31

12.6K 876 11
                                    

Sudah satu tahun sejak pernikahan ku, namun hingga saat ini aku belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Awalnya aku berpikir bahwa ada yang salah diantara aku & mas Zahid, namun pemeriksaan dokter menyatakan bahwa semua baik-baik saja. Sebenarnya kami menyerahkan semuanya kepada Yang Diatas, namun melihat Icha yang langsung hamil sebulan setelah pernikahannya membuat ku kadang kepikiran.

Baik keluarga ku maupun keluarga mas Zahid pun selalu menekankan bahwa mungkin belum diberikan momongan karena Tuhan masih menginginkan kami untuk saling mengenal lebih jauh lagi.

"Sayang, ntar jangan lupa ingetin bi Ratih buat bikin nasinya agak banyakan ya. Anak-anak kalau makan nasi kuat soalnya." Ucap mas Zahid yang membuyarkan aku yang sedang bengong dimeja rias. Malam ini mas Zahid sengaja mengundang rekan-rekan sejawatnya untuk barbeque dihalaman belakang rumah.

Rumah kami yang masih 80% jadi mengharuskan kami untuk tinggal dirumah keluarga mas Zahid sesuai perintah mami Kia. Aku mengangguk menjawab perintah mas Zahid & ikut turun kebawah untuk mengantar kedepan dan mengecek persiapan barbeque nanti malam. Aku mengernyit heran melihat bang Mada yang tengah telentang ditengah kerumunan orang-orang yang sibuk mengatur tenda untuk nanti malam.

"Ngapain sih bang? Ngalangin orang kerja aja ah, minggir-minggir."

Bang Mada masih tak bergeming dari posisinya dan aku oun mengeluarkan senjata terakhir ku, "Mami!!! Bang Mada gang-"

"Ish iya-iya! Sabar napa." Bang Mada menggerutu sambil membekap mulut ku dengan tangannya. Aku tertawa melihatnya yang kini berjalan menghentakkan kakinya kedalam rumah.

"Maaf bu, ini kita mau belanjanya jam berapa ya?"

"Oh iya bi, bentar ya saya ganti baju dulu."

Aku bergegas mengganti baju ku dan bergegas turun & berpapasan dengan Ara yang terlihat sangat lelah.
"Hai kak, mau kemana?"

"Mau belanja buat ntar malem, ra. Keliatan capek banget, mandi terus langsung istirahat ya. Mau nitip sesuatu nggak?"

"Iya kak abis diperas abis-abisan otak Ara abis ujian gini. Boleh deh kak, nanti aku chat aja ya." Aku mengangguk dan kemudian memanggil bi Ratih untuk pergi ke supermarket.

"Loh na, pak Aman lagi ke bengkel benerin mobil mami sama Ara. Dianter Mada aja ya?" Ucap mami saat melihat ku yang akan pergi.

"Nggak usah deh mi, kasian banget bang Mada jadi supir." Tolak ku halus & mengatakan akan menggunakan taksi online saja.

"Aduh sini biar mami yang ngomong, biar aja jadi supir daripada galau nggak jelas gitu. Tunggu ya, biar mami paksa turun tu anak."

10 menit kemudian terdengar teriakan menggelegar bang Mada & diikuti bang Mada yang menuruni tangga sambil dijewer mami.
"Dah sana buruan berangkat, keburu makin rame jalanan." Perintah mami yang membuat bang Mada menatap ku kesal sembari berlalu menuju mobilnya.

Sepanjang perjalanan bang Mada hanya diam & wajahnya menunjukkan wajah kesal yang sangat kentara sekali.
"Ntar gue kenalin sama model di agensi gue deh, itu kan mau lo?"

"Ih sorry ya, gue udah punya gebetan bos."

Jawaban bang Mada membuat ku kaget karena baru beberapa hari yang lalu dirinya putus dengan penyanyi dangdut yang kontroversial di Negeri ini.
"Yang bener aja lo bang, emang ya buaya enak banget dapet mangsanya."

Untung saja aku membawa bang Mada, karena kini belanjaan ku sudah 3 troli & masing-masing orang membawa 1 buah troli yabg penuh. Kemunculan ku yang secara tiba-tiba dengan seorang lelaki diasumsikan oleh pengunjung di supermarket tersebut sebagai suami yang ku sembunyika selama ini.
"Ih suaminya kakak ganteng gini kok nggak pernah di publish sih kak." Ucap seorang wanita sepantaran Ara yang baru saja meminta foto bersama.

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang