Aku masih sibuk menenangkan Nana yang terlihat terpukul akibat kejadian barusan. Niat ku untuk meminta maaf padanya malah berakhir tidak terduga seperti ini. Aku yakin sudah tersebar berita yang tidak-tidak mengenai kejadian malam ini. Aku tak memedulikam bagaimana keadaan pria brengsek tersebut, kini membuat Nana tenang adalah prioritas ku.
"Kakak!" Panggil seseorang yang ternyata adalah bunda Luna yang datang bersama seseorang yang ku yakini adalah asisten Nana terdahulu.
"Bunda." Nana berdiri & langsung memeluk bundanya dengan erat, sementara wanita disebelah bunda Luna mengusap pelan punggung Nana.
"Kok bunda sama Ica bisa ada disini?" Tanya Nana begitu melepas pelukannya pada bunda Luna.
"Berita udah tersebar dimana-mana ren, tadi aja kita mau masuk kesini mesti pake bantuan security. Lo okay?"
"Im okay, tapi nggak tau bang Bara."
Aku mengepalkan tangan ku saat mendengar Nana masih saja mengkhawatirkan pria brengsek tersebut.
"Loh, bang Zahid?! Kok bisa ada disini?" Kaget bunda Luna saat baru menyadari aku yang sejak tadi ada dibelakang Nana.
"Ceritanya panjang bunda. Lebih baik sekarang bawa Nana lulang aja dulu bund, sepertinya Nana kelelahan."
"Ohiya, Sari gimana?" Tanya wanita bernama Ica tersebut yang dibalas gelengan pelan Nana.
"Yaudah, bunda pulang aja dulu sama Nana. Sari biar aku yang urus disini."
"Tapi gimana caranya kita keluar bawa Nana dengan aman, ca? Didepan tadi aja wartawannya banyak banget." Bingung bunda Luna dengan wajah paniknya.
Tiba-tiba wanita bernama Ica itu memandang ku lekat, aku menaikkan sebelah alis ku bingung saat bertatapan dengannya.
"Bapak pasti punya banyak anggota kan? Saya tau ini menyalahi aturan, bisa saya meminta permintaan untuk melindungi Nana? Urusan biaya akan saya selesaikan besok."
Bunda Luna memandangku penuh harap, "Gimana bang? Bisa nggak?"
"Bisa bund, sebentar saya telpon anggota saya dulu." Ujar ku sambil menjauh dari ketiga orang tersebut.
Pertama aku menghubungi Zion untuk memintanya menerjunkan puluhan anggota ku, yah walaupun cukup rumit karena ini merupakan permintaan dadakan.
Namun dengan bantuan papi dan ayah Satria, semuanya menjadi mudah. Sebenarnya aku benci menggunakan kekuatan orang dalam, namun pengecualian dalam keadaan saat ini.
"Sudah, sekarang tinggal koordinasi dengan pihak rumah sakit." Ucap ku begitu bergabung bersama mereka lagi.
"Oke, biar saya urus. Bunda sama Karen disini aja, tolong jaga mereka ya pak." Pinta wanita tersebut sebelum dengan terburu-buru pergi meninggalkan kami bertiga.
Sudah 15 menit & wanita tersebut belum juga menampakkan batang hidungnya. Kini aku, bunda Luna, & Nana duduk disebuah bangku panjang yang ada ditaman.
"Maaf ya bang, ngerepotin." Ucap bunda Luna tiba-tiba sambil tersenyum padaku.
"Nggak ngerepotin sama sekali bunda. Ohiya, kalau bunda kesini terus Zayn sama siapa?"
"Kebetulan Zayn lagi nginep dirumah temannya."
Aku mengangguk pelan sebagai jawaban bunda barusan. Tak lama, wanita tadi datang bersama beberapa orang yang ku yakini adalah manajemen dari rumah sakit ini.
"Sorry lama, tadi kita bikin skemanya dulu gimana. Jadi, anggota bapak sudah siap?"
"Sudah, mereka sudah standby didepan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
RandomKarenina Ayudia, perempuan ceria nan rupawan yang merasakan jatuh cinta pandangan pertama pada Muhammad Laksamana Zahid yang merupakan anak teman ayahnya. Namun membuat hati Zahid luluh merupakan hal tersulit bagi Nana, bahkan mengalahkan soal ujian...