Nama & tempat kejadian adalah fiktif belaka.
————————
"Siti Fatimah Anindita Putri Zana."Suara berat itu menghentikan gadis semampai itu berjinjit pelan. Nampak sang ayah terduduk di sofa didampingi oleh muka tengil kembarannya.
"Hai yah." Sapa si gadis dengan ceria sembari melambaikan tangannya.
"Hai yah?" Ulang suara berat tersebut agak tinggi.
Raut muka sang gadis seketika pias kala lelaki pemilik suara berat tersebut mulai berdiri dari singgasananya.
"Yah aku bisa jelasi-"
"Stop. Ayah gamau dengar penjelasan kamu. Aby, naik keatas & tidur. Kamu tetap disini Siti Fatimah Anindita Putri Zana."
Gadis tersebut a.k.a Anin cemberut ketika sang ayah memanggilnya dengan nama lengkapnya. Itu artinya malam ini akan panjang & akan hukuman yang menantinya esok hari.
Aby, sang adik kembaran beda 5 menit melewatinya sambil menjulurkan lidahnya. Rasanya Anin ingin meraih lidah tersebut & memelintirnya.
"Duduk." Titah sang ayah tanpa bisa dibantah.
Ia lebih baik mendengarkan celotehan ibunya tentang gosip artis terkini seharian daripada harus berurusan dengan sang ayah, yang sialnya kini sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Anin menaruh segala peralatan lukis serta tas-tas yang ia bawa sebelum duduk menghampiri sang ayah. Dalam diam ia tertunduk tak berani menatap sang ayah yang pastinya saay ini sedang intens menatapnya.
"Ayah paling ngga suka kalo lagi ngomong, orang yang diajak bicara ngga mandang ayah."
Mau tak mau Anin mendongakkan kepalanya & menatap sang ayah. Wajah ayahnya yang tegas & datar terlihat makin datar menatap dirinya.
"Coba jabarin ke ayah apa kegiatan kamu hari ini?"
Anin diam-diam menghirup & menghembuskan napasnya pelan mendapat pertanyaan tersebut dari ayahnya. Ia semakin yakin bahwa tak akan mungkin lepas dari hukumannya esok.
"Pulang sekolah jam 4, aku langsung les lukis sampe jam 6. Abis itu les balet dari jam 7 sampe jam 10." Cicitnya pelan.
"Terus sekarang jam berapa Siti Fatimah Anindita Putri Zana?"
"Jam setengah 1."
"Kamu tau letak kesalahan mu dimana?"
"Tau yah, maaf."
Zahid mendengus mendengar kalimat tersebut. Zahid & Nana memang tidak membatasi jam pulang anaknya karena mereka tau, anak-anak mereka memiliki segudang aktivitas. Namun dengan catatan harus tau waktu & bisa menjaga diri.
Walaupun tak tertulis, namun jam malam dirumah ini untuk anak-anak mereka adalah jam 10.30. Jika lebih dari waktu tersebut, sang anak harus meminta ijin dengan alasan yang jelas apa hal yang membuat mereka diluar rumah hingga lebih dari waktu yang disepakati.
Malam ini ketika Zahid baru pulang kerja, ia mendapati sang istri yang sedang cemas bolak-balik sibuk dengan handphone nya sambil ditenangkan oleh anak lelakinya.
"Anin gabisa dihubungin mas. Aku tanya teman-temannya juga gaada yang lagi sama dia. Aku takut Anin kenapa-napa mas."
Zahid melirik jam yang menunjukkan pukul 11.30.
"Masih dijalan mungkin yang."
"Nggak mungkin mas. Tempat les balet Anin cuma 10 menit dari sini. Anin juga gapernah pulang diatas jam 11.00"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
RandomKarenina Ayudia, perempuan ceria nan rupawan yang merasakan jatuh cinta pandangan pertama pada Muhammad Laksamana Zahid yang merupakan anak teman ayahnya. Namun membuat hati Zahid luluh merupakan hal tersulit bagi Nana, bahkan mengalahkan soal ujian...