minggu lalu habis main golf sama papi. Tadi kesini nganterin Ara sekalian ngasih oleh-oleh soalnya dia habis dinas ke Padang."

Aku mengepalkan tangan ku mendengar penjelasan mami, tak ku sangka hubungan pria tersebut sudah bisa dikatakan dekat dengan keluarga ku. Bahkan ia bisa main golf bersama papi yang mana biasanya papi tidak mau bermain bersama orang asing.

"Tiap dia kesini, dia ngobrol nggak sama Nana mi? Nyariin Nana terus nggak? Mami nggak biarin mereka berdua ngobrol empat mata aja kan? Ada gelagat aneh ngg-"

"Abang! Apaan sih nanyannya kayak lagi ngintrogasi maling aja. Kamu nggak usah khawatir bang, si Rei bucin banget ke adek mu."

Suara microwave yang berdenting menandakan makanan yang ada didalamnya sudah selesai dihangatkan. Aku cemberut mendengar omongan mami yang sangat tidak menyadari kegelisahan ku.

"Bang, jangan sampe kamu begini ya ke Nana. Kamu sama aja nggak percaya ke istri kamu dan itu pasti bakal buat Nana sakit hati. Kalau kamu ngerasa nggak tenang karna fakta antara Rei & Nana, cukup ke mami aja ya ngomongnya. Buruan dimakan ya terus langsung istirahat." Ucap mami sembari mengusap lengan ku sembari menghidangkan makanan tadi dan berlalu naik keatas.

Seketika nafsu makan ku hilang dan menatap kosong rendang serta dendeng balado yang terlihat menggugah selera itu. Karna masih menghargai mami, maka aku mengambil sedikit makanan tersebut & kembali menyimpannya kedalam kulkas. Setelah membereskan bekas makan, aku bergegas naik keatas dan segera mengistirahatkan tubuh serta pikiran ku.

~~~
Maafkan kalau ada typo!
-R


SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang