"Makasih ya kak Nana udah mau jadi narasumber buat tugas kuliah aku." ucap Ara malam ini.
"Ih santai aja ra, maaf ya kakak baru bisa wawancara malem-malem begini." ujar ku tak enak saat mengantar Ara kedepan teras rumah ku.
"Ih nggak papah kak! Aku malah lebih berterima kasih karna kakak nyempatin waktu buat jadi narasumber aku, padahal lagi sibuk-sibuknya."
"Hahaha, santai lah. Sering-sering ya main kesini, kalo bisa sama bang Zahid sekalian." ujar ku menyelipkan sebuah modus.
"Astaga, masih aja kak Nana demen sama bang Zahid." ucap Ara sambil geleng-geleng kepala.
"Ya namanya juga cinta pertama, ra." jawab ku tersipu malu.
"Hahahaha, yaudah aku pamit dulu ya kak! Makasih sekali lagi kak, bye." ujar Ara sambil melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah ku.
"Karen." ujar seseorang yang suaranya sangat ku kenal saat aku baru saja akan menutup pintu pagar.
Mampus, hadapin na! Kabur bukan jalan terbaik. ucap ku dalam hati.
"Oh, hai ga. Habis dari rumah ortu lo?" ucap ku mencoba berbasa-basi.
"Nggak, bisa kita bicara sebentar?"
"Oh oke. Bisa ngomong besok aja nggak? Gue capek banget nih habis seharian syuting iklan." ujar ku mencoba mencari celah untuk pergi dari hadapan Zega secepatnya.
Zega terdiam cukup lama sambil memperhatikan ku, "Ga? Gimana, mau?"
"Oke, besok." ujarnya sambil berlalu masuk kedalam mobilnya.
Tapi tunggu, ini kenapa mobilnya Zega nggak jalan-jalan? Jangan bilang dia mau nginep didepan rumah gue?!
Aku bergegas mengunci pagar dan masuk ke dalam rumah, untuk meminta pertolongan. Menghubungi satpam komplek sama aja cari mati, apalagi ortu nya Zega penghuni perumahan ini juga. Mau ngehubungin Ica, tapi doi barusan landing habis ngecek progres kerjaan ku di Labuan b
Bajo kemaren. Nggak mungkin ngehubungin bang Zahid, sampai sekarang aja tiap aku chat selalu diabaikan.Tiba-tiba Ara terlintas dibenak ku, semoga dia belum jauh & mau untuk ku ajak nginep disini. Segera ku hubungi nomor Ara, sialnya tak juga diangkat. Aku kembali mengintip dan menemukan mobil Zega masih ada didepan rumah ku. Sempat terbersit untuk menghubungi ayah, tapi ini sudah terlalu malam & bisa dipastikan ayah akan mengirim segerombolan pasukan ke depan rumah ku. Aku berinisiatif mematikan semua lampu dirumah ini dan memgunci diri ku dikamar sambil terus memegang erat handphone ku.
-
"Lama banget, kamu wawancara apaan jam segini baru pulang?" tanya ku pada Ara yang baru kembali dari rumah Nana."Ya kak Nana nya baru kelar jam segini, masih mending kak Nana mau aku wawancarain semalem ini." ucap Ara sambil memasuki kamarnya.
Aku kembali menikmati pertandingan bola klub kegemaran ku sambil memakan popcorn yang tadi ku buat. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan Ara yang bergegas keluar dari kamar dengan wajah paniknya.
"Oke, kak Nana yang tenang ya. Ini aku mau kesana, ya ampun coba tadi aku nggak silent hp aku. Tetep waspada ya, kak."
"...."
"Ih aku berani kok ke rumah kakak jam segini sendirian, udah ya yang penting kak Nana diem aja dikamar. Aku mau otw ni, haduh dimana ya tadi aku lempar kunci mobil." ujar Ara sambil mengobrak-abrik tasnya dan sofa yang saat ini ku duduki."Kamu mau kemana lagi malem-malem gini?"
"Rumah kak Nana." jawab Ara masih sibuk mencari kunci mobilnya.
"Sekarang? Ini jam setengah satu pagi, ra." ujar ku geram mendengar jawaban Ara.
"Duh, kak Nana udah bantuin aku bang. Sekarang aku yang gantian bantuin dia. Duh mana sih kunci mobilnya tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
RandomKarenina Ayudia, perempuan ceria nan rupawan yang merasakan jatuh cinta pandangan pertama pada Muhammad Laksamana Zahid yang merupakan anak teman ayahnya. Namun membuat hati Zahid luluh merupakan hal tersulit bagi Nana, bahkan mengalahkan soal ujian...