Fini

7.1K 442 8
                                    

Nana POV

"Jadi kak Abra beneran polisi, mah?" tanya Anin kesekian kalinya yang membuat ku memutar bola mata malas.

"Iya kak. Mamah harus ngulang berapa kali lagi sih biar kamu percaya?"

Anin langsung cemberut mendengar jawaban ku barusan. Tunggu, cemberut? Ada apa diantara anak gadis ku dan lelaki yang ternyata merupakan seorang intel di kesatuan mas Zahid?

"Hadeh boncos dah duit jajan buldep." cicit Anin pelan yang masih dapat ku dengar.

"Apa kak?" tanya ku seolah tak mendengar ucapannya barusan.

"Eh kakak nggak ngomong apa-apa kok mah, mungkin mamah salah denger hehe."

Walaupun dibesarkan di lingkungan dan keluarga yang rata-rata merupakan abdi negara, aku tau bahwa Anin tidak menyukai pria dengan profesi seperti ayahnya. Anin selalu vokal menyuarakan ketidaksukaannya itu ketika selalu digoda oleh bang Mada. 

"Tuh pilih dah tu polisi-polisi yang baru lulus akpol mana yang mau digaet. Cakep-cakep nin, ntar u tinggal minta jodohin aja ama ayah u." seloroh bang Mada saat menghadiri acara ulang tahun mas Zahid di sebuah hotel. 

Anin mendengus mendengar ucapan bang Mada yang seperti kaset rusak, "Udah berapa kali sih dad Anin bilang kalau Anin gamau sama kaum halo dek."

"Yailah gaya bener lau. Pokoknya kalo sampe ntar u jadi ama yang kek ayah u, bakal daddy ketawain paling keras dan kamu harus jemput daddy tiap daddy selesai terbang sebulan penuh."

"Sama harus jajanin Arumi tahu bulat sebulan penuh!" sahut suara gadis disamping kursi Anin.

"Heh anak kecil kayak tau aja masalah orang gede." sungut Anin tak terima.

"Aku udah gede kak Anin, udah 12 tahun bentar lagi masuk SMP!"

"Omg princess daddy udah besar. Jangan cepet-cepet besar dong sayang ntar kita gabisa main monopoli lagi." ujar bang Mada sambil memeluk Arumi erat.

Orang-orang di meja itu hanya menggeleng malas saat mendengar celotehan bang Mada yang kekanak-kanakan. 

"Oke. Jadi kesepakatannya kalo Anin jadian sama yang kayak ayahnya , dia harus jajanin princess daddy tahu bulat  & bakal jadi supir daddy sebulan penuh. Oke? DEAL!"

"Hah deal apaan, belum juga aku iyain." sahut Anin protes tak terima dengan perjanjian sepihak yang dilakukan oleh bang Mada.

Anin terlihat asik bermain lego bersama Mika, sedangkan Aby bagian merusak lego yang telah disusun dan berakhir mendapatkan cubitan maut dari Anin dan tangisan nyaring Mika yang  merasa kesal karena Aby terlalu jahil. 

Semenjak kejadian malam itu, aku dan mas Zahid sepakat untuk lebih memperhatikan ketiga anak ku secara lebih intens. Bahkan kini Anin sering ikut mas Zahid untuk latihan menembak. Hubungan diantara ketiga anak ku juga semakin erat. Mika tak lagi takut untuk bermain bersama Anin ataupun Aby. Bahkan tak jarang baik Aby atau Anin akan bergantian menjemput Mika disekolahnya, membantu mengerjakan pr, hingga tidur bertiga di ruang tengah. 

Abraham Kanu Wicaksono, lelaki berusia 22 tahun yang sudah 3 tahun ini menjadi polisi ternyata dikenal baik oleh mas Zahid. Bukan lulusan Akpol, Abra -sapaan akrabnya- merupakan lulusan bintara yang kebetulan mendapatkan penugasan di kesatuan mas Zahid. Awalnya aku bingung, dari sekian banyak anggotanya kenapa mas Zahid bisa mengenal anak ini hingga mempunyai nomor handphone nya. Ternyata Abra memiliki sebuah barbershop bersama teman-temannya yang cukup ramai, sehingga banyak anggota yang sering berlangganan di barbershop tersebut dan salah satunya adalah mas Zahid. Saat mengetahui bahwa barbershop langganan nya merupakan milik salah satu anggotanya, mas Zahid merasa memiliki privilege untuk tidak usah mengantri lama.

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang