38

9.3K 609 13
                                    

Zahid POV

Tak terhitung berapa kali aku bolak-balik di depan pintu ruang operasi sembari menggigiti kuku-kuku tangan ku. Nana bersikeras tidak mau ditemani saat proses operasi, setelah saling ngotot akhirnya aku mengalah saat melihat Nana makin kesakitan saat berdebat dengan ku. Aku sengaja mengalah agar Nana segera mendapat tindakan dan tak kesakitan lagi.

"Duduk le, kamu nggak cape daritadi berdiri terus?" tanya bunda yang ku jawab dengan gelengan kepala ku.

Terbesit kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada Nana & anak-anak ku di dalam sana. Bagaimana tidak, saat makan siang Nana masih terlihat baik-baik saja dan anak-anak ku juga ku rasakan sangat aktif di perut ibu mereka. Namun tidak sampai satu jam dari perpisahan kami dari makan siang tersebut, aku mendapatkan kabar bahwa Nana akan melahirkan yang membuat ku terkejut bukan main karena HPL Nana masih lama.

"Bang, mending kamu sekarang shalat dulu sama papi biar tenang." ajak papi ku yang tak ku hiraukan.

"Inget bang, Nana didalam sana butuh doa kita & cuma Allah yang bisa menolong kita."

Aku langsung terdiam mendengar ucapan papi, "Tapi kalau Nana butuh aku gimana, pi?"

"Nanti bakal mami telpon, udah sana kamu shalat dulu bang. Doain yang terbaik buat istri & anak-anak kamu." jawab mami sembari mengelus punggung ku.

Aku mengangguk & memeluk mami sebelum menyusul ayah serta papi ke masjid yang ada di depan rumah sakit ini. Ku panjatkan doa ku hingga tanpa ku sadari air mata ku ikut menetes karna aku tak siap jika harus kehilangan Nana & anak-anak ku.

Getaran handphone di saku celana ku memecah konsentrasi ku dalam berdoa, nama mami terpampang di layar dan membuat ku mengangkat telepon tersebut sesegera mungkin.

"Halo kenapa mi?" Tanya ku buru-buru tanpa mengucapkan salam.

"Operasinya udah selesai bang, kamu nggak mau adzanin si kembar?" aku sedikit bernafas lega mendengar kabar tersebut.

"Nana gimana mi?" tanya ku saat menyadari mami tak ada mengabarkan kondisi istri ku.

"Nana baik-baik aja bang, sekarang lagi nangis-nangis minta maaf ke bunda nya. Cepet kesini ya bang, ini si Mada dah gatel mau gendong si kembar aja haduh cape mami ngeladenin."

"Oke aku kesana mi." aku langsung mematikan panggilan mami tanpa mendengarkan jawaban dari sana. Secepat kilat aku berlari menuju ruang inap Nana tanpa berpamitan pada ayah & papi.

~
Suasana kamar yang awalnya berisik oleh suara isakan tangis Nana serta cekcok antara bunda & Mada seketika lenyap saat Zahid membuka dengan kasar ruang inap sang istri.

Atensi semua krang tertuju pada Zahid yang kemudian disusul rengekan Nana, "Mas."

Zahid berjalan cepat menuju Nana yang kini merentangkan kedua tangan nya meminta pelukan dari sang suami.

"Alhamdulillah semuanya lancar ya sayang." ucap Zahid sembari memeluk istrinya erat diselingi kecupan dipuncak kepala Nana.

"Aku takut banget mas, HPL masih lama tapi aku udah harus lahiran. Aku takut bakal ninggalin kamu sendirian." ucap Nana di iringi isakan tangisnya yang tak kunjung mereda.

"Sstt, kamu nggak bakal kemana-mana sayang. Udahan ya nangisnya, sekarang istirahat dulu yaa." tenang Zahid pada Nana yang sepertinya masih sedikit terpengaruh obat bius sehingga ucapannya sedikit melantur.

Setelah memastikan Nana tenang, kini Zahid diarahkan oleh salah satu perawat unuk bertemu kedua anaknya yang kini sedang ditempatkan di ruang khusus bayi.

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang