13

11.9K 858 7
                                    

"Nih, daftar pelamar yang ngajuin diri sebagai asisten pribadi lo." Ucap Ica sambil menaruh setumpuk berkas pelamar dimeja kerja ku.

Aku sengaja tidak mempekerjakan banyak pegawai, sebab aku sangat selektif dalam memilih karyawan. Jadi walaupun jabatan yang Ica emban adalah manager marketing, aku juga mempercayakan segala sesuatunya tentang perusahaan ini kepada Ica.

"Banyak banget ca, lo pilihin ajalah yang menurut lo bisa kerja ngikutin ritme kerja gue."

"Oke, awas aja sampe lo ngeluh tentang pilihan gue." Jawab Ica sambil membawa berkas tersebut ke sofa yang ada diruangan ku.

Aku dan Ica saling terdiam walaupun kami berada didalam satu ruangan yang sama. Aku fokus pada pekerjaan ku & Ica fokus dalam memilah pelamar yang akan menjadi asisten pribadi ku.

"Ada 3 kandidat kuat nih, ren. Interview nya hari ini aja, kerjaan gue makin numpuk jadi gue gabisa ngurus lo lebih lama." Ica menyerahkan 3 berkas padaku.

"Oke, sebelum makan siang aja ca. Gue bakal milih hari ini juga jadi ntar tu anak baru bisa sekalian gabung dimakan siang kantor ntar." Balas ku yang dijawab anggukan oleh Ica.

Sudah sebulan berlalu semenjak peristiwa bang Bara yang tidak menjemput ku. Malam itu juga ia datang kerumah sambil membawakan Zayn beberapa buku serta kue bolu gulung kesukaan ku.

"Maaf ya sayang, abang lupa kalo jam segitu abang ada rapat sama investor. Udah gitu handphone abang ketinggalan dikantor."

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban dari permintaan maaf bang Bara. Entah kenapa aku tak bisa juga merasa nyaman bersama bang Bara. Aku selalu terbayang bang Zahid. Walaupun aku sempat shock mengetahui fakta saat itu, namun perasaan  ku padanya tak bisa juga hilang.

Bang Bara
Sayang, mau makan siang bareng?

Karenina Ayudia
Maaf bang, aku siang ini ada janji mau makan siang sama anak-anak kantor.
Gimana kalau nanti malam aja?

Bang Bara
Oke, nanti malam sekalian makan malam dirumah abang aja ya.

Aku melengos mendapatkan balasan seperti itu dari bang Bara. Makan malam dirumah dan itu berarti aku akan bertemu adiknya yang menyebalkan itu. Belum sempat aku membalas pesan terakhir bang Bara, Ica tiba-tiba masuk dan mengingatkan ku akan interview siang ini.

Saat membuka ruang rapat, ketiga orang yang sebelumnya duduk spontan berdiri. Interview berjalan kurang lebih 30 menit, tak banyak yang ku tanyakan. Aku tak pernah memberi pertanyaan aneh ketika merekrut seseorang.

Akhirnya setelah melakukan diskusi dengan Ica, aku menjatuhkan pilihan ku kepada wanita mungil berkacamata yang mengenakan jilbab panjang bernama Sari.

"Selamat bergabung di agensi kami, Sari. Dimohon kerjasamanya, ya." Ucap ku sembari menyalami Sari yang terlihat masih gak percaya bahwa dirinya yang diterima.

"Baik, bu. Saya akan bekerja keras dan pastinya tidak akan mengecewakan ibu." Jawab Sari antusias.

"Yuk, anak-anak udah nunggu nih ditaman atas." Aku mengangguk pada Ica dan berjalan terlebih dahulu menuju lift.

Didalam lift, Ica lebih banyak berbicara pada Sari mengenai hal-hal apa saja yang nantinya akan menjadi jobdesk Sari. Saat pintu lift terbuka, aku melihat staff ku yamg berjumlah sekitar 20an orang saling mengobrol sambil mencomot daging yang sudah dipanggang oleh chef yang sengaja aku sewa.

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang